Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Cara Yang Berbeda

Alia_6777
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
49
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - Menampar Realita

Rintik-rintik hujan telah membasahi daun-daunan, membawa aroma tanah yang khas dan menyegarkan. Menyatu dengan suara jangkrik-jangkrik malam, semakin menambah kesan kesunyian yang amat mendalam. Seperti saling sahut-menyahut, suara keduanya seolah sedang menciptakan irama baru, yang lama kelamaan terdengar semakin menggema di tengah kesunyian malam. Bayangan pohon-pohon yang bergoyang-goyang diterpa angin, menambah kesan misterius pada suasana malam yang hening. Semua seolah berpadu untuk menciptakan sebuah harmoni alam yang sempurna, yang membuat hati terasa tenang dan damai.

Namun, tidak dengan seorang wanita yang sedang berjalan di tengah kesunyian itu, dia seolah sedang memikul beban di atas punggungnya seraya berjalan tanpa menggunakan alas kaki. Berjalan dengan memaksakan tenaga, terus-menerus menginjak genangan air yang dihasilkan oleh hujan. Bahkan, air matanya tidak terlihat karena telah menyatu dengan air hujan. Rambutnya yang basah tergerai di wajahnya, dan pakaiannya yang tipis terlihat seperti menempel di tubuhnya. Setiap langkahnya terdengar seperti dentuman yang memecahkan kesunyian malam, namun tidak ada yang memperhatikan kehadirannya. Dia terus berjalan, seolah tidak memiliki tujuan yang jelas, hanya terus maju ke depan, meninggalkan jejak kaki yang tergenang air di belakangnya.

Mencoba menahan sesak di dadanya, ia tetap terus berjalan sembari memukul-mukul pelan dadanya, seolah-olah mencoba melepaskan beban yang terlalu berat untuk dipikul. Mengingat apa yang telah terjadi sebelum ini, kenangan pahit yang terus menghantui pikirannya. Seolah-olah banyak potongan kalimat yang terus menggema di dalam pikirannya sendiri, kalimat-kalimat yang penuh dengan kesedihan, kekecewaan, dan kemarahan. Tatapannya yang kosong, kaki yang begetar, mata yang memerah akibat menangis tanpa suara di tengah hujan yang menggema, membuatnya terlihat seperti seorang yang telah kehilangan segalanya.

Seolah sedang berbohong kepada alam, hujan terdengar semakin deras tiap menitnya, seperti mencoba mengubur kesedihannya di bawah derasnya air hujan. Dia ingin berteriak, menangis dan meraung-raung di tengah kesunyian malam itu, melepaskan semua emosi yang terpendam di dalam hatinya. Namun ia tidak bisa, tenggorokannya seolah tercekat untuk mengeluarkan suara, seperti ada sesuatu yang menghalangi kata-katanya untuk keluar. Ia hanya bisa menelan ludah, menahan napas, dan terus berjalan di tengah hujan yang semakin deras, seperti mencoba melarikan diri dari kesedihannya sendiri.

"Sampai kapan kamu bertahan dengan pikiran kulot itu, Kanaya! Aditya Raharja membuat kontrak itu untuk kepentingannya sendiri, tanpa kata menguntungkan bagi kalian berdua" ucap Kusuma dengan lantang seraya terkekeh sinis "kamu dan ibu kamu sama saja! Sama-sama bodoh dalam menilai orang."

"Lebih baik kamu ceraikan Aditya Raharja!"

"Dari awal, tujuan Aditya Raharja menikahi kamu adalah karena Azara. Azara putri Kusuma, dan itu bukan kamu, Kanaya!"

"Dia membuat perjanjian itu supaya kamu bisa terkecoh dengan niatnya, dan dengan bodohnya kamu tidak memikirkan itu semua!"

"Dia ingin melamar Azara, putriku! Namun, saya sudah menentukan syarat. Bahwa Azara tidak boleh menikahi atau dinikahi siapapun sebelum umurnya 25 tahun. Dengan syarat itu, dia memilih menikah kontrak dengan kamu, seolah-olah membuat kontrak yang saling menguntungkan, namun hanya dialah yang sangat diuntungkan. Dia mencoba dekat dengan Azara melalui kamu, Kanaya! Kamu hanya jalan pintas yang membuatnya lebih mengenal Azara dalam jarak dekat.

"Kamu memang bodoh! Kebodohanmu sama seperti ibumu. Kalian memang benar-benar duplikat, kurasa," sarkas Kusuma.

"Saya berkata seperti ini bukan karena saya menyayangimu, tapi karena saya khawatir masalah pernikahan kalian ini dapat menyebabkan masalah besar terhadap SJ COMPANY. Dan saya tidak mau itu terjadi," tambahnya.

Kusuma berjalan mendekati anaknya, seraya menepuk pundak anak perempuan pertamanya itu.

"Sadarlah, Kanaya! Di dunia ini, tidak ada yang menyayangimu secara tulus," ucap Kusuma dengan nada dingin.

"Kanaya, jika saya tidak berpikir bahwa kamu adalah bagian dari saya, maka saya tidak akan mengasihanimu seperti ini. Bahkan, saya juga meyakini bahwa anak saya menganggap kamu kakak karena dipaksa oleh ibunya," ucap Kusuma dengan nada sinis.

Kanaya tersenyum pedih, merasa fakta tentang dirinya sedang dikuak dengan paksa.

"Kelahiran kamu tidak pernah saya harapkan, Kanaya. Namun, semakin kesini saya semakin yakin bahwa kamu sangat berguna bagi SJ COMPANY," ucap Kusuma dengan nada yang membuat Kanaya merasa seperti barang yang dapat digunakan untuk kepentingan perusahaannya.

"Pulanglah sekarang juga!!"

"Saya tidak ingin Aditya Raharja datang ke sini dengan alasan menjemputmu, padahal sebenarnya ia ingin bertegur sapa dengan putriku, Azara!"

"Dan... saya harap, perbincangan kita malam ini membuat kamu mengerti posisimu yang sebenarnya."