Suasana di taman yang yang sepi karna hari mulai siang dan orang yang tadi nya jogging pun sudah pada pulang, namun di sudut taman masih seorang gadis yang sedang di eksekusi oleh bapak - bapak yang bahkan lebih tua dari orang tua sang gadis, ditambah dengan suasana yang semakin buruk bagi sang gadis karna aksi yang dilakukan nya bersama bapak - bapak itu di ketahui oleh dua preman yang keseharian di sekitar taman itu. Jahida yang masih di genjot oleh pak Dimas pun tak dapat mengelak dari pandangan dua orang preman itu, namun reflek Jahida menutup wajah nya dengan kedua tangan menghindari kontak mata dengan dua preman tersebut, begitu pulak dengan pak Khairul dkk yang sama kaget nya dengan kemunculan dua orang preman ini.
"Anjingg!!! malah di jadiin tempat ngentot ini taman Nursobah", ujar preman satu.
"Bangsat ya lo pada", ujar preman dua yang di ketahui bernama Nursobah.
"Kita bawa aja mereka ke warga Efendi, biar warga yang ngurus", jawab Nursobah.
Pak Dimas pun ingin melepas kontol nya dari meki Jahida, namun sekalipun merasa malu, reflek kaki Jahida melingkari pinggang pak Dimas yang menandakan untuk pak Dimas tidak melepaskan kontol nya dari meki Jahida.
"Liat Efendi, ini cewek udah kayak lonte, liat tu kaki nya", ujar Nursobah.
Tiba - tiba pak Khairul mendekati kedua preman itu untuk bernegosiasi agar masalah ini tidak menjadi panjang, karna bagaimana pun pak Khairul tidak mau kalau nanti harus berurusan dengan pak Prasetyo, bisa tamat hidup nya.
"Buruan, lu mau ngomong apa?" Tanya Nursobah dengan gaya sombong nya.
"Gini bang, saya juga ga enak kalau ribut – rebut", jawab pak Khairul.
"Yah itu ulah kalian lah, ngentot sembarangan", jawab Efendi ketus.
"Iyah bang kita khilaf, soal nya ini cewek yang goda - goda kita, malah tadi dia yang minta di keroyok", ujar pak Khairul.
"Masak si cewek muda gini mau di gilir sama modelan kalian." ujar Nursobah lagi.
"Benar bang, sebagai laki - laki, siapa si yang ga tergoda", sahut pak Maulana.
"Atau begini saja bang, nanti abang boleh bawa ini cewek sampe 3 hari, bebas mau abang apain aja, asal jangan di bunuh aja, nanti setelah 3 hari kita ketemu lagi disini bang", tawaran pak Maulana.
Kedua preman itu tampak berfikir dengan tawaran pak Khairul.
"Tenang bang, nanti semua urusan duit selama 3 hari saya yang tanggung", pak Khairul meyakin kan kedua preman ini lagi.
"Serius lu?" Tanya Nursobah
"Aman bang, asal masalah ini jangan sampai kemana - mana yah bang." tambah pak Khairul.
Jahida mendengar semua obrolan pak Khairul dan kedua preman itu, bagaimana bisa pak Khairul akan menyerahkan diri nya selama 3 hari kepada preman itu, bagaimana nanti dengan mama nya, pasti khawatir kalua Jahida tidak pulang selama 3 hari. Pak Dimas yang mendapat kode dari pak Khairul bahwa semua nya sudah teratasi mulai kembali menggoyangkan pinggul nya, melanjutkan menikmati meki Jahida yang sempat tertunda, Jahida yang merasakan dorongan kontol pak Dimas seketika buyar segala hal yang tadi dia fikirkan, dan kembali mulai menikmati sodokan demi sodokan pak Dimas.
"Spek lonte banget ini Nursobah", ujar Efendi yang sekrang ikut menyaksikan pergumulan Jahida dan pak Dimas.
"Hahaha… tapi masih munafik bang", jawab pak Khairul.
