Suasana pemakaman sudah begitu hening. Adel, yang sulit menerima kematian ibunya, masih saja terisak. Satu-satunya keluarga Adel yang tersisa kini menghilang selamanya.
[Adelaide Demare, 17 tahun]
Adel: "Ironisnya aku, kenapa bukan aku saja?! Kenapa?! Aku benci perasaan ini, aku muak!" (teriak dengan suara serak)
Kesedihan yang mendalam membuatnya tiba-tiba bisa melihat hal ghaib. Setiap hari, selalu saja ada hantu maupun roh yang menampakkan diri di dekatnya, membuatnya merasa resah.
Kriiingggg (jam weker berdering)
[Pukul 05.00]
Baru saja bangun, sudah ada hantu laki-laki di pinggir ranjangnya, sedang berdiri menatap keluar jendela.
Adel: (menghentikan jam berdering) 'Tsk, sebenarnya apa maunya? Gara-gara dia, setiap malam aku sulit tidur dan mimpi buruk.' (keluhnya dalam hati)
Adel: 'Dan juga, kenapa yang selalu muncul di mimpiku orang itu? Tidak, lebih tepatnya hantu laki-laki itu?' (tetap mengabaikan dan pura-pura tidak melihat)
Adel: 'Bukan hanya sekali dua kali tapi setiap malam! Terlebih lagi, mimpinya selalu sama yang memperlihatkan tubuhnya terbelenggu.'
Adel: 'Sudah 4 Minggu setelah kematian ibu, tidak tahu kenapa aku jadi sering melihat hal ghaib. Padahal sebelumnya tak pernah ku alami, ini aneh bukan...'
Adel: (menghela nafas) "Huh... sudahlah." (pasrah)
Adel: (melompat dari kasur) 'Yosh! Mari memulai hari yang cerah ini dengan semangat!'
[Setelah terus menggerutu dalam hati, seperti biasa, ia menjalani rutinitas pagi]
Adel: (selesai mandi dan berpakaian, sedang menyisir rambut) 'Oh iya, kalo dipikir-pikir lagi, ada waktu di mana hantu penguntit itu menghilang. Biasanya itu terjadi 1 kali seminggu sekitar jam 6 pagi atau 9 malam, kalo hari sepertinya tak menentu. Entah juga ia pergi kemana, yang jelas aku tak peduli."
Adel: 'Kenapa juga gak sekalian enyah saja?'
Adel: (menyiapkan sarapan dengan wajah lesu) 'Tapi dibandingkan dengannya, aku lebih muak bertemu dengan si baj*ng*n Chloe dan temannya itu, duo tukang tindas. Hampir setiap hari dia menindas dan merendahkan ku karena masalah sepele. Bahkan, terkadang sama sekali tak ada hubungannya dengannya. Bukankah itu terlalu berlebihan.'
Adel: (menyantap hidangan telur dan nasi) 'Pasti dia anak yang sering dimanja orang tuanya hingga berwatak buruk seperti itu.'
Setelah sarapan, ia bersiap-siap pergi ke academy.
[Di Arcadia Academy]
Adel: (berjalan menuju kelas dengan keresahan) 'Meski dia sempat menghilang beberapa menit, tak dapat dipungkiri, jika dia selalu mengikuti ku kemana pun aku pergi setelah kembali. Sekarang saja, dia tiba-tiba muncul di belakangku.'
Adel:'Tapi untungnya, dia tak sampai membuntuti ku ke kamar mandi.'
Adel: (menghela nafas) "Huh..."
Hantu di sana cukup banyak, membuat Adel tambah resah, bukan karena takut tapi lebih merasa terganggu.
Adel: (Tersengal-sengal, sesaat berhenti di tengah anak tangga) 'Daripada itu, kenapa anak tangganya harus sebanyak ini?! Meski aku sudah terbiasa, tetap saja membuat kakiku pegal.'
[Chloe Moretz, 17 tahun]
Chloe: "Hei, Adel! Apa kabar?" (menyapa dengan senyuman)
Adel: "Oh...hai, Chloe!"
Chloe: "Seperti biasa ya, pagi-pagi kamu selalu terlihat lesu." (memasang wajah khawatir)
Adel: "Ha...benarkah?" (lesu)
Adel: 'Diam kau! Pasti tujuan kau menyapa ku hari ini agar dapat kesempatan mengejekku, kan!' (geram)
Adel: 'Yah...hampir setiap hari kerajaan si palsu emang gitu.'
Chloe: "Apa kamu setiap pagi tidak sarapan?"
Adel: (memberi senyuman) "Sarapan kok..."
Chloe: "Tapi kenapa kamu selalu lesu?" (pura-pura tidak yakin)
Adel: "Haha, itu mungkin kerena aku lelah berjalan dari gerbang sampai kemari." (baru saja menaiki 40 anak tangga)
Chloe: "Sudah kuduga, kamu lemah banget sih. Wajar saja kan, kelas kita kan di lantai 3."
Adel: "Ya...begitulah." (sudah tak peduli apa kata orang)
[Sesampainya di kelas]
Eugene: "Hei, Chloe!"
Chloe: (memberi senyum yang cerah) "Eugene! Apa kabar?"
Eugene: "Baik. Oh ya, kamu jalan bareng dia lagi? Jangan-jangan, kamu sudah berteman dengannya, ya?"
Chloe: "Haha, mana mungkin. Mana mungkinkan, orang yang menjadi temanku orang miskin." (seringai)
Eugene: (tertawa) "Haha, benar juga."
Adel: (kesal) 'Cih! Dasar munafik!'
Adel: 'Ibu selalu bilang padaku untuk tetap bersikap baik pada orang yang telah menyakiti ku, tapi tetap saja...sampai kapan aku harus menahan diri untuk tidak meluapkan semua emosi yang selama ini ku pendam.'
xxx [Hantu laki-laki di kamar Adel]: "Nona Adel, hari ini tampaknya anda sedang kesal ya."
Adel: 'Eh?' (terkejut)
Adel: 'Jadi, dia baru sadar sekarang, hah?! Padahal kemarin juga begini, tapi dia tidak peduli sama sekali!' (geram)
Adel: 'Abaikan saja deh...'
Adel: 'Tapi tumben dia berbicara padaku.'
Adel: 'Sudah pasti sih ada maunya.'
xxx: "Sudahlah, jangan berpura-pura tidak dengar dan melihat! Karena saya sudah tau kemampuan anda, percuma saja anda menyembunyikannya."
Adel: 'Se-sejak kapan dia menyadari aku bisa melihatnya?' (cemas)
xxx: "Tubuh anda sangat cocok sebagai wadah. Sebaiknya, sesegera mungkin saya merasuki tubuh anda."
Adel: "APA?!"
Adel terkejut dan mulai menatap hantu itu.
xxx: (menyeringai) "Oalah, tidak saya sangka, anda akan mudah terpancing ."
Adel: 'Si-sial! Bagaimana ini? Mereka pasti akan mengira aku gila.' (berkeringat)
Eugene: "Eh, tadi liat gak? Si Adel gila kali ya ngomong sendiri!"
Chloe: "Iya aku liat, jangan-jangan dari dulu emang udah gila."
Eugene: (tertawa) "Hahahaha, darimana kau tahu itu?"
Chloe: "Ya kan mana tau." (Melirik Adel dengan seringainya)
Adel: "Ja-jangan salah paham! A-aku, aku tadi hanya...seperti mendengar ada orang yang sedang menggosipkan ku, maaf, sepertinya aku salah dengar." (tertunduk malu)
"Yaelah...apaan sih si Adel, gak jelas!" "Kayaknya yang dibilang Chloe emang bener deh dia itu udah gila."(gosip gosip)
Adel: 'Aku benci hantu! Benci benci benci!!! Gara gara dia...' (geram, menatap hantu itu dengan tajam)
xxx: "Maaf, saya pikir anda tidak akan mudah terangsang, saya benar-benar minta maaf."
Adel: 'Dia minta maaf?'
Adel: 'Tapi tetap saja, tidak terima! Pasti itu hanyalah tipu muslihatnya.' (berusaha melupakan apa yang terjadi)
Adel: 'Hmph!' (menghindari tatapan nya)
[Jam istirahat]
Karena merasa kesal terus diikuti hantu itu dengan alasan tidak jelas, akhirnya mau tak mau Adel bertanya padanya di halaman belakang academy yang kebetulan sedang sepi.
Adel: "Sebenarnya, apa yang anda inginkan? Juga, mengapa anda terus menguntit kehidupan saya?"
xxx: "Siapa juga yang menguntit anda."
xxx: "Sebelumnya, saya tak menyangka anda akan mulai mengajak saya berbicara lebih dulu."
xxx: "Pertama, saya akan memperkenalkan diri."
xxx: "Nama saya, Damian Augustus Valois. Putra pertama Kaisar Kerajaan Valois saat ini."
Adel: (Tertegun) "Apa...?!"