Chros, 6 Elios 700 AYS
Bersamaan dengan cahaya terik mentari yang masuk menembus jendela ruanganku.
Suara orang-orang yang berlalu lalang ditemani derak langkah kaki Burbur–Kuda– menarik kereta telah memecahkan keheningan. Mataku terbuka menuju jendela, melihat Kota yang telah terbangun dari kesunyiannya.
Byarn–Jam dinding– menunjukkan pukul 8:45 Vex–Pagi–. Aku beranjak dari tempat tidur dan segera membersihkan tubuhku. Aku mengambil peralatan yang berada di sudut ruangan. Prusnam–Pedang pendek–,Lehrpam–belati kecil–, dan Ebud–tas– berisi beberapa Forevnu–ramuan penyembuh– adalah modal harianku. Aku hanya berharap, agar bisa melakukan Misi yang akan ku ambil kali ini dengan baik.
Langkahku terasa ringan dan penuh semangat. Tak lupa aku pergi ke Gombraz–Toko Makanan– untuk membeli makanan dan minuman untuk mengisi perutku. Karena jaraknya tak terlalu jauh, membuatku cepat sampai di depan bangunan yang menjadi tujuanku. Bangunan Empat lantai yang besar dan megah ini adalah gedung guild petualang yang ada di Plendille Vebrahad–Ibukota Plendille–.
Papan nama besar di atas pintu utama terpampang jelas dengan tulisan yang berbunyi:
"ᮊᮕᮏᮁᮊᮤᮃᮞ᮪ ᮌᮨᮛᮊᮞᮃᮨᮔ᮪"
(Kapjarkius Gerrakasaen)
Guild Petualang Terrakasa
Logo menonjol di tengahnya: berupa sebuah Kahrbom–tameng besar– dengan Burnam–pedang–,Soham–tongkat sihir–,Porbam–palu-kapak–, dan Chirom–busur Panah– menyilang di depannya. Tak lupa di bawahnya, terdapat pita yang bertuliskan:
"ᮊᮛᮣᮧᮌᮨ, ᮘᮧᮜᮥᮜᮥᮞᮨ, ᮒᮧᮛᮌᮨᮞᮨ"
(Karlogh, Bolush, Torgesh)
Bijaksana, Berani, Tangguh
Dan itu merupakan Moto Guild petualang diseluruh Terrakasa. Aku rasa hampir genap tiga Wegh–Pekan– aku bergabung dengan guild petualang. Guild hanya mau menerima orang yang sudah berusia diatas 18 Yagh–Tahun– saja, oleh sebab itulah aku baru bisa bergabung beberapa Wegh yang lalu. Dan misi kali ini adalah misi terakhir ku untuk dapat menaikkan peringkatku menjadi Ferron.
Memasuki gedung guild selalu memberiku rasa gelisah tapi sangat menyenangkan dan menantang. Ruangan penuh dengan para petualang dari berbagai peringkat berkumpul di dalamnya, mereka biasanya saling berbincang atau merencanakan Misi-misi yang akan diambil, ataupun yang sudah diselesaikan. Meja kayu besar dengan Derusam Plendille Karishijk–peta wilayah kerajaan Plendille– menjadi pusat perhatian, dikelilingi oleh mereka yang berdebat tentang rute terbaik atau membahas strategi melawan monster, tak lupa didekatnya terdapat bingkai Derusgar–Peta benua– di dinding.
Aku langsung berjalan menuju papan misi yang sangat luas, bahkan bisa dikatakan itu seukuran seluruh dinding di sisi kiri guild. Ada banyak sekali jenis Misi yang terpasang, mulai dari memburu monster, mengumpulkan benda, bahan atau tanaman, bahkan pengawalan dan juga bakti sosial.
Sejauh yang aku tau dalam aturan guild ada empat Kelas dalam Misi:
Yang pertama;
Permash–Misi Kelas Dasar–
Dengan tingkat kesulitan 1-5 dari Skala 18, itu adalah tingkat kesulitan yang amat sangat rendah, dan dikhususkan untuk para petualang yang dikategorikan sebagai petualang pemula seperti Cupron dan Ferron. Sedangkan Argeton meskipun masih dalam kelas dasar, menurutku mereka bukanlah kategori petualang pemula.
