DARAH MALAM KEKAISARAN
Kisah Lucas Valantier, Pewaris Takhta Vampir Celtic
Prolog: Malam Pengkhianatan
Bulan merah tergantung di langit, menyaksikan pembantaian yang terjadi di dalam Istana Maledicta. Udara dipenuhi bau logam pekat, darah yang mengalir di antara marmer putih. Di atas singgasana, Kaisar Alistair Valantier bertahan dengan tubuh penuh luka, matanya tajam menatap pria yang berdiri di hadapannya—Duke Ravenholm, saudara kandungnya sendiri.
"Takdir kekaisaran ada di tanganku sekarang, Alistair." Suara Ravenholm serak, dipenuhi kemenangan.
Lucas Valantier berdiri di samping ayahnya, tangan berlumuran darah—bukan hanya darah musuh, tetapi juga darahnya sendiri. Luka di bahunya terasa terbakar, tetapi bukan itu yang membuat dadanya sesak. Melainkan kenyataan bahwa ia tak berdaya.
"Lucas…" Suara lembut terdengar.
Lucas berbalik dan melihat ibunya, Ratu Selene, terbaring lemah di lantai, napasnya tersengal. Luka di dadanya masih mengucurkan darah, mengotori gaun hitam yang ia kenakan. Mata perak ibunya memandangnya dengan kesedihan yang mendalam.
Sesuatu dalam diri Lucas retak.
Duke Ravenholm tersenyum dingin. "Pewaris terakhir Kekaisaran? Lihatlah dirimu. Lemah. Tak lebih dari anak bodoh yang dilahirkan hanya untuk mati."
Lucas menggertakkan giginya, tangannya meremas pedang yang ia genggam. Ia ingin membunuh pria itu. Ingin menebasnya dan membuatnya merasakan penderitaan yang sama.
Namun, ia tidak cukup kuat.
Ravenholm melangkah maju, pedang hitamnya terangkat tinggi. Dalam sekejap mata, ia menembus dada Kaisar Alistair dengan satu serangan cepat.
Darah hitam mengalir. Lucas terdiam. Dunia seolah berhenti berputar.
Ayahnya… Kaisar Celtic… telah mati.
Saat Ravenholm menarik pedangnya kembali, tubuh Alistair ambruk ke lantai, tak bernyawa. Ratu Selene menangis tanpa suara sebelum tangannya jatuh ke lantai, kehilangan nyawa bersama suaminya.
Lucas tidak bisa bernapas. Dadanya bergejolak, amarah bercampur dengan kesedihan yang tak tertahankan.
Ravenholm mengangkat pedangnya lagi, kali ini mengarah pada Lucas. "Dan kini, garis keturunan Valantier akan berakhir."
Lucas tidak bisa menerima ini.
Tiba-tiba, sesuatu yang asing meledak dalam dirinya. Sebuah kekuatan yang ia tak pernah sadari sebelumnya.
Matanya berubah. Dari merah darah menjadi hitam legam, irisnya bersinar dengan aura merah tua.
Tubuhnya bergetar. Sihir kuno mengalir melalui pembuluh darahnya, mengakar ke dalam jiwanya.
Darah yang tertumpah di lantai mulai bergerak, mengalir ke arahnya, menyatu dengan tubuhnya. Suara berbisik bergema di kepalanya, suara para leluhur yang telah lama hilang.
Dan Lucas akhirnya sadar…
Ia bukan vampir biasa.
Ia adalah 'pengguna sihir darah.'
Dengan satu hembusan napas, darah di sekelilingnya melonjak ke udara, berubah menjadi tombak merah yang melesat ke arah Ravenholm.
Pengkhianat itu terpaksa mundur, menghindari serangan Lucas yang datang dengan kecepatan mengerikan. Namun, ia masih lebih kuat. Dengan satu mantra, ia menghancurkan semua tombak darah yang Lucas ciptakan.
Lucas terlalu lemah. Kekuatannya baru terbangun, tapi belum cukup untuk membunuh pria itu.
"Ini belum waktunya."
Sebuah tangan kuat menariknya ke belakang. Seraphis, pengawal terakhir keluarganya, muncul dari bayangan. Dengan satu gerakan, ia menciptakan kabut darah tebal yang menutupi ruangan.
"Lucas! Kita harus pergi!" Seraphis menariknya dengan paksa.
Tidak! Lucas ingin tetap di sana! Ingin membunuh Ravenholm! Ingin membalaskan dendam orang tuanya!
Tetapi tubuhnya lemah, dan penglihatannya kabur.
Satu-satunya hal yang ia dengar sebelum kesadarannya menghilang adalah tawa dingin Ravenholm, menggema di aula takhta yang kini dipenuhi darah.
Dan malam itu, Kekaisaran Vampir Celtic jatuh ke tangan pengkhianat.