"Besok kelar sama kita di jamin jadi penggila kontol ini lonte", jawab Efendi
Pak Khairul tersenyum mendengar perkataan Efendi, terbayang oleh nya Jahida akan terus menjadi budak nya, dan akan memohon - mohon pada nya setiap hari untuk melayani nya, hahaha…
"Aahhh… aaaahhh…" desahan Jahida terdengar dari balik kedua tangan yang menutupi wajah nya.
Pak Dimas pun mempercepat tempo genjotan pada meki Jahida, terasa kontol nya menabrak Rahim Jahida yang membuat tubuh Jahida tersentak - sentak, yang kemudian tubuh Jahida kejang – kejang.
Creett… creettt…
Pak Dimas merasa hangat kontol nya di siramin oleh cairan cinta Jahida, dan langsung pak Dimas memborbardir meki Jahida dengan brutal, dan crooottt… croottt... kontol pak Dimas menyemburkan mani nya ke dalam meki Jahida, kemudian ambruk lah tubuh besar pak Khairul di atas tubuh Jahida, tak tinggal diam pak Dimaspun melumat bibir ranum Jahida sebelum melepas kontol nya yang mulai mnciut dari meki Jahida. tampak pak Khairul sedang menyerahkan sejumlah uang kepada Efendi dan Nursobah, yang tak lama kemudian pak Khairul, pak Maulana dan pak Dimas berjalan menjauh, dari taman itu, terakhir tinggal lah Jahida bersama Efendi dan Nursobah, masih merasa lelah sehabis keliling lapangan 3 kali dan setelah nya di gempur 3 kontol, pendangan Jahida pun mulai kabur perlahan pandagan Jahida menjadi gelap, menandakan Jahida pingsan karna kelelahan.
Tawa pak Khairul, pak Maulana dan pak Dimas terdengar renyah bersahut - sahutan, di pondok pangkalan ojek itu mereka kembali mengolok - olokan keadaan Jahida yang sekarang sedang bersama Nursobah dan Efendi tanpa peduli apa yang akan terjadi kedepan nya.
"Terus nanti gimana tu Khairul kalau buk Jamiah nyariin anak nya?" Tanya pak Dimas.
"Lah, emang gua pikirin, hahaha…" jawab pak Khairul santai.
"Kalau pun terjadi apa - apa kan yang penting non Jahida ga lagi sama kita", sambung pak Maulana.
"Nah tu Maulana tau dimas, hahaha…" kembali tawa mereka bersamaan.
"Gilak, gilak, ga nyangka gua, lu bisa sebrutal itu Khairul", ujar pak Dimas.
"Udah lah Dimas, kita nikmatin aja, aman itu non Jahida sama preman itu, percaya ama gua", jawabnya lagi.
"Paling - paling nanti pas di balikin udah dower tuh meki nya, hahaha…" kata pak Maulana lagi.
"Yaudah deh, gua mau balik dulu, mau istirahat gua", ujar pak Khairul sembari berdiri dan melangkah ke motor butut nya, dan berlalu lah pak Khairul kenuju rumah nya.
Pak Khairul yang baru saja sampai rumah dan berniat untuk istirahat pun merebahkan tubuh nya di kamar nya yang berantakan, sembari membayangkan Jahida yang sedang di eksekusi oleh kedua preman itu, membuat kontol pak Khairul kembali ereksi, sambal mengelus - elus kontol nya di balik sarung, tiba - tiba terdengar orang mengetok pintu rumah nya.
"Siapa si gangguin orang aja", gumam pak Khairul serya berdiri untuk melihat siapa yang datang.
"Ckreek… eh buk Jamiah, ada apa yah?" Tanya pak Khairul yang melihat mama Jahida yang datang.
"Eh maaf pak kalau saya menganggu, saya mau Tanya, apa tadi Jahida sama bapak yah?" ujar Jamiah
"Eh iyah buk tadi pagi non Jahida minta antarin saya ke taman buat jogging", jawab pak Khairul kikuk.
"Aduh itu anak kemana yah jam segini belum pulang juga." ujar buk Jamiah sedikit cemas.
"Atau begini saja buk, saya coba nanti cari - cari non Jahida di sekitar taman." usul pak Khairul.
"Saya ikut deh pak, khawatir saya, gapapa kan pak?" Tanya buk Jamiah.