Kedua;
Morash–Misi Kelas Menengah–
Dengan tingkat kesulitan 6-10, untuk petualang peringkat Auron, Stanon, Platon.
Guild memasang misinya di lantai dua, dan hanya bisa diakses oleh petualang diatas peringkat yang bersangkutan saja,kudengar hadiahnya lebih banyak dari misi di lantai dasar. Aku harap aku bisa secepatnya naik ke lantai dua.
Ketiga;
Hursiah–Misi Kelas Atas–
Dengan tingkat kesulitan 12-14,untuk petualang peringkat Mythron, Votron, dan Throion. Misinya terdapat di lantai tiga, meskipun hadiahnya sangatlah besar dan banyak, katanya tak banyak yang bisa kembali dengan selamat dari Misi. Pepatah petualang mengatakan:
"TORD MELASOEL NABRAOT PUR, KOGUM TAD ORGHESNA OINISH OSRAOTDEM"
(Jangan menyelami lautan yang terlalu dalam, jika kau tak siap menghadapi Oinish didalamnya.)
Sangatlah menggambarkan Misi di kelas ini.
Dan yang terakhir;
Oreksah–Misi Kelas Ekstrem–
Dengan tingkat kesulitan mencapai 15-18(Max)
Khusus untuk yang satu ini, katanya hanya kepala guild pusat di Kota Krumdag, di wilayah Timur benua saja yang tahu. Dan hanya akan diberikan kepada mereka yang ada di peringkat Karkaon, Nexon, dan Omnon. Tapi, aku tidak tahu mereka ini sebenarnya ada atau tidak? Mengingat namanya kelas Ekstrem, pastilah potensi kematian hampir mendekati 100%.
Dan karena peringkat ku masih Cupron, jadi aku hanya bisa mengambil misi kelas dasar.
"Ya ampun, akhir-akhir ini permintaan semakin meningkat saja." Gumam seorang pria yang membawa Kahrnam–pedang besar– di punggungnya, mengalihkan perhatianku.
"Sudahlah jangan banyak mengeluh, bukankah itu bagus untuk kita? Semakin banyak Misi, semakin banyak kita mendapatkan uang." Sambung seorang gadis yang berada disampingnya, yang sepertinya dia adalah Korbashnu–Anggota Party– si Pria.
Pria itu menatap gadis tersebut dengan senyum yang tampak lelah. "Benar, tapi resikonya juga meningkat. Misi-misi berbahaya semakin banyak, dan kita harus menghadapi bahaya yang lebih besar."
Gadis itu tersenyum, memantulkan kilauan matahari di matanya. "Itulah yang membuat hidup kita sebagai petualang menjadi begitu menarik, kan?"
"Itu memang benar, Tapi...." Belum juga pria itu menyelesaikan kalimatnya. Gadis itu mengambil satu lembar Misi dari papan.
"Ah... Aku rasa ini Misi yang cukup mudah, Hadiahnya juga 86 Ezil, lumayan bukan? Kita ambil ini saja!..." Gadis langsung berjalan menuju meja Staff Administrasi Guild.
"H-hey!... Ya ampun..." Keluh si Pria memegang dahinya.
Pria itu mengejar gadis tersebut, wajahnya terlihat khawatir. "Tunggu! Apakah kamu yakin? Misi itu berkategori bahaya cukup tinggi untuk peringkat kita , kita harus berpikir matang!"
Gadis itu menoleh, "Sudahlah! Kita bisa melakukannya. Uang 86 Ezil tidak akan datang dengan sendirinya!" langsung menyerahkan misi tersebut ke staf administrasi.
Mendengar jumlah hadiah yang disebutkan, aku yakin kalau mereka adalah petualang peringkat Argeton. Karena hadiah Misi Kelas dasar dibagi menjadi tiga tingkat yaitu; 1-38 Ezil untuk Cupron, 39-68 Ezil untuk Ferron, dan 69-90 Ezil untuk Argeton.
