Ada sebuah kisah yang beredar sedari dulu. Kisah yang mengatakan bahwa dulu sekali, banyak terjadi hal mistis yang tidak dapat dijelaskan, dan hal itu terjadi pada abad pertengahan di mana masih banyak penyihir berkeliaran. Bahkan para Ilmuan di zaman sekarang ini tidak mengetahui jawaban pasti tentang kejadian dahulu kala tersebut.
Kisah tersebut, saking tidak dapat di percaya. Sampai bisa membuat para Ilmuwan tertawa kencang. Karena terkesan di buat-buat hanya untuk dongeng anak. Namun di dalam diri para Ilmuwan itu juga ada kepercayaan tentang kisah tersebut, walaupun sekecil butiran pasir.
Di masa sekarang, di sebuah laboratorium. Ada sepasang pasangan ilmuwan muda, Edward Gilbert yang berumur 28 tahun, dan Ana Gilbert yang berumur 25 tahun. Mereka berdua adalah ilmuan yang berpotensi. Karena di usia mereka yang masih muda, mereka sudah mendapatkan gelar PhD.
Edward adalah seorang pria yang memiliki tinggi badan 182cm dan berat badan 70KG, dia memiliki mata biru dan rambut berwarna pirang. Sedangkan Ana adalah seorang wanita yang memiliki tinggi badan 168CM dan berat badan 52KG, dia memiliki mata merah dan rambut berwarna hitam halus.
Mereka berdua sudah kenal sejak kecil, karena orang tua Ana pindah ke Amerika dari Jepang untuk bekerja. Kebetulan, Ana dan Edward adalah tetangga saat itu. Mereka selalu bersama sejak Ana berumur 4tahun. Ana adalah gadis yang pintar, dia bisa berbahasa Inggris pada umurnya yang masih sangat muda.
Edward dan Ana pun selalu bersama. Entah saat sekolah, bermain, maupun Kuliah. Mereka menyadari perasaan mereka masing-masing saat mereka menginjak jenjang kuliah, bahkan tanpa basa-basi lagi. Mereka memutuskan untuk menikah dan orang tua mereka menyetujuinya.
Pada suatu hari. Edward dan juga Ana berhasil menciptakan mesin waktu, mesin tersebut berbentuk seperti jam yang akan memindahkan tubuh penggunanya ke masa lalu yang sudah di tentukan.
Namun. Hal itu masih sebatas Hipotesis, karena belum teruji keberhasilannya. Berdebat sangat hebat, mereka berdua pun setuju bahwa yang akan menguji hal tersebut adalah Ana dan Edward akan mengawasi di masa kini.
Mungkin itu terdengar bodoh. Namun mereka berdua adalah ilmuwan. Mereka akan melakukan segala hal untuk membuktikan penelitiannya berhasil. Karena mereka juga masih memiliki kemanusiaan di dalam diri mereka, mereka pun tidak bisa menggunakan orang lain sebagai kelinci percobaan dalam uji coba tersebut.
Ana yang sudah membulatkan tekadnya, langsung mengambil perangkat tersebut dan mengenakannya. Pada wajahnya saat itu tidak ada rasa takut, begitupun dengan Edward. Karena mereka percaya, bahwa mesin waktu tersebut akan berhasil.
Sebelum Ana bisa mengaktifkan perangkat tersebut. Edward tiba-tiba menghentikannya. Hanya untuk bertanya, nama apa yang cocok untuk perangkat tersebut. Mendengar itu Ana hanya bisa tertawa kecil, dia sudah mengenal Edward sejak lama, dia sudah menduga bahwa Edward akan menanyakan hal tersebut.
Memikirkannya bersama, keputusan mereka pun tercapai pada satu jawaban yang sama. Yaitu Aion yang dalam bahasa Yunani kuno artinya waktu tanpa batas atau kekekalan. Alasan mereka memilih kata tersebut, adalah tidak lain mereka juga penggila sejarah dan sains pada porsi yang setara.
Merasa sudah cukup dengan basa-basinya. Edward pun mulai memasang wajah serius, begitupula dengan Ana. Mengecek ulang semua perangkat pendukung, Edward pun mengacungkan ibu jarinya. Yang menandakan semua sudah siap.
Melihat itu, sambil menelan air liurnya sendiri Ana pun mulai menentukan tujuannya. "Kemana kau ingin pergi?" tanya Edward kepada Ana dengan nada penasaran. Ana dengan senyum di wajah yang terlihat menemukan ide cemerlang pun berkata. "Aku akan pergi ke abad pertengahan" mendengar itu Edward hanya bisa terkejut dan kemudian tersenyum.