"Oh gapapa buk, kalau gitu ibuk masuk aja dulu, saya ganti baju dulu", kata pak Khairul.
"Baik pak", tanpa menaruh curiga, buk Jamiah pun masuk ke rumah pak Khairul sambal menunggu pak Khairul yang bersiap - siap.
Sama seperti sang anak, keputusan buk Jamiah masuk kerumah pak Khairul pun ternyata akan berakhir seperti yang Jahida alami sebelum nya, pak Khairul yang ke dalam ternyata bukan mengganti pakaian, melain kan mengambil handphone nya, dan dengan senyum bengis pak Khairul pun kembali melangkah keluar menemui buk Jamiah.
"Loh pak, kata nya mau ganti baju", ujar Jamiah.
"Iyah buk, saya lupa kalau baju saya lagi kotor semua", jawab pak Khairul dengan enteng.
Kalau gitu yasudah pak, nanti saya coba cari Jahida ke taman sendiri", Jamiah langsung berdiri berniat untuk meninggalkan rumah pak Khairul.
Ting, hp Jamiah berbunyi, Jamiah yang khawatir pun seger membuka pesan di hp nya, barang kali dari Jahida, namun pesan itu berasal dari pak Khairul yang sedang bersama nya, dengan rasa bingung Jamiah berbalik badan dan menatap heran ke pak Khairul.
"Buka aja buk itu pesan nya, hehehe…" kata pak Khairul.
Ragu - ragu tangan Jamiah menyentuh pesan dari pak Khairul, dan ketika terbuka spontan wajah Jamiah berubah kaget melihat isi pesan yang di kirim pak Khairul, di mana itu ada lah foto Jahida yang sedang di bugil dengan kontol hitam besar sedang menancap di meki nya.
"Apa - apaan ini pak", Tanya Jamiah dengan emosi.
"Sabar buk Jamiah, duduk dulu, saya masih ada kok foto - foto yang lain, hehehe…" jawab pak Khairul lagi.
"Bapak jangan kurang ajar yah, kurang baik apa saya sama bapak selama ini?" Tanya Jamiah.
"Sabar buk sabar jangan pakai emosi, nanti orang - orang pada tau lagi, apa ibuk ga malu?" ujar pak Khairul.
"Sekarang di mana Jahida pak? atau saya laporkan bapak ke polisi?" ancam Jamiah.
"Bebas si, tapi sebelum saya di tangkap polisi, saya pastikan semua foto - foto non Jahida sudah menyebar di internet", pak Khairul kembali mengancam Jamiah.
Terpatung Jamiah mendengar ucapan pak Khairul, dia tak mau masa depan anak nya hancur kalau sampai foto - foto syur nya tersebar, dan dengan berat hati Jamiah pun kembali duduk di di samping pak Khairul, tanpa berani menatap pak Khairul.
"Nah, gitu kan enak, gausah pakai emosi buk, hehehe…" ejek pak Khairul.
"Jadi apa yang bapak inginkan", Tanya Jamiah lagi.
"Jadi mau langsung aja ni, hehehe… oke deh, kalau gitu yang di dalam sarung saya ini mau kenalan sama buk Jamiah, hehehe…" kata pak Khairul cekikikan.
"Saya ga mau pak, saya akan kasih bapak uang berapapun yang bapak mau, tapi tolong hapus semua foto - foto Jamiah, dan jangan minta yang aneh - aneh sama saya." jawab Jamiah tegas.
"Loh Loh Loh, disini saya yang punya aturan buk, bukan buk Jamiah, hehehe…" kata pak Khairul.
Jamiah diam seribu Bahasa tak mampu melawan ancaman pak Khairul.
"Gimana? mau masuk sarung ga ni? Hehehe…: Tanya pak Khairul lagi.
Tak punya pilihan lain, tanpa menjawab, Jamiah pun beringsut turun dari sofa itu, dan terlihat pak Khairul pun sudah mengangkat sarung nya memberi jalan agar Jamiah dapat masuk dengan mudah ke dalam sarung nya, Setelah Jamiah tak terlihat lagi alias sudah berada di dalam sarung, tawa pak Khairul pecah, mengejek Jamiah yang telah berada di selengkangan nya.