Aku sangat iri dengan mereka yang bisa mengambil misi dengan hadiah yang tinggi. Sedangkan aku? Aku hanya bisa mengambil misi dengan hadiah terendah.
Bukan hanya itu, mereka berdua juga kelihatan sangat solid. Dengan perlengkapan yang cukup mewah dan mahal, aku yakin mereka sudah banyak menyelesaikan misi, atau bahkan mungkin sebentar lagi naik ke peringkat Auron.
Kahrnam di punggung si Pria, terlihat sangat berat dan kokoh, dengan pegangan yang terlihat nyaman di tangan dan juga cukup elegan, menurutku harganya sekitar 2 Ezwith. Sementara Chirom si gadis yang memiliki desain elegan dan terlihat ringa, ukiran dan posisi dengan presisi tinggi, mungkin harganya sekitar 1.86 Ezwith.
Perlengkapan mereka, termasuk Zorda–baju zirah–, Lohat–sarung tangan–, dan Lopat–sepatu–, mencapai total 14 Ezwith. Total nilai peralatan mereka masing-masing sekitar 17 Ezwith, menandakan mereka adalah petualang dengan keuangan yang bagus.
Memiliki banyak uang memang enak yah.
Aku menghela napas, memandang sekeliling. Mungkin aku akan mencari Korbashem–lowongan party– atau petualang yang ingin bergabung suatu saat nanti.
Aku kembali mengalihkan fokus ku untuk mencari Misi yang cocok hari ini.
Misi:
"ᮙᮦᮙᮘᮥᮛᮥ ᮊᮨᮊᮥ 3 ᮘᮥᮞᮣᮔᮧᮔᮂ ᮓᮥᮙᮘᮥᮛᮙᮨ ᮒᮤᮙᮥᮁ ᮕᮌᮀ ᮛᮤᮏ᮪ᮙᮧᮁ 60 ℇᮎ + 2 ᮒᮌ᮪ᮓᮥᮊ᮪ ᮘᮥᮞᮣᮔᮧᮔᮂ"
(Memburu dan menangkap 3 Buffalon di timur Padang Rizmor 60 Ezil + 2 tanduk Buffalon)
"ᮙᮦᮙᮘᮥᮛᮥ ᮘᮥᮀᮌ ᮜᮤᮕᮧᮔᮂ ᮓᮤ ᮠᮥᮒᮔᮂ ᮜᮦᮌ᮪ᮙᮥᮜᮧᮌ᮪ᮓᮂ 45 ℇᮎ"
(Mencari Bunga Lyphon di Hutan Legmuld 45 Ezil)
"ᮙᮦᮙᮘᮥᮛᮥ ᮊᮨᮊᮥ 8 ᮛᮧᮞ᮪ᮒᮦᮜᮤᮇᮔᮂ ᮓᮤ ᮠᮥᮒᮁᮁ ᮕᮌᮀ ᮛᮤᮏ᮪ᮙᮧᮁ 32 ℇᮎ"
(Memburu dan menangkap 8 Rostelion di Utara Padang Rizmor 32 Ezil)
"ᮙᮦᮔ᮪ᮓᮕᮤᮀ ᮕᮦᮓᮌᮀ ᮙᮦᮔ᮪ᮕᮥ ᮓᮦᮞ ᮛᮧᮞ᮪ᮓᮤᮜᮨ 25 ℇᮎ + ᮇᮧᮙ ᮙᮦᮔᮁᮊ᮪"
(Mendampingi Pedagang Menuju Desa Rosdille 25 Ezil + item menarik)
"Item menarik?" Aku mengambil lembaran misi itu, dan langsung menuju meja Staff Administrasi Guild tanpa pikir panjang.
Aku meletakkan lembar Misi di atas meja untuk meminta stempel persetujuan guild. "Aku akan mengambil Misi ini!"
Seorang wanita berambut hitam kehijauan dengan kacamata kecil di wajahnya yang bernama Murem, itu membaca lembar misi dan terkejut. "Hmmm!! Apa kau yakin Deam?!"