Sebelum benar-benar memulai semua itu. Lagi-lagi Edward menghentikan Ana, dia lalu dengan cepat mendatangi Ana. Tanpa peringatan apapun, Edward langsung mencium Ana. Hal itu membuat Ana kaget dan kebingungan, namun Edward hanya bisa tersenyum dan kembali ke tempatnya lagi. Ana hanya bisa tersenyum dengan pipinya yang memerah karena melihat perilaku suaminya yang seperti itu.
Mengaktifkan perangkat tersebut. Membuat Ana tiba-tiba saja menghilang dari pandangan Edward. Edward berfikir, jika dia benar-benar ke masa lalu. Harusnya hanya akan memakan beberapa detik untuk kembali, Edward yang tidak terlihat tenang hanya bisa menunggu dengan khawatir.
Saking khawatirnya, Edward bahkan sampai lupa untuk berkedip. Ketika matanya mulai terasa panas karena tidak berkedip selama 9 detik, dia pun mengedipkan matanya sekali.
Benar saja. Hanya 10 detik berlalu, dan Ana pun kembali lagi. Namun ada yang berbeda dengannya. Matanya memperlihatkan bahwa Ana mengalami trauma berat, sekujur tubuhnya memiliki luka sayatan dan bibirnya yang pecah-pecah, bahkan rambutnya juga memutih yang menandakan dia mengalami stress yang sangat berat.
Melihat semua itu membuat Edward langsung memegang pundak Ana.
Ana yang terlihat berantakan tersebut dengan cepat mendorong mundur Edward. Kemudian terduduk lemas sambil memegang kedua kepalanya sambil sesekali mencabuti rambut-rambutnya yang kusut.
Edward yang terkejut hanya bisa bergumam. "Aku hanya mengedipkan mata ku sekali, tapi kau sudah tidak sama lagi. Apa yang terjadi? " gumam Edward dengan suara bergetarnya, yang lalu dia duduk di hadapan Ana sambil mengelus bekas luka di tubuh Ana dengan perlahan-lahan.
Menyadari elusan tersebut Ana mulai menoleh kearah Edward. Dengan tatapan kosong yang tidak memancarkan cahaya lagi Ana pun berkata.
"Apa aku mengenalmu?" tanyanya. Mendengar itu membuat hati Edward terasa seperti tersayat oleh benda yang sangat tajam. Edward pun kehabisan kata-kata, dia hanya bisa mengangguk pelan.
"Apa aku mencintaimu?" tanya Ana lagi. Dengan wajah yang sedih, mata Edward mulai berkaca-kaca. Dia ingin mengatakan sesuatu namun dia menahannya. Setelah berusaha cukup lama untuk menahan air mata agar tidak jatuh, Edward pun berkata. "Itu.. Aku sendiri tidak tau, perasaan mu hanya diri mu yang tau. Apa kau 'masih' mencintai ku atau tidak" ucap Edward sambil tersenyum canggung.
Walaupun tersenyum. Wajah Edward memperlihatkan banyak sekali kesedihan, bibirnya bahkan tidak bisa tersenyum dengan benar. Hanya untuk tersenyum, itu sudah terasa sangat berat bagi Edward.
Setelah berfikir cukup lama. Ana pun menanyakan satu hal lagi kepada Edward. "Jadi? Apa kau mencintai ku?" tanya Ana. Tidak kuasa menahannya lagi, air mata Edward pun menetes. Senyum nya memudar, Edward pun langsung memeluk Ana dengan sangat erat. "Aku mencintaimu.. Aku sangat-sangat mencintaimu" ucap Edward sambil menangis.
Walaupun Ana Sudah berubah sedemikian rupa, walaupun Ana sudah kehilangan cahaya di kedua matanya. Namun ada hal yang tidak berubah maupun menghilang, yaitu perasaan suami kepada istrinya.
Merasakan kehangatan dari pelukan Edward. Ana pun mulai memeluk Edward kembali. Bagi Edward hal itu hanya 10 detik, namun bagi Ana entah memakan waktu berapa lama untuk kembali ke Edward dan apa yang dia alami untuk kembali ke Edward. Pada moment ini, Ana hanya bisa tersenyum dan menutup kedua matanya. Seakan bernostalgia dengan perasaan yang dia rasakan saat ini.
Semua kejadian tersebut adalah kejadian yang di alami oleh Edward. Terasa singkat dan tidak terduga sama sekali, namun bagaimana dengan yang di alami oleh Ana.