"Endus - endus dulu kolor saya buk, seger itu tadi pagi habis jogging sambil ngentot non Jahida, hahaha..." ujar Khairul.
Jamiah pun mulai mengendus - endus kolor pak Khairul yang bau apek dan asem, namun ntah kenapa ketika aroma selengkangan pak Khairul yang menusuk hidung Jamiah malah seakan membangkitkan sensasi tersendiri bagi Jamiah, di tambah gundukan kontol pak Khairul di dalam kolor itu membuat Jamiah terkesima, terlihat besar dan gagah, bertimbang berbalik dengan kontol suami nya yang berukuran kecil. Cepat - cepat Jamiah menepis semua pikiran nya barusan, bagaimana pun juga hal ini seharus nya tidak boleh terjadi, namun sekarang Jamiah merasa tak punya pilihan selain menuruti kemauan pak Khairul, demi masa depan sang buah hati. Pak Khairul memegang kepala Jamiah dan langsung menekan kepala Jamiah ke selengkangan nya, cukup lama membuat Jamiah harus memberontak karna nyaris kehabisan nafas, namun bukan nya melepas kan, pak Khairul malah menggoyang kan kepala Jamiah, juga menggesekan kepala Jamiah sambal tertawa terbahak - bahak. hahaha…
"Aaahh…" pak Khairul pun melepas kan Jamiah, dan terdengar nafas Jamiah yang tersengal - sengal di dalam sarung lusuh pak Khairul.
"Gimana buk? enak ga? Hahaha…" Tanya pak Khairul.
Tak mendapat jawaban dari Jamiah, dengan kasar pak Khairul kembali memegang kepala Jamiah dan langsung membekap nya kembali ke selengkangan nya dalam waktu yang lebih lama sehingga tubuh Jamiah sampai lemas karna tak bisa bernafas.
"Kalau di Tanya itu jawab", kata pak Khairul yang mendorong kepala Jamiah menjauh dari selengkangan nya.
"Iyah pak enak, saya suka", jawab Jamiah dengan nafas yang tak beraturan.
"Masa si, hehehe… padahal itu tadi keringatan banget Loh", ejek pak Khairul.
"Saya suka pak", jawab Jamiah lagi.
"Yasudah sekarang buka itu kolor gua, tarok di kepala lu sambil lu emut kontol gua", perintah pak Khairul
Jamiah pun menurunkan kolor pak Khairul dan betapa terkejut nya Jamiah ketika kontol pak Khairul mencuat keluar dengan kokoh, Jamiah yang sudah menjadi seorang ibu tentu sudah paham dengan hal - hal berbau seks, maka dari itu setelah memasang kolor pak Khairul di kepala nya Jamiah pun dengan mantap memasukan kontol pak Khairul ke dalam mulut nya. Aroma yang tidak sedap selengkangan pak Khairul bukan masalah bagi Jamiah, bahkan sembari mengemut kontol pak Khairul, tak terasa meki Jamiah sudah basah dengan sendiri nya, terbayang bagai mana nikmat nya bila kontol jumbo pak Khairul bersarang di meki nya.
"Waduhh… lincah banget si buk itu mulut nya", ujar pak Khairul yang merasakan servis mulut Jamiah.
Sluuurrpp… sluurrrp… hanya itu yang terdengar dari dalam sarung pak Khairul. Bahkan sesekali Jamiah berupaya memasukan seluruh batang kontol pak Khairul ke dalam mulut nya, namun mulut Jamiah ternyata tak mampu menampung seluruh batang kontol pak Khairul, berinisiatif pak Khairul pun membantu dengan mendorong kepala Jamiah lebih dalam dan mengangkat pinggul nya agar tertancap seluruh kontol nya di mulut Jamiah, dan benar saja, kontol pak Khairul sudah tertelan keseluruhan di keronggkongan Jamiah walaupun sekarang tak ada celah buat nafas Jamiah keluar dari mulut nya. Puaahhh… pak Khairul melepas kepala Jamiah dan berserakan liur Jamiah kemana - mana seusai di sodok kontol pak Khairul, yang tidak di sangka - sangka Jamiah kembali memasukan kontol pak Khairul lagi dan dengan semangat Jamiah memaju mundurkan kepala nya di dalam sarung pak Khairul.