Aku mengerutkan dahi ku sambil menatapnya, "Apakah ada yang salah?"
Dia menatapku diam sejenak. Kemudian memeriksa kembali lembaran Misi untuk memastikannya. Dia kembali menatapku dengan wajah tidak percaya.
"Ini adalah misi pengawalan menuju Rosdille Veh–Desa Rosdille–, dan jaraknya sekitar 81 Lex dari Vebrahad.", Dia kemudian mengambil buku yang berada di bawah meja.
"Menurut aturan Guild, seharusnya Misi ini untuk petualang tingkat Ferron." sambungnya
Hmm??... Peringkat Ferron.
Aku terheran mendengarnya, "Bukankah 25 Ezil adalah hadiah yang wajar untuk peringkat Cupron? Kenapa harus Ferron? bukankah itu terlalu sedikit?"
"Itu memang benar, tapi pemiliknya baru saja mengirim surat revisi dan merubah hadiahnya menjadi 58 Ezil." jelasnya melanjutkan.
Jika memang ada Revisi, bukankah seharusnya cepat di ubah? Lalu mengapa masih ada disana dan tidak berubah?
"Revisi??!! 58 Ezil??!! Yang benar saja. Ini adalah Misi terakhir ku untuk bisa naik ke peringkat Ferron. Tidak mungkin mengembalikan Misi yang sudah aku putuskan untuk mengambilnya!", Suaraku datar, tapi api kekesalan membara di dalam hati.
Dia terdiam sejenak, matanya terpejam seperti sedang berpikir. "Hmmmm…"
Sambil menatapku dengan senyum penuh keyakinan. "Gimana kalau aku carikan orang sebagai Korbashnu sementara untuk Misi ini Deam?"
Aku membalasnya dengan tatapan tidak percaya, ada sedikit rasa kurang baik dalam hatiku.
"Ayolah, tenang saja. Aku rasa, aku tau siapa yang bisa menemani mu untuk Misi ini. Kau bisa menunggu sebentar di meja sana. Oke?!", dia mengatakannya sambil mengedipkan satu matanya dengan rasa penuh percaya diri.
Aku yang merasa tidak ada pilihan lain, hanya bisa mengikuti rencananya. Aku duduk di sudut kanan ruangan, di meja samping jendela depan dengan dua kursi bulat di kedua sisinya.
Aku mengeluarkan beberapa lembar Brigez–Roti Kering– dan satu Xil–Botol– berisi Jus Mopel kesukaanku yang aku beli seharga 17 Ezbit. Rasa renyah dan gurih dari Brigez dan manis asam segar dari jus Mopel, membuat kombinasi rasa yang sulit untuk ku jelaskan.
Aku menikmati makananku sobekan demi sobekan sambil memperhatikan para petualang keluar masuk guild. Sesekali aku merubah pandanganku keluar jendela, dan melihat beberapa kereta Burbur dengan lambang dan ukiran –benteng berpagar 12 Burnam berjejer, diikuti dengan lambang kerajaan di atasnya– khas milik pihak keamanan kerajaan melintas.
Tak berselang lama, aku melihat Murem bersama seorang gadis berjalan ke arahku. Dari penampilannya, aku yakin dia adalah seorang Messis–Penyihir–. Dengan perlengkapan yang menurutku sangat tidak wajar untuk dimiliki oleh petualang peringkat Ferron.
Soham yang terlihat kokoh berwarna putih cerah, dihiasi Kerramiom–bebatuan permata– yang berkilau. Berbagai ukiran berwarna keemasan membuatnya tampak sangat indah dan elegan, aku yakin harganya bisa mencapai 23 Ezwith.
Hardes–Gaun sihir– berwarna putih yang sepertinya terbuat dari bahan yang tidak biasa. Ornamen berwarna keemasan dan Hurmiom–permata hijau– menghiasi bagian lehernya menunjukkan kualitas yang setara dengan 15 Ezwith.
