Cleve berdiri di pinggir jurang, menatap lembah yang terbentang di bawahnya. Angin berhembus pelan, membawa aroma tanah dan dedaunan basah. Di kejauhan, pepohonan besar menjulang tinggi, menghalangi pandangan, menyembunyikan apa yang ada di baliknya. Di antara hutan lebat itu, tersembunyi rahasia yang harus dia temukan. Di sanalah pencarian sejati dimulai.
Azra, yang berada di sampingnya, tampak lebih tenang, seakan sudah terbiasa dengan perjalanan seperti ini. Pria itu seorang pemburu berpengalaman, dan Cleve tidak bisa menghindari rasa hormat yang ia rasakan padanya. Meskipun sikap Azra sering terkesan dingin dan sedikit kasar, Cleve tahu bahwa ia adalah teman yang bisa diandalkan. Mereka telah melalui beberapa hari yang penuh dengan perjalanan panjang dan penuh rintangan, dan Cleve merasa sedikit lebih tenang berada di dekatnya.
"Apa yang kau rasakan, Cleve?" tanya Azra, memecah keheningan yang menyelimuti mereka. Suaranya rendah, namun tajam. "Ini bukan sekadar perjalanan biasa. Apa kau siap?"
Cleve mengalihkan pandangannya dari jurang ke wajah Azra, mencoba membaca ekspresi pemburu itu. Ia tahu apa yang dimaksud Azra. Ini bukan sekadar pencarian untuk menemukan jawaban, tetapi juga untuk menemukan kekuatan yang tersembunyi dalam dirinya. Kekuatan yang akan membantunya mengalahkan musuh yang sangat kuat. Penyihir jahat itu, yang telah menunggunya untuk mengungkapkan potensinya.
"Saya tidak tahu apakah saya siap, Azra," jawab Cleve, suaranya agak ragu. "Tapi saya tidak punya pilihan. Jika saya tidak melakukannya, siapa lagi yang akan melindungi kerajaan ini dari kehancuran?"
Azra mengangguk pelan, seolah memahami pergolakan batin Cleve. "Kadang-kadang, kita tidak perlu siap. Yang kita butuhkan hanya tekad untuk terus berjalan, meskipun ketakutan itu ada. Tidak ada yang pernah siap untuk hal-hal besar dalam hidupnya."
Cleve menghela napas, menguatkan hatinya. Mereka sudah terlalu jauh untuk mundur. Keputusan ini sudah dibuat. Mereka melanjutkan perjalanan, langkah demi langkah memasuki hutan yang semakin gelap, diiringi suara-suara malam yang menakutkan.
Semakin dalam mereka berjalan, semakin terasa aura misterius yang melingkupi hutan ini. Pohon-pohon besar yang menjulang tinggi seakan mengawasi setiap langkah mereka. Setiap suara angin yang berbisik di antara daun-daun terdengar seperti pesan yang tidak bisa dimengerti. Cleve mulai merasa seperti ada sesuatu yang mengintai mereka, sesuatu yang mengawasi dari balik bayang-bayang hutan yang gelap.
Azra yang berada di sampingnya tetap tenang, namun Cleve bisa melihat ketegangan yang terkadang muncul di wajahnya. "Hati-hati," kata Azra, suaranya lebih serius. "Ada banyak bahaya di sini. Hutan ini tidak ramah bagi siapa pun yang datang dengan niat buruk."
"Apakah kita sudah dekat?" tanya Cleve, suaranya terdengar sedikit gugup. Meski ia berusaha keras untuk tetap fokus, rasa takut itu masih sulit untuk dihindari.
Azra menatap ke depan, matanya yang tajam mengamati sekeliling. "Ya, kita sudah dekat. Namun, kita harus berhati-hati. Ada kekuatan yang lebih besar di sini daripada yang kau bayangkan."
Cleve tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. "Apa maksudmu?"
Azra berhenti sejenak dan menoleh. "Hutan ini bukan hanya sekadar tempat yang penuh dengan makhluk berbahaya. Di dalamnya ada sesuatu yang lebih tua, lebih kuat. Sesuatu yang tidak terlihat oleh kebanyakan orang. Hanya mereka yang benar-benar mencari yang dapat menemukan jalan ke sana."
Cleve merasa cemas, tetapi juga semakin penasaran. "Apakah itu yang akan membantuku menemukan jawabanku?"
"Ya, tetapi kau harus siap. Kekuatan yang akan kau temukan di sini bukanlah kekuatan yang bisa dikendalikan dengan mudah. Ia akan menguji keberanianmu, keinginanmu, dan bahkan hatimu. Tidak semua orang bisa bertahan."
Mereka terus berjalan, menembus kegelapan hutan yang semakin pekat. Setelah beberapa jam, mereka akhirnya sampai di sebuah clearing yang terbuka, tempat di mana cahaya bulan menembus celah-celah pohon, menciptakan pola-pola aneh di atas tanah. Di tengah clearing itu berdiri sebuah batu besar, tampak seperti monumen kuno yang terbuat dari batu hitam yang mengkilap, dikelilingi oleh tanaman merambat.
"Ini dia," kata Azra, matanya terpaku pada batu itu. "Ini adalah tempat yang kita cari."
Cleve menatap batu itu dengan kagum. Ada sesuatu yang aneh dengan batu itu, seolah ia mengandung kekuatan yang sangat besar. Batu itu bukan hanya sekadar batu biasa—itu adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar, yang lebih tua.
Dengan hati-hati, Cleve melangkah mendekat. Tanpa disadari, ia merasakan getaran halus yang berasal dari batu itu, seakan batu itu hidup. Tiba-tiba, suara gemuruh yang kuat terdengar dari kejauhan, mengguncang tanah di sekitar mereka. Cleve terkejut, dan seketika ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Azra memegang bahunya dengan erat. "Tidak ada waktu lagi. Sesuatu sedang datang."
Cleve menatap ke arah suara itu, mencoba melihat apa yang sedang terjadi. Dalam kegelapan, sebuah bayangan besar muncul di antara pepohonan, mendekat dengan cepat. Sesuatu yang besar, kuat, dan penuh ancaman. Cleve tahu bahwa ini bukanlah kebetulan. Mereka telah menemukan apa yang mereka cari, namun sekarang mereka harus menghadapinya.
"Siap atau tidak, kita harus bertarung," kata Azra dengan tegas, siap menghadapi ancaman yang mendekat.
Cleve mengangguk, merasakan aliran kekuatan yang mulai bangkit dalam dirinya. Waktunya telah tiba. Dia harus melindungi kerajaan ini, bahkan jika itu berarti menghadapi kekuatan yang tidak dapat dia pahami sepenuhnya.
Dengan napas yang dalam, Cleve mempersiapkan dirinya untuk pertempuran yang akan menentukan nasib mereka semua.
____________
______
Thank for reading this book
Semoga kalian suka sama cerita nya ♥
Jangan lupa support aku ya makaci