Dimalam yang dingin, angin berhembus dari timur ke barat dengan rindangnya pepohonan dan bukit yang terbentang luas nan sangat memanjakan mata, disana terdapat rumah kecil dengan kehangatan yang hadir didalamnya,
" Kakek, kakek, lihat, bintang-bintang itu indah bukan?", ucap seorang anak berusia 10 tahun yang sedang memandangi bintang didekat jendela,
" Moxuan, ini sudah larut, apakah kamu tidak pergi tidur?!",
" Ayolah kakek, aku ini sudah besar, bahkan anak seusiaku diluar sana sekarang pasti berkeliaran untuk mecari angin malam", balas Moxuan dengan menghela nafas.
Kakeknya pun menghampiri Moxuan, "Moxuan, apakah kamu tidak ingat apa yang kakek ceritakan kepadamu?", tanya sang kakek sambil menepuk bahu Moxuan,
"Bukankah Kak- , " Kakek meceritakan tentang Bagaimana ada seekor hewan Bertubuh harimau dengan kaki dan kepala seekor ayam, dan bisa saja makhluk itu mematuk kemaluanmu sehingga kamu tidak bisa mempunyai masa depan yang cerah",sela Moxuan pada kakeknya dengan menunjukkan wajah yang sedikit kesal.
" Ehmm" deham kakek diiringi dengan senyumannya yang tampak sangat puas,
"Ayolah kakek!, aku ini sudah dewasa, aku bisa menjaga diriku sendiri, aku tidak ingin terus seperti ini, seperti babi yang terus dikurung dalam kandang, aku ingin bebas seperti Daruku, menikmati kebebasan", sahut Moxuan sambil melompat-lompat berkeliling menirukan seekor burung yang sedang terbang dan melihat wajah kakeknya dengan sedikit rasa kesal.
Kakek pun menghampiri Moxuan dan 'Plak"', kakek memukul kepala Moxuan dari belakang, " Aish, ini sudah larut malam cepat tidur sana, besok kau harus bangun pagi untuk pergi kepasar, jika kau tidak bangun maka Kakek akan membangunkanmu, dan saat kau sadar nanti kau sudah berada di alam baka", tutur Kakek berjalan menjauh dari Moxuan menuju kamar tidurnya.
"Ch!, Tua bangka biadab" umpat Moxuan kepada kakeknya, " Hmm," Kakek pun menoleh arah Moxuan. Alih-alih Moxuan berhadapan dengan sang kakek, Moxuan pun mengalihkan pandangannya ke pohon diseberang jendela.
" T-tidak, aku sedang berbicara dengan p-pohon itu, lihatlah itu sangat tua dan merusak pemandangan, benar-benar biadab kan Kek!?", sahut Moxuan dengan grogi sembari menunjuk pohon tersebut kepada kakeknya. Sang kakek pun masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu kamarnya,
"Fyuhh, selamat aku!" ucap Moxuan mengelus-elus dadanya dan menghembuskan nafasnya dengan lega,
" Kalau saja dia tadi mendengarnya, mungkin aku akan berakhir sebagai pondasi jemuran Herbal alami seperti terakhir kali" ujar Moxuan pelan menatap kamar sang kakek dan membayangkan pengalaman yang tidak menyenangkan dulu saat bersama sang kakek.
Moxuan pun beranjak pergi menuju kamar tidurnya.
......
Matahari terbit dari Timur, ayam berkokok dengan keras, terlihat seekor burung terbang mengepakkan sayapnya yang menjulang bebas di langit-langit, ia terbang menuju rumah kecil yang berada disamping hutan di sebuah bukit luas yang disana terdapat padang bunga bermekaran, kemudian ia mendarat disalah satu jendela rumah tersebut.
"Tok-tok-tok", burung itu mengetok jendela kaca di salah satu rumah tersebut, dan ternyata burung itu mengetok jendela itu untuk membangunkan seorang anak yang berada dibalik jendela tersebut, alih-alih anak itu terbangun, ternyata anak itu tidak bangun dan malah lelap tertidur pulas, sang burung yang kesal melihat tingkah lakunya pun dengan keras mengetok jendela kaca tersebut, "TOK-TOK-TOK-TOK-TOK-TOK", suara yang keras akhirnya terdengar dan membangunkan anak tersebut, kemudian ia membuka jendela, sang burung yang telah mengetahui bahwa anak tersebut telah bangun, ia langsung beranjak menghampiri dan- 'Jleb", anak itu mencekik burung tersebut,
" AKU GAK TULI BURUNG GOBLOK!!" kemudian ia melemparkan burung tersebut menjauh, Alih-alih terusir burung itu malah melesat dengan cepat kearah anak tersebut, dan ia mendaratkan jurus maut cakaran cap kaki burung dara,
"AHH-AH SAK-IT,GOB-AHH", Moxuan merengek kesakitan, ia berlari mengelilingi kamarnya sambil berteriak meminta ampun berharap agar burung tersebut dapat pergi dengan sendirinya,
"MOXUAN JANGAN BERISIK DIDALAM KAMAR", teriak kakek kesal karena mendengarkan suara yang sangat berisik dari lantai atas, Moxuan mengira burung itu sudah kelelahan dan menyerah tapi sial, burung tersebut malah semakin cepat mengejarnya, Moxuan dengan sontak berhenti, ia langsung menundukkan badannya 90 derajat,
" Maaf-maaf, aku salah tolong maafkan aku tuan burung", ucap Moxuan diiringi meminta maaf kepada burung tersebut,
"JANGAN PANGGIL AKU BURUNG!, panggil aku tuan Daruku yang terhormat" balas burung itu pada Moxuan,
" Baik!!", balas Moxuan lagi pada burung itu, "Aneh seekor burung tidak mau dipanggil burung" umpat Moxuan dalam benaknya kepada burung itu dengan melirik sedikit burung tersebut yang sekarang tepat berada di hadapannya, "Oi bocah, aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan sekarang!!" balas Daruku dengan sedikit mengintimidasi,
"T-tidak, tidak, aku tidak sedang memikirkan apapun, sungguh", sahut Moxuan pada Daruku dengan nada yang meyakinkan bahwa apa yang diucapkannya itu adalah kebenaran, Daruku pun melihat Moxuan dengan penuh kecurigaan.
" Hm, Baiklah mari akhiri masalah ini hari ini, tapi ingat jika kau melakukan hal semacam ini sekali lagi, aku bersumpah akan mematuk otakmu dan mencongkel matamu sekali lagi" ancam Daruku kepada Moxuan, 'Glek" suara ludah tertelan terdengar dari diri Moxuan.
"Terima kasih! Terima kasih Tuan Daruku yang Terhormat" balas Moxuan kepada Daruku dengan tubuh yang agak gemetaran.
Tak berselang lama mereka pun menjadi akur kembali, Moxuan berjalan ke tempat tidurnya dan ia duduk bersila diatas nya dengan menyanggah kepala dengan tangan kanannya, lalu ia melihat keluar jendela.
"Haah~," Moxuan menghela nafas dengan rasa yang memuakkan dari dirinya,
" Hei Daruku, apakah aku terlihat seperti anak kecil bagimu?" tanya Moxuan pada Daruku sambil melihat hutan diluar jendela,
" Tentu saja, bukankah kau masih 10tahun, tentu itu umur yang masih kecil bagi kalian para manusia", balas Daruku kepada Moxuan, "ch! kalian Burung sama saja", decak Moxuan pada Daruku dengan wajah yang nampak kesal,
" Hei! lantas jika anak kecil tidak mau dipanggil anak kecil, lalu dipanggil apa, Babi?!" Sahut Daruku pada Moxuan dengan wajah yang mengejek, " Ahhh!! Sudahlah!" ungkap Moxuan dengan frustasi, Daruku pun tertawa melihat tingkah laku yang ditunjukkan oleh Moxuan. Kemudian Daruku berjalan kearah Moxuan dan melompat ke jendela dimana Wajah Moxuan melihat pemandangan hutan yang ada diluar sana.
" Jadi sekarang apa yang akan kau lakukan?" tanya Daruku pada Moxuan dengan kepala yang mengarah ke hutan.
Suasana menjadi hening, Moxuan menghadapi pertanyaan yang sangat membingungkan baginya, keduanya pun menjadi serius seperti mereka akan menghadapi situasi dimana mereka akan mengalami situasi hidup dan mati, "entah", suara keluar dari mulut Moxuan, ia ambigu dalam menjawab pertanyaan tersebut,
Tak lama terdengar suara jalan kaki yang menaiki tangga dan menuju kearah kamar dimana mereka berdua berada, 'Ciiit", pintu terbuka, dan mereka berdua menoleh kearah pintu tersebut,
"Moxuan, sudah waktunya bagimu untuk kepasar, cepat berangkat, agar kau tidak ketinggalan oleh rombongan para pedagang nantinya", ucap Kakek kepada Moxuan dengan membawa tas ditangannya,
" Baik Kek", balas Moxuan kepada Kakeknya, ia bangun dan beranjak pergi dari tempat tidurnya menghampiri Kakeknya, ia langsung mengambil tas yang berada pada Kakeknya lalu ia pun berlari menuruni tangga.
" Moxuan, jangan lupa barang yang ada disebelah meja maka-", "Baik Kek!" sahut Moxuan menanggapi ucapan kakeknya,
Kemudia Moxuan pun keluar dari rumah,
"Oi Daruku, ayo!" panggil Moxuan kepada Daruku yang sedang berada di jendela kamarnya, Daruku pun mendengar suara Moxuan lalu beranjak turun dari jendela, ia menghampiri Moxuan dan hinggap dipundaknya,
Moxuan pun berlari sambil melambaikan tanganya kepada sang Kakek yang terlihat dijendela kamarnya, sang Kakek pun hanya tersenyum kepada Moxuan dan mereka berdua pun pergi menjauh dari rumah.