"Anjinggg… emang jiwa lontee ni buk Jamiah." pak Khairul meledek Jamiah.
"Mama kemana si?" gerutu Prasetyo sambal mencari - cari Jamiah.
"Mahh…? Mahh…?" teriak Prasetyo di dalam rumah nya. namun tak kunjung mendapat jawaban dari Jamiah yang sedang di panggil nya, mata Prasetyo tertuju pada pagar yang terbuka, yang arti nya Jamiah sedang berada di luar, dengan cepat Prasetyo berjalan keluar kembali mencari sang istri.
Puas menoleh ke kiri ke kanan namun tak juga melihat sang istri, Prasetyo pun melangkah ke arah rumah pak Khairul yang di yakini nya sedang berada di rumah karna motor nya terparkir di depan rumah, barang kali istri nya sadang menanyakan Jahida yang sedari tadi pagi jogging namun tak pulang - pulang sampai sekarang. Belum sampai di depan pintu rumah pak Khairul telinga Prasetyo menangkap suara pak Khairul yang terdengar sedang mendesah juga di selingin dengan tertawa kecil, membuat Prasetyo penasaran dan dengan diam - diam mengendap di samping rumah pak Khairul yang space nya kecil berbatasan dengan tembok rumah nya, pelan - pelan Prasetyo memaksa tubuh untuk mendekati jendela. Dari samping jendela terlihat jelas pak Khairul sedang duduk santai, namun Prasetyo kaget ternyata di dalam sarung pak Khairul ada sesuatu yang sedang bergerak naik turun yang langsung di yakini Prasetyo bahwa pak Khairul sedang menikmati service dari seseorang yang berada di dalam sarung nya.
"Duhh… enak banget si bibir nya buk, hehehe…" ujar pak Khairul.
"Deggg… ibuk? siapa ibuk yang di maksud pak Khairul itu?" Prasetyo tambah penasaran.
"Kayak nya ibuk demen yah sama kontol saya?" Tanya pak Khairul.
"Iyah pak, saya suka", terdengar suara dari dalam sarung pak Khairul.
Bagai disambar petir, suara dalam sarung itu tak bisa di sangkal kalau itu adalah suara Jamiah. Prasetyo masih belum percaya kalau istri nya bisa berbuat hal seperti ini apalagi bisa saja suara wanita itu hanya mirip dengan Jamiah, sebelum wanita itu keluar dari dalam sarung pak Khairul, Prasetyo masih berfikir positif bahwa itu bukan lah Jamiah istri nya. Melihat adegan seks secara nyata di hadapan nya, Prasetyo pun merasakan sesuatu di selengkangan nya mulai mengeras, di tambah rasa penasaran yang semakin besar setelah mendengar suara wanita dalam sarung pak Khairul itu.
"Sial, kok malah gini", umpat Prasetyo dalam hati menyadari diri nya mulai terlena dengan tontonan di dalam rumah pak Khairul tersebut.
Gloookkk… glookk... pak Khairul sedang menggoyang kan pinggul nya dengan kencang menyodok mulut Jamiah sampai ke tenggorokan yang tampak nya di sambut baik dengan Jamiah tampak perlawanan meskipun sebenarnya cukup tersiksa mengingat ukuran kontol pak Khairul yang besar dan panjang.
"Puuaaaaahhh… enak banget buk." teriak pak Khairul.
"Kita lanjut di dalam saja buk, saya buat nanti ibuk sampe ga bisa jalan, hahaha…" ucap pak Khairul penuh kemenangan.
"Iyah pak." kata wanita itu dan perlahan keluar dari sarung pak Khairul.
Lemas lah lutut Prasetyo melihat kalau benar istri nya lah yang keluar dari balik sarung pak Khairul, terasa habis seluruh tenaga dalam diri nya, lebih perih lagi ketika sekilas terlihat wajah Jamiah yang sudah berlepotan dengan liur nya sendiri.
"Waduhh… udah basah aja buk", kata pak Khairul yang sedang meraba meki Jamiah.
"Iyah pak", jawab Jamiah malu - malu.
