Pagi keesokan harinya.
Kami berdua dipanggil oleh instruktur kami.
Kami datang ke kantor instruktur yang mengajari aku berpedang.
Aku tidak mengingat namanya, aku dari dulu bahkan di kehidupanku yang sebelumnya, aku sangat lemah jika disuruh untuk mengingat nama-nama guru, hanya sebagian kecil saja yang dapat aku ingat.
" kalian sudah datang, silakan masuk!" perintah instruktur itu setelah kami mengetuk pintu kantor.
" permisi" x2
Kemudian kami masuk ke kantor.
" anda memanggil kami instruktur?" aku bertanya setelah tiba di depan mejanya.
" iya, ayo duduk dulu" instruktur itu bangun dari tempat duduknya dan kemudian menyuruh kami duduk di tempat duduk yang lainnya.
Itu adalah sofa dan dan meja kopi.
Sepertinya itu adalah tempat untuk menjamu tamu yang datang ke kantor.
" terimakasih instruktur" x2 kami berdua berterimakasih padanya.
" tidak apa-apa, duduk saja"
" ada apa memanggil kami instruktur?" aku bertanya dengan penasaran.
Setelah aku bertanya, dia mengeluarkan kantong uang dan menaruhnya di atas meja kopi.
" ini untuk kalian berdua" kata instruktur dengan nada yang biasa.
" apa ini?" aku bertanya tanpa sadar.
" ini adalah uang untuk kalian, hadiah karena telah menemukan dungeon baru selama uji coba kemarin" jelas instruktur kepada kami.
" kami mendapat hadiah?!" aku dan Nessa berkata dengan terkejut.
Instruktur itu tersenyum melihat reaksi kami.
" iya, meskipun kalian tidak melaporkannya, tapi semua itu berkat kalian kami dapat menemukan dungeon baru" jelas instruktur itu lagi.
" silakan diterima jangan ragu!"
" baik" aku menjawab dan kemudian mengambil kantong uang itu, kami berdua tidak bertanya berapa jumlahnya.
Setelah itu kami berdua undur diri dan meninggalkan kantor instruktur.
kamar asrama laki-laki.
"Silakan masuk Nessa, tidak ada orang lain dikamar jadi tenang saja" aku mengundang Nessa untuk masuk ke kamarku.
Teman sekamar milikku sedang kembali ke kampung halaman mereka selama liburan ini.
" permisi" kemudian Nessa masuk ke kamar dengan sedikit hati-hati dan gugup.
kemudian aku menariknya dan menutup pintu kamar.
Aku membawanya ke tempat tidurku.
memeluknya dan mencium aroma tubuhnya, itu memberikan sedikit rangsangan padaku.
Saat aku puas dengan menciumi aroma dari tubuhnya, kemudian aku melepaskan dia dari pelukanku.
Aku mengeluarkan kantong uang dari tas penyimpanan milikku.
kemudian kami membuka isi tas itu.
" woah" kami berdua terkejut dengan apa yang ada di dalamnya.
Meskipun itu tidak terlihat banyak dan hanya ada sepuluh keping uang yang ada, tapi sepuluh keping itu adalah sepuluh keping koin perak sihir.
Berarti jumlah hadiah yang kami peroleh adalah satu juta neal.
Itu adalah uang yang sangat banyak untuk kami berdua.
Biaya makan sehari-hari untuk sebuah keluar mungkin hanya belasan atau puluhan neal saja.
Jadi satu juta neal itu adalah uang yang sangat banyak.
Aku tidak menyangka bahwa menemukan dungeon saja akan menjadikan kita sebagai seorang yang kaya mendadak.
" hei Nessa, mari kita bagi dua" aku menyarankan setelah aku kembali tenang dari terkejut saat melihat uang dalam jumlah yang banyak.
" tidak tidak tidak, aku tidak ingin berbagi uang itu, semua itu milikmu, bukankah dungeon itu ada karenamu, lebih baik kamu memiliki semua uang itu" Nessa menolak apa yang aku sarankan.
" jangan begitu, tapi uang ini adalah hadiah untuk kita berdua" jelasku padanya.
" dan aku juga tidak merasa nyaman kalau tidak membagi uang yang kita dapatkan bersama" aku menggelengkan kepalaku dan berusaha untuk menyakinkan Nessa untuk menerima setengah dari uang itu.