Serta Dormes–Liontin sihir– berwarna kehijauan setara harga 7 Ezwith, dengan kain merah yang menutupi bagian kepala dan Arumeas Kelam–jubah hitam– mengembang di sekitarnya. Apakah dia anggota keluarga kerajaan?
"Ini adalah Efrin, dia adalah seorang Messis peringkat Ferron. Aku rasa dia akan sangat membantu untuk menjadi Korbashnu sementara mu dalam Misi kali ini..."
Efrin? Nama yang asing digunakan Plenvaden–penduduk Kerajaan Plendille–. Dia berasal dari kerajaan lain?
"Baiklah, ini dokumen Misi kalian. Dan sebaiknya kalian bergegas, karena kalian harus sudah sampai tempat berkumpul. Pada pukul 1 Avex" Dia meletakkan lembar Misi yang telah diberi stempel dan surat pengantar dari Guild di hadapanku.
Tanpa mengatakan apapun aku langsung bangkit mengambilnya dan berjalan keluar. Dengan misi yang baru, aku tidak tau dengan apa yang sedang menantiku. Aku mengambil napas dalam-dalam dan petualanganku dimulai.
"Pe - Permisi, Apa kamu baik-baik saja?..." Terdengar suara halus dan malu-malu dari belakangku.
Sial, aku lupa kalau misi ini adalah misi Korbash.
Aku terkejut dan malu dengan hal itu, tapi aku memutuskan untuk segera berjalan menuju tempat pertemuan tanpa menoleh dan mengatakan apapun.
Kami sampai di gerbang barat di tempat yang sudah ditentukan oleh Kotraz–Pemilik Misi–. Aku melihat waktu di Kahrbyarn–Jam Besar– yang terpampang di atas pintu gerbang barat, menunjukkan Pukul 1 Avex–Siang– kurang 10.
Aku melihat sekeliling, berusaha mencari kotraz yang seharusnya sudah berada di tempat.
"Hey… apa menurutmu dia adalah kotraz kita?" Tunjuk Efrin mengarah pada seorang paruh baya yang menunggu di kereta. Terdapat dua ekor Burbur yang digunakan untuk menariknya.
Aku hanya melirik kearah Efrin dan mengangguk sebagai tanda bahwa aku setuju dengan pernyataannya. Dan kami pun berjalan mendekatinya untuk memastikan bahwa dia benar-benar kotraz dalam Misi kali ini.
"Grodav–Selamat Siang–, Apakah anda Renmar–Tuan Renold–?", Tanya Efrin kepada Oramar–Pak Tua– itu dan aku mengeluarkan lembaran dan surat Misi dari dalam tas ku.
Dia memeriksa lembaran dan surat itu dengan seksama. Dan melihat ke arah kami yang sedari tadi menunggu keputusannya.
"Wah… wah… wah… akhirnya ada yang mengambil permintaanku. Siapa yang mengira aku akan mendapatkan sepasang kekasih sebagai pengawal ku. Sungguh sebuah keberuntungan bagiku…", Ujarnya dengan senyuman ala Pak Tua.
Aku terkejut dan malu mendengarnya. Aku hanya bisa menggerutu dalam hati mendengarkan ocehan oramar ini yang semakin lama semakin tidak tentu arahnya. Ditambah lagi, kenapa Efrin tidak mengatakan apapun. Dan mengapa mukanya memerah seperti itu? Dia tidak terasa marah, tapi terlihat sangat tertekan dengan segala ucapan oramar itu.
"... Hahaha… Baiklah, kita berangkat sekarang! Kalian berdua naiklah." lanjutnya mengakhiri celotehan nya yang panjang. Kamipun segera naik kereta yang didalamnya berisi beberapa peti kayu. Aku rasa itu adalah barang bawaan yang harus kami jaga.
Kami keluar dari gerbang barat, berpapasan dengan lebih banyak orang yang sepertinya berasal dari Bohan–Kota-kota– dan Vehan–Desa-desa– di wilayah Barat dan Utara Kerajaan. Itu adalah pemandangan yang cukup jarang terlihat menurutku.