"Padahal belum saya apa - apain Loh buk, udah banjir gini, demen yah ibu sama kontol saya?" ejek pak Khairul yang sok memegang kontol nya dari balik sarung.
Iyah pak, saya suka, puasin saya yah pak", jawab Jamiah lagi.
"Hahaha… gampang itu buk, tapi ada syarat nya", kata pak Khairul lagi.
"Apa pak, pasti saya lakukan, tapi tolong puasin saya pak", ujar Jamiah dengan wajah memelas.
"Gini buk, dalam waktu 3 hari ini ibuk ga perlu cari - cari non Jahida, pokok nya non Jahida aman." Ujar Khairul.
"Kenapa gitu pak?" Tanya Jamiah kebingungan.
"Yah pake nanya lagi, inti nya non Jahida aman, itu biar jadi urusan saya. Ujar Khairul.
"Apa yang di lakukan pak Khairul kepada Jahida?" batin Prasetyo setelah mendengar syarat yang di ajukan pak Khairul kepada istri nya tentang anak nya yang tidak perlu di cari selama 3 hari, dimana Jahida di sembunyikan pak Khairul, Prasetyo berfikir keras prihal anak nya itu.
"Terus syarat yang kedua, mulai detik ini, ibuk panggil saya tuan, dan ibuk harus jadi budak saya yang harus nurut semua perintah saya, apapun itu, paham?" Tanya pak Khairul.
"Paham pak, tapi tolong jangan sakiti Jahida pak", bujuk Jamiah.
"Udah lu jangan khawatirin itu, sekarang yang mesti lu pikirin bagaimana cara nya muasin saya, eh bentar deh." pak Khairul mengambil hp nya dan mulai merekam Jamiah yang berdiri di depan nya.
"Buat jaga - jaga aja biar lu nurut, sekarang buka baju lu terus bilang kalau lu siapa jadi gundik gua, sama itu, lu ngomong nya sambil mainin meki lu. Hehehe…" suruh pak Khairul.
Jamiah yang sedang di landa birahi yang lagi tinggi - tinggi nya tanpa pikir panjang langsung menuruti semua perintah pak Khairul, sementara Prasetyo menahan kekesalan dengan pak Khairul yang meleceh kan istri nya sedemikian rupa, tapi berbeda dengan fikiran nya, kontol Prasetyo malah ereksi dengan sempurna, yang arti nya Prasetyo sungguh bernafsu melihat Jamiah yang di perlakukan begitu oleh pak Khairul.
"Yasudah, sekarang ibuk merangkak deh ke kamar saya kalau mau saya entot, hehehe…" ujar pak Khairul.
"Baik tuan", Jamiah pun merangkak ke dalam kamar yang di ikutin pak Khairul di belakang nya.
Prasetyo pun dengan sigap mencari celah agar tetap dapat melihat aktifitas Jamiah dan pak Khairul, namun sayang nya tak ada sedikitpun celah yang dapat mengakses kamar pak Khairul, maka dari itu Prasetyo pun memutuskan untuk pulang namun dengan hati yang sangat panas juga nafsu birahi yang meledak - ledak.
Bersambung…
JANGAN LUPA KOMEN, VOTE DAN FOLLOW, AYOO MARI BANTU ADMIN SUPAYA BISA LANJUTIN KARYA INI...
KALO ADA LEBIH REJEKI BOLEH DONASI KE ADMIN SUPAYA LEBIH SEMANGAT LAGI UPDATE NYA...
JANGAN LUPA JUGA FOLLOW SOSIAL MEDIA ADMIN
INSTAGRAM : @WIDASU.ID
INFORMASI!!! NANTI AKAN ADA KONTEN PREMIUM BERGENRE : NTR, GANGBANG, PEMERKOSAAN, CUKOLD DLL DARI KARAKTER YANG UDAH GW BUAT DI KARYA INI...
JADI BUAT KALIAN YANG MINAT BELI KONTEN PREMIUM GW, BISA KONTAK SOSIAL MEDIA GW ATAU KE PLATFORM SEBELAH YAITU KARYAKARSA!!!
TERIMAKASIH KEPADA PEMBACA YANG SUDAH DUKUNG KARYA INI...