" tidak tidak tidak, aku tidak akan mengambil uang itu" Nessa masih tetap menolak, aku tidak mengerti mengapa dia menolak.
" apa kamu yakin?, jika kamu tidak butuh uang sebanyak itu, kamu bisa mengirimkan uang itu kembali ke keluargamu" aku berusaha memberikan alasan agar dia mau untuk menerimanya.
" tidak, keluargaku hidup dengan berkecukupan, jadi tidak perlu memberi mereka uang lebih" Nessa masih menggelengkan kepalanya dengan keras kepala menolak uangnya.
" baiklah, kalau kamu tidak mau mengambil uangnya, lebih baik kita gunakan uang ini untuk membeli rumah di kota agar kita bisa tinggal bersama, bagaimana menurutmu?" aku bertanya pada Nessa tentang penggunaan uang yang kami miliki karena Nessa tidak mau mengambil setengah dari uang itu.
" eh, tapikan kita bisa tinggal di asrama?" dia sedikit terkejut dengan usulan yang aku berikan, dan kemudian tanpa sadar menolak.
" meski kita bisa tinggal di asrama itu tidak akan selamanya, setelah kita berusia lima belas tahun, kita akan lulus dari akademi dan meninggalkan akademi, selain itu, meski sekarang kita bisa tinggal di asrama, kita akan terpisah karena laki-laki dan perempuan tinggal di asrama yang berbeda" jelasku padanya.
"um, aku akan berpikir sebentar " Nessa berkata seperti itu dengan sedikit memiringkan kepalanya.
" kenapa harus berpikir, bukankah kamu sudah menjadi milikku sekarang, jadi kenapa ragu?" aku memeluknya dan menghirup aroma yang ada pada tubuhnya sembari berkata.
" jangan lakukan itu, aku sedang berpikir" Nessa sedikit menolak dan mencoba melepaskan diri dariku.
" tidak usah dipikirkan, kamu sekarang adalah milikku, jadi, turuti saja aku!" aku menjadi semakin kesal dengan apa yang dilakukan oleh Nessa.
Dan dengan nada yang sedikit kasar, aku kembali memeluk dan kemudian mencium bibirnya yang merah jambu seperti bunga sakura.
" um, um, um"
Nessa mencoba melepaskan diri dari ciuman yang aku lakukan.
Api aku tidak membiarkan dia melepaskan diri dariku, aku memegangi kepalanya agar tidak bisa bergerak.
Beberapa menit kemudian, aku melepaskan ciuman yang dalam itu, air liur menggantung dari bibir kami berdua dan saling terhubung.
" sudah menurut saja"
Aku kembali berkata dengan lembut di samping telinganya.
" dasar jahat, mesum, cabul!" Nessa dengan marah berkata dan juga dia mengambil bantal yang ada disampingnya dan kemudian menggunakan itu untuk memukuli diriku.
Aku menghalangi dengan kedua tanganku.
Sedikit air mata jatuh disudut matanya.
" hei jangan memukuli ku, apakah kamu akan membunuh suamimu?" aku berkata dengan nada bercanda.
" siapa yang suamiku!, dan kamu tidak akan mati bahkan jika aku memukuli mu ratusan kali!" dia menjawab dengan marah.
" hmph, aku tidak akan peduli dengan Glenn lagi" Nessa memasang wajah cemberut dan membelakangiku setelah dia berhenti memukuliku dengan bantal.
" baiklah, baiklah, aku yang salah, jangan marah lagi ya" aku kemudian datang padanya dan memeluknya dari belakang.
" jangan sentuh aku apalagi memelukku!" dia berkata dengan marah, tidak ingin aku menyentuhnya.
Tapi aku tidak melakukan apa yang ia katakan, aku tetap memeluknya dari belakang.
Tapi aku tidak melakukan apapun setelah itu.
Aku hanya memeluknya dengan diam.
Waktu berlalu, suasana yang sepi itu terganggu oleh suara perutku yang telah lapar.
Gru gru.
" kamu lapar?" tanya Nessa yang berada dalam pelukanku setelah ia mendengar perutku bersuara.
" iya, kamu juga sudah lapar kan?" aku kembali bertanya pada Nessa.
" apakah kita akan makan disini atau di kantin? Atau diluar, lagian kita baru saja dapat rezeki nomplok?" sekali lagi aku bertanya pada Nessa.