Kereta kami berjalan melintasi Padang rumput yang luas dengan bukit-bukit yang hijau membentang sejauh mata memandang. Sesekali aku melihat aliran sungai kecil yang jernih dengan beberapa jenis monster berkumpul di tepiannya.
Monster di sekitar kerajaan Plendille kebanyakan adalah monster pemakan tumbuhan dan tentu saja mereka bisa dimakan. Aku sendiri sangat suka dengan daging Buffalon, karena teksturnya yang lembut dan kenyal membuatnya dapat dimasak dengan cara apapun. Bahkan jika hanya membakarnya saja sudah sangat lezat, tapi harganya yang cukup mahal membuatku sangat jarang bisa menikmati nya.
Aku pernah melawannya dalam beberapa kesempatan saat menjalankan misi sebelumnya, dan bagiku Buffalon adalah monster yang cukup sulit untuk dikalahkan. Bukan hanya karena kekuatan fisiknya yang tangguh, tapi karena mereka juga sangat sering bergerombol membuatnya semakin sulit untuk dikalahkan.
Setelah beberapa lama, aku melihat pertigaan jalan yang terdapat aliran sungai kecil di sisi kirinya. Oramar membelokan kereta ke arah Utara menuju area yang dipenuhi dengan pepohonan.
Sepanjang perjalanan aku dan Efrin hanya saling terdiam, tanpa sepatah katapun keluar dari mulut kami. Tapi aku memanglah seperti ini, tidak terbiasa berbicara dengan orang asing yang baru kecuali kalau mereka adalah kotraz. Ditambah lagi dia adalah seorang wanita.
"Ya ampun anak muda, apakah kalian sedang bertengkar? Kenapa pasangan kekasih hanya saling diam tanpa mengatakan apapun?" kalimat yang keluar dari mulut Oramar membuatku terkejut dan sedikit kesal.
"Kami bukan pasangan kekasih Mares–Tuan–!!"
"Kami bukan pasangan kekasih Oramar!!"
Teriak kami serempak yang sekaligus, membuat ku sangat terkejut karena kami melakukan nya secara bersamaan.
"Hahahaha… Baiklah, baiklah… maafkan aku… hahaha" Oramar tertawa terbahak-bahak yang terdengar jahil di telingaku.
Aku melirik ke arah Efrin yang sedang duduk dengan wajah yang memerah sambil meremas Sohamnya sangat kuat. Tapi, aku tidak peduli apapun yang dia pikirkan. Aku hanya ingin segera menyelesaikan misi ini dan menjadi petualang peringkat Ferron.
"Hey anak muda, aku tidak tahu apa masalah kalian. Tapi aku harap kalian bisa akur dalam pengawalan ku ini …"
Aku hanya mendengarkan Oramar itu berbicara sepanjang perjalanan. Sampai tiba-tiba Efrin terperanjat. Aku langsung menyadari ada hal yang tidak beres sedang terjadi.
Shhhrkk… Shhhuunggg…
"ORAMAR AWAS!!!"
Aku langsung menarik Oramar masuk ke dalam kereta untuk melindunginya.
Terdengar anak panah yang tertancap di pohon. Efrin dengan sigap langsung melompat keluar.
"AQRIIBUUS!!!"
Tiga bola api langsung melesat ke arah pepohonan di sebelah kanan kereta.
Darr… Darr… Darr…
Sesuai dengan yang diharapkan dari Petualang Ferron, Selalu siaga dan siap untuk menyerang balik dengan cepat. Aku segera menarik pedang ku bersiap melompat keluar kereta menyusul Efrin yang sudah bersiap di sana.
"Oramar tetap disini dan jangan bergerak."
"B-baik…"
Aku berdiri di samping Efrin memasang posisi siaga, "Berapa Orang?" Tanyaku.
"Tujuh orang, Tiga di belakang pohon sana dan dua di sebelah kiri kereta, dan dua di semak belakang kereta" jelasnya, yang aku balas dengan anggukan.
Sejauh dari yang aku tau, seorang Messis bisa merasakan keberadaan Kryum dari makhluk-makhluk di sekitar. Dengan tingkat akurasi yang mendekati 90-98% dalam radius tertentu itu sangatlah menguntungkan untuk seorang petualang.
