Saat ini musim dingin, hampir memasuki tahun baru.
Sudah 2 tahun sejak debutnya, karin sekarang telah menjadi idola girlgroup paling populer.
Kemanapun ia pergi wartawan mengikutinya, apapun barang yang ia pakai selalu sold out, setiap konser yang ia selenggarakan selalu penuh, bahkan untuk seukuran stadion gelora bung karno.
Namun semua itu terasa hampa bagi karin.
Ada sesuatu yang hilang, seseorang.
Sementara itu karin yang sedang dalam perjalanan di mobil, menatap keluar jendela dengan tatapan kosong.
Mereka sedang menuju ke taman persik di area pegunungan, untuk syuting konten grup idola mereka, groupnya bernama Lumina.
Cahya salah satu anggota group, sangat bersemangat mengobrol di samping karin.
Cahya sibuk mendiskusikan konsep music video hingga pakaian untuk proses syuting.
Namun karin justru hanya terdiam sembari mendengarkan perkataan cahya.
Manajer mereka, Bu Sri, duduk di kursi depan, menavigasi mobil melalui lika-liku dan belokan jalan di pegunungan.
"Kita hampir sampai, gadis-gadis. Bersiaplah untuk tersenyum dan memamerkan pakaian bertema persik itu!"
Karin yang mendengar tetap terdiam dengan tatapan dingin, ia kemudian memaksa tersenyum, dirinya merasa sedikit khawatir tentang pemotretan itu.
Akan tetapi pemikirannya tidak bisa tenang, pikirannya penuh dengan sesuatu, dan tiba-tiba sebuah dorongan pikiran memaksanya.
"Bu Sri, bisakah aku berhenti di sini?" tanya Karin, menunjuk ke sebuah taman bermain yang mereka lewati.
Cahya mengangkat alisnya.
"Karin, kenapa? Kita ada syuting!
kaukan tau kita tidak boleh melewatkannya. "
Karin tampak ragu-ragu
Ia tidak yakin bagaimana menjelaskan keinginannya yang tiba-tiba ingin berhenti ditengah jalan.
"Aku cuman ingin mencari udara segar. Aku akan segera menyusul kalian nanti."
Mendengar perkataan Karin ekspresi Bu Sri berubah menjadi bijaksana.
"Baiklah, Karin, lagi pula lokasi syutingnya tidak terlalu jauh. Tapi cepatlah. Kita tidak bisa menunda syuting terlalu lama."
Dengan itupun, mobil van mereka berhenti menepi ke pinggir jalan.
Karin pun melangkah keluar dari mobil van tersebut, ia mulai berjalan menuju ke taman bermain di puncak bukit tersebut.
Langkah demi langkah dirinya menyusuri jalan pegunungan yang berkelok-kelok.
Ditemani dengan suara gemeretak kerikil di bawah kakinya yang bergema melalui keheningan.
Sembari mencengkeram sebuah boneka tedy bear di tangannya.
Boneka itu terlihat kusam, menunjukan tak terhitung sudah berapa banyak dia memeluk erat boneka itu.
Ketika dia hampir sampai ke atas bukit, sebuah pemandangan kota menyambutnya, terbentang di hadapannya bagaikan sebuah kanvas kenangan.
Bangunan-bangunan yang ia dulu familiar di SMA Multi Tangerang pun mulai terlihat, dan sengatan nostalgia mulai melintas di pikirannya.
Di sinilah dirinya menghabiskan masa masa sekolah SMA, tempat di mana dia tertawa dengan teman-temannya, belajar hingga larut malam.
Dan kenangan seorang laki-laki yang pernah menangkap hatinya.
Karin akhirnya sampai di puncak bukit.
Dirinya pun duduk di sebuah bangku kayu.
Matanya terpaku pada pemandangan bangunan-bangunan SMA Multi Tangerang yang terilhat jelas dari atas bukit.
Kenangan itu pun datang kembali, dirinya kini merasa seperti sedang menunggu sesuatu, seseorang.
Karin pun menunggu.
Waktu berlalu sedikit demi sedikit.
Namun satu-satunya suara yang ia dengar hanyalah gemerisik daun yang di tiup angin.
Dia terus menunggu.
Kini sudah dua jam berlalu.
Tapi tak seorang pun datang.
Dirinya merasa bodoh.
Menunggu hal yang ia sendiri tidak pasti tahu apa.
"Aku harus terus menunggu, aku sudah berjanji padanya"
Sebuah janji tampaknya sangat berarti bagi dirinya.
Ia tampaknya sangat peduli dengan janji yang ia buat.
Bel kota pun berbunyi menandakan waktu sudah tepat tengah malam.
Karin yang merasa kecewa pun memutuskan untuk pergi.
Akan tetapi ia tiba tiba berhenti.
Sesuatu yang ajaib terjadi.
Salju pertama di musim ini mulai turun, halus dan rapuh, seperti hatinya saat ini.
Saat karin terfokuskan dengan jatuhnya butiran salju tersebut, tiba tiba seseorang muncul dari kabut berjalan menuju ke Karin.
Seorang laki-laki, mata laki-laki itu terkunci pada karin.
Laki laki itu berdiri dihadapan Karin, ia tersenyum melihat tedy bear yang digenggam karin, dengan suaranya yang rendah dan lembut ia berkata.
"Ketika salju pertama mulai turun, aku akan menemuimu di sini,taman dekat Peach Garden, Karin."
Jantung Karin berdetak kencang.
Kenangan yang dia pikir dirinya sudah lupa kini datang mengalir kembali.
Dia melihat boneka beruang yang ia genggam, dan tiba-tiba, semua ingatan masa lalunya kembali, bagaikan sebuah pintu air yang akhirnya terbuka.
Boneka itu ternyata adalah hadiah terakhir yang diberikan pria itu sebelum dia menghilang tanpa sepatah kata apapun selama 2,5 tahun, setelah mereka lulus.
Karin pun mendekat
Menatap matanya.
Dirinya membisikkan namanya.
Namun suaranya hampir tidak terdengar di atas suara salju.
Dia memanggil.
"Haru."
Tiba-tiba suara alarm berbunyi.