đź“Ť Lokasi: Condet, Jakarta Timur, Indonesia
đź•’ Waktu: 23:45 WIB
đź“… Hari: Sabtu Malam
Hujan turun dengan deras di kawasan Condet. Jalanan sempit yang dipenuhi ruko-ruko tua tampak lengang, hanya sesekali motor melintas membelah genangan air. Lampu jalan berpendar samar, menambah kesan sepi dan suram di malam yang dingin itu.
Di sebuah gang kecil yang gelap, seorang gadis berdiri memandangi rumahnya yang sudah usang. Cici, gadis keturunan Betawi berusia 19 tahun, berdiri di depan pintu kayu yang mulai lapuk. Bajunya sedikit basah terkena gerimis, rambut panjangnya terurai, dan matanya yang tajam memancarkan kelelahan.
Dia baru saja pulang dari pekerjaannya sebagai kasir di sebuah minimarket 24 jam. Hidupnya tak mudah, sejak orang tuanya meninggal dunia lima tahun lalu, ia harus berjuang sendirian. Keluarganya dulu adalah bagian dari kelompok terpandang di Condet, namun seiring waktu, budaya Betawi mulai merosot, dan kebanggaan itu perlahan memudar.
Cici (bergumam, lelah): "Hidup begini terus, nggak ada perubahan... Sampai kapan aku harus bertahan?"
Cici masuk ke dalam rumah. Ia meletakkan tasnya, lalu duduk di kursi kayu di ruang tamu. Ruangan itu sederhana, hanya ada satu televisi tua, rak buku kecil, dan meja dengan taplak batik yang sudah mulai pudar.
Di sudut ruangan, sebuah peti kayu tua menarik perhatiannya. Itu adalah warisan dari kakeknya, yang sudah bertahun-tahun tidak pernah dibuka. Entah kenapa, malam ini perasaannya gelisah. Ada dorongan kuat untuk membuka peti tersebut.
Cici (dalam hati): "Mungkin ini waktunya. Siapa tahu ada sesuatu yang penting di dalamnya."
Dengan hati-hati, Cici membuka peti itu. Debu berterbangan, menutupi benda-benda yang ada di dalamnya. Di antara beberapa kain batik tua dan senjata golok antik, matanya tertuju pada sebuah keris kecil berukir emas. Saat tangannya menyentuhnya, tiba-tiba...
✨ BZZZTTT! ✨
Cahaya biru keemasan menyelimuti tubuhnya, dan sebelum ia sempat bereaksi...
đź“Ť Lokasi: Ruang Waktu Dimensi Void
đź•’ Waktu: Tidak Diketahui
đź“… Hari: Tidak Diketahui
Cici mendapati dirinya melayang di dalam kehampaan. Tidak ada tanah, tidak ada langit—hanya ruang kosong berwarna hitam pekat dengan kilatan cahaya biru keemasan yang berputar di sekelilingnya.
Cici (terkejut): "Apa-apaan ini?! Aku... di mana?!"
Suaranya menggema di sekelilingnya, tetapi tidak ada yang menjawab. Tubuhnya terasa ringan, seolah-olah ia tidak memiliki berat sama sekali. Kemudian, suara mekanis bergema di kepalanya.
[DING! Sistem Warisan Betawi telah diaktifkan.]
[Selamat datang, pewaris sah garis keturunan Betawi.]
[Menghubungkan dengan energi leluhur…]
Cici merasa pusing. Seketika, berbagai ingatan asing masuk ke dalam pikirannya. Ia melihat kejayaan Betawi di masa lalu—kerajaan besar, prajurit tangguh, harta karun yang tersembunyi, serta budaya yang dihormati di seluruh penjuru dunia. Namun, ia juga melihat kehancuran, pengkhianatan, dan kejatuhan yang terjadi seiring berjalannya waktu.
Cici (menggertakkan gigi): "Jadi... semua ini adalah warisan keluargaku? Tapi kenapa baru sekarang muncul?"
Tiba-tiba, cahaya biru membentuk sebuah panel transparan di depannya, mirip dengan antarmuka permainan video.
đź“ś [Status Pengguna: Cici]
Level: 1
Judul: Pewaris Warisan Betawi
Kekuatan Dasar: 10
Ketahanan: 8
Keterampilan Aktif: Belum tersedia
Keterampilan Pasif: Belum tersedia
Misi Utama: Mengembalikan Kejayaan Budaya Betawi
Cici menatap layar itu dengan bingung. Seperti dalam game MMORPG yang sering dimainkan anak-anak muda, tapi ini terasa terlalu nyata. Sebelum ia sempat memahami lebih jauh, suara sistem kembali terdengar.
[DING! Dimensi Ruang Waktu akan segera dipindahkan ke lokasi pertama.]
[Tujuan: Dunia Paralel - Benua Alzora.]
Cahaya biru kembali menyelimuti tubuhnya, dan sebelum ia sempat bereaksi, dunianya berubah lagi.
đź“Ť Lokasi: Dunia Paralel - Benua Alzora, Kota Eldoria
đź•’ Waktu: Pagi Hari
đź“… Hari: Tidak Diketahui
Cici terjatuh dengan keras di atas tanah. Udara di sekitarnya terasa lebih segar, berbeda dengan Jakarta yang penuh polusi.
Ia mendongak dan melihat pemandangan yang tak pernah ia bayangkan—sebuah kota besar dengan bangunan bergaya abad pertengahan. Jalanan dipenuhi oleh berbagai ras: manusia, elf, beastman, dan dwarf berjalan berdampingan.
Cici (tercengang): "Ini… dunia lain?"
Ia masih mengenakan pakaian dari dunianya—celana jeans dan hoodie sederhana. Orang-orang di sekitarnya melihatnya dengan tatapan aneh.
Tiba-tiba, sebuah suara lantang terdengar dari belakang.
??? (teriak): "HEI KAU! BERHENTI!"
Cici menoleh dan melihat beberapa penjaga kota berlari ke arahnya.
Cici (kaget): "Hah?! Apa salahku?!"
Tanpa pikir panjang, ia langsung berlari, berusaha menghindari para penjaga. Tapi, jalanan kota ini terlalu asing baginya, dan dalam beberapa detik, ia tersudut di sebuah gang sempit.
Penjaga Kota: "Kau terlihat mencurigakan! Darimana asalmu?"
Cici terdiam. Ia tahu, jika ia mengatakan bahwa ia berasal dari bumi, mereka mungkin tidak akan percaya. Namun sebelum ia bisa menjawab, suara sistem kembali muncul.
[DING! Quest pertama telah dimulai: Selamatkan diri dari situasi berbahaya!]
Cici (menghela napas): "Kenapa rasanya semua ini jadi makin rumit?"
Lanjut ke Chapter 2: Petualangan Dimulai!