Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Takdir Abadi Dalam Sepuluh Ribu Dunia

🇮🇩Yeyu_Zuojia
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
33
Views
Synopsis
Lin Yun, seorang kultivator legendaris dari era kuno, terlahir kembali tanpa ingatan di dunia mortal yang keras setelah pertempuran epik melawan Kaisar Chaos. Di tengah kemiskinan dan ancaman kekacauan antar-dimensi, dia mulai menemukan potongan-potongan identitasnya yang hilang melalui artefak misterius dan mimpi-mimpi aneh. Dengan kemampuan unik untuk memanipulasi ruang dan waktu, Lin Yun memulai perjalanan panjang melalui sepuluh ribu dunia, menghadapi musuh kuat, rahasia kosmik, dan hubungan mendalam dengan para wanita yang ia temui di sepanjang jalan. Dari desa terpencil hingga medan perang antar-dimensi, Lin Yun harus mengungkap misteri reinkarnasinya, melawan entitas kuno yang mengancam eksistensi semua dunia, dan memutuskan apakah dia akan tetap menjadi pahlawan abadi atau menjalani kehidupan damai sebagai manusia biasa. Novel ini adalah epik xianxia yang penuh aksi, romansa dewasa, intrik politik, dan petualangan lintas dimensi, di mana cinta, kekuasaan, dan takdir saling bertabrakan dalam skala kosmik.
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1 :Kelahiran Kembali di Desa Keci

Dunia mortal adalah tempat yang keras, di mana kehidupan sering kali berjalan seperti roda yang terus berputar tanpa ampun. Di antara hutan-hutan lebat, gunung-gunung tinggi, dan sungai-sungai yang mengalir deras, ada sebuah desa kecil bernama Qinghe. Desa ini terletak di tepi wilayah yang dikenal sebagai "Tanah Tak Bertuan," sebuah daerah yang diabaikan oleh kerajaan besar karena energi spiritualnya yang sangat rendah. Tidak ada kultivator yang pernah datang ke sini, karena bagi mereka, Qinghe hanyalah tempat yang tidak layak untuk dikunjungi.

Namun, di tengah kesederhanaan dan kemiskinan desa ini, sesuatu yang luar biasa sedang terjadi—sebuah kelahiran kembali yang akan mengubah takdir sepuluh ribu dunia.

Bayi itu lahir pada malam tanpa bulan, ketika angin dingin menyapu seluruh desa. Para tetua desa mengatakan bahwa bayi itu adalah anak dari seorang janda muda yang meninggal saat melahirkan. Tidak ada yang tahu siapa ayahnya, dan banyak yang berbisik bahwa dia mungkin hasil dari hubungan terlarang dengan seorang pengembara yang melewati desa beberapa bulan sebelumnya. Namun, ada sesuatu yang aneh tentang bayi itu. Matanya yang hitam pekat tampak penuh dengan kedalaman, seolah-olah jiwa tua telah menetap di tubuh mungilnya.

Bayi itu diberi nama Lin Yun oleh neneknya, seorang wanita tua bernama Nenek Li. Dia adalah satu-satunya keluarga yang tersisa bagi Lin Yun, meskipun kesehatannya sudah mulai memburuk. Nenek Li sering mengeluh bahwa cucunya memiliki aura yang aneh—terkadang dia merasa seolah-olah bayi itu bukan milik dunia ini. Namun, dia juga merasa ada kehangatan yang tak terlukiskan ketika memandang mata Lin Yun. Ada sesuatu dalam tatapan itu yang membuatnya merasa tenang, seolah-olah bayi itu membawa harapan bagi masa depan.

Lin Yun tumbuh dengan cepat, tetapi tidak seperti anak-anak lain di desa. Dia jarang menangis, bahkan ketika lapar atau haus. Ketika dia mulai belajar berbicara, kata-katanya sering kali terdengar seperti pertanyaan yang mendalam, seolah-olah dia mencoba memahami dunia yang asing baginya. "Mengapa langit biru?" tanyanya suatu hari kepada Nenek Li, yang hanya bisa tertawa kecil dan menjawab, "Karena begitulah adanya, Nak."

Namun, Lin Yun tidak puas dengan jawaban itu. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya merasa bahwa dunia ini lebih dari sekadar apa yang terlihat. Dia sering kali duduk sendirian di bawah pohon tua di halaman belakang rumahnya, memandangi langit dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu. Kadang-kadang, dia merasakan sensasi aneh di dalam tubuhnya, seolah-olah ada kekuatan yang tertidur di dalam dirinya, menunggu untuk bangun.

Nenek Li, yang awalnya hanya menganggap cucunya sebagai anak yang unik, mulai merasa khawatir. Ada sesuatu dalam sikap Lin Yun yang membuatnya merasa bahwa cucunya bukanlah anak biasa. Suatu malam, saat Lin Yun tidur, Nenek Li memperhatikan cahaya redup yang keluar dari tubuh kecilnya. Cahaya itu berdenyut-denyut, seolah-olah hidup. Dia mencoba menyentuhnya, tetapi cahaya itu langsung menghilang saat dia mendekat.

"Apakah kau benar-benar cucuku, Yun-er?" gumam Nenek Li pelan, matanya dipenuhi dengan campuran kekaguman dan kekhawatiran. Dia tidak tahu apakah cahaya itu adalah pertanda baik atau buruk, tetapi dia yakin bahwa cucunya memiliki takdir yang besar.

Saat usianya mencapai lima tahun, Lin Yun mulai mengalami mimpi-mimpi aneh. Dalam mimpi-mimpinya, dia melihat dirinya berdiri di medan perang yang luas, menghadapi entitas raksasa yang dipenuhi kegelapan. Entitas itu, yang disebut Abyssal Sovereign, menyerangnya dengan kekuatan yang luar biasa, sementara dia mencoba melawan dengan pedang cahaya yang bersinar terang. Namun, setiap kali dia hampir mengalahkan entitas itu, mimpi itu berakhir dengan ledakan cahaya yang menyilaukan, meninggalkan rasa kosong di hatinya.

Pada awalnya, Lin Yun mengira itu hanya mimpi biasa. Namun, semakin sering dia bermimpi, semakin jelas rasanya bahwa mimpi-mimpi itu adalah kenangan dari kehidupan sebelumnya. Dia mulai merasakan kebingungan yang mendalam—siapa dia sebenarnya? Apakah dia benar-benar Lin Yun, anak desa kecil yang hidup dalam kemiskinan? Atau apakah dia seseorang yang lebih besar, seseorang yang pernah memiliki kekuatan untuk mengubah dunia?

Nenek Li mulai khawatir ketika melihat cucunya sering kali terbangun dengan keringat dingin di tengah malam. Dia mencoba menenangkannya dengan cerita-cerita rakyat tentang pahlawan legendaris yang pernah menyelamatkan dunia, tetapi Lin Yun hanya diam, seolah-olah dia tahu bahwa cerita-cerita itu tidak cukup untuk menjelaskan apa yang dia rasakan.

Suatu hari, setelah salah satu mimpi yang paling intens, Lin Yun bertanya kepada Nenek Li, "Nenek, apakah mungkin seseorang dilahirkan kembali?"

Nenek Li terkejut mendengar pertanyaan itu. "Kenapa kau bertanya begitu, Yun-er?"

"Aku... aku merasa seperti pernah hidup sebelumnya," kata Lin Yun pelan. "Aku melihat hal-hal dalam mimpiku, hal-hal yang tidak mungkin kulihat jika aku belum pernah mengalaminya."

Nenek Li terdiam sejenak. Dia tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan itu. Akhirnya, dia berkata, "Ada banyak hal di dunia ini yang tidak kita pahami, Yun-er. Mungkin suatu hari nanti, kau akan menemukan jawabannya."

Lin Yun mengangguk pelan, meskipun dalam hati dia merasa ragu. Dia tidak tahu apakah dia benar-benar pernah hidup sebelumnya, atau apakah semua ini hanya imajinasinya. Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya merasa bahwa dia memiliki tujuan yang lebih besar daripada sekadar menjadi anak desa biasa.

Suatu pagi, ketika Lin Yun sedang bermain di tepi sungai kecil di dekat desa, dia menemukan sesuatu yang aneh. Sebuah batu kristal kecil, seukuran telapak tangannya, tergeletak di antara bebatuan di tepi sungai. Batu itu memancarkan cahaya redup yang berdenyut-denyut, seolah-olah memiliki denyut nadi sendiri. Lin Yun merasa tertarik padanya, seolah-olah batu itu memanggilnya.

Dia membawa batu itu pulang dan menyembunyikannya di bawah kasurnya. Malam itu, ketika semua orang sudah tidur, dia mengeluarkan batu itu dan memegangnya erat-erat. Saat dia menyentuhnya, gelombang energi hangat mengalir ke tubuhnya, dan tiba-tiba, kilasan gambar-gambar aneh mulai muncul di benaknya. Dia melihat dirinya sendiri dalam bentuk yang lebih tua, mengenakan jubah putih bersih dan berdiri di atas awan. Dia melihat dirinya bertarung melawan makhluk-makhluk aneh, menggunakan teknik yang tidak pernah dia pelajari sebelumnya. Dan yang paling penting, dia melihat wajah-wajah yang tidak asing—wajah-wajah yang dia yakin pernah dia kenal di kehidupan sebelumnya.

Lin Yun terbangun dengan napas tersengal-sengal. Dia menyadari bahwa batu kristal itu bukanlah benda biasa. Itu adalah artefak kuno yang menyimpan potongan-potongan ingatannya yang hilang. Meskipun dia belum sepenuhnya memahami arti dari semua ini, dia tahu satu hal: dia bukan anak desa biasa. Ada sesuatu yang besar menunggunya di masa depan.

Hari-hari berikutnya, Lin Yun mulai bereksperimen dengan batu kristal itu. Dia menemukan bahwa jika dia fokus, dia bisa merasakan aliran energi halus yang mengalir dari batu itu ke tubuhnya. Dia mulai belajar cara mengendalikan energi itu, meskipun dia masih belum tahu apa namanya. Dia menyebutnya "cahaya dalam diriku," karena itulah yang terasa seperti saat dia menggunakannya.

Nenek Li, yang tidak tahu apa yang sedang dilakukan cucunya, hanya bisa mengamati dengan campuran kekaguman dan kekhawatiran. Dia merasa bahwa Lin Yun sedang berubah menjadi sesuatu yang luar biasa, tetapi dia juga takut bahwa perubahan itu akan membawa bahaya bagi mereka.

Namun, Lin Yun tidak peduli. Dia tahu bahwa dia harus belajar lebih banyak tentang dunia ini, tentang dirinya sendiri, dan tentang kekuatan yang mulai bangkit di dalam dirinya. Dia tidak tahu apa yang menanti di masa depan, tetapi satu hal yang pasti: perjalanan panjangnya baru saja dimulai.

Suatu hari, saat dia sedang duduk di bawah pohon tua di halaman belakang rumahnya, Lin Yun memandangi langit dengan ekspresi penuh tekad. "Aku akan menemukan jawabannya," gumamnya pelan. "Aku akan menemukan siapa aku sebenarnya."

Angin sepoi-sepoi menyapu dedaunan di atas kepalanya, seolah-olah alam itu sendiri sedang memberinya restu. Lin Yun tersenyum tipis, merasa bahwa meskipun jalan di depannya masih gelap, dia tidak akan menyerah. Dia adalah Lin Yun, anak desa kecil yang memiliki potensi untuk menjadi lebih dari sekadar manusia biasa. Dan dia siap untuk menghadapi apa pun yang datang di masa depan.

---