"Apa rencanamu?" Efrin menatapku dengan muka serius dan tetap menjaga kewaspadaannya.
Aku berfikir sejenak. "Bisakah kau memperkirakan kemampuan mereka?"
"Dua diantara mereka adalah Achrin–Pemanah–, seorang Messis, dua Polin–Tanker–, dan dua Burin–Pengguna pedang–…" belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya.
Shhhuunggg…
"Proxzish Psirma!!" dalam sekejap perisai sihir berwarna biru muncul melindungi kami.
Traakk…
Sebuah anak panah terjatuh dari sisi belakang kereta. Kami tidak punya banyak waktu untuk berfikir.
Apa yang sebaiknya aku lakukan?
Jumlah lawan jauh lebih banyak, namun aku harus mencari strategi untuk melawan. Menyerang mereka secara langsung akan sangat beresiko. Aku harus mencari cara memanfaatkan kelemahan lawan, dan mengoptimalkan posisi kami untuk mencapai kemenangan.
Messis, memiliki kemampuan yang paling mengancam. Aku harus menumbangkannya terlebih dahulu. Tapi masalahnya, apakah Efrin akan mampu bertahan dan melindungi Oramar dari serangan musuh selagi aku mengincar Messis mereka?
"Efrin, apa kau bisa melindungi kereta dari semua serangan mereka?" aku mencoba memastikan.
"Aku bisa jika mereka menyerang satu persatu… tapi aku hanya bisa bertahan beberapa Mit–menit– saja jika mereka menyerang secara bersamaan. AQRIIBUUS!!" terang nya. 3 bola api melesat menuju pohon-pohon dan menumbangkan nya.
Terlihat 3 sosok keluar dari belakang pohon yang tumbang. Seorang Polin, Achrin dan Burin.
"Bagus, beritahu aku dimana lokasi Messis berada?" aku melihat ke sekeliling kereta untuk siap melesat kearah yang di tunjukkan Efrin nanti.
"Ada di pohon di belakang sana. Dia bersama seorang Burin." Efrin menunjuk dan melihat ke arah pohon yang berada di sebelah kiri dari arah datangnya kereta.
"Bagus…" aku langsung berlari ke arah yang ditunjuk.
" Hey!... Apa yang kau lakukan? Ya ampun!..."
Aku segera melompat ke atas dan berpegangan di dahan pohon untuk melancarkan serangan.
"Binggo!!!"
TRANNGGG!!!
Suara burnam beradu terdengar dengan keras. Rupanya seorang Burin yang bersamanya menahan seranganku tepat waktu.
"Cihh", Burin itu berdecak kecil dan menatapku dengan tatapan hina.
"Hiiiih…." Pekik Messis dengan wajah terkejut dan ketakutan.
Sepertinya dia seorang pemula.
"Cepat pergi, serang kereta nya!" Teriak seorang Burin padanya.
"Ba-baik" Messis itu pergi berlari menuju kereta.
Aku menghela nafas lega, merasa beruntung dapat menghindari pertarungan berbahaya.
Aku tersenyum tipis, Mereka tidak terlalu cerdas.
Sekarang, aku harus menyelesaikan pertarungan ini secepat mungkin dan berharap Efrin mampu bertahan sampai aku menumbangkan Burin yang ada dihadapanku.
Kami saling beradu serangan, kilatan cahaya sesekali tercipta diantaranya dan suara derak yang menggema mengikuti irama serangan, seperti bunyi lonceng. Aku mengira pertarungan kami akan selesai lebih cepat, tapi lawan ku ternyata cukup tangguh. Setiap serangannya terkontrol dengan baik dan terasa berat, seperti kekuatan buffalon yang menghantamku tempo hari.
Aku memanfaatkan dahan-dahan pohon sebagai pijakan, menggunakan kecepatan dan kelincahan untuk melancarkan serangan. Aku melesat turun. Dia memanfaatkan pantulan sinar matahari pada pedangnya dan berhasil menangkis serangan. Dia membalas dengan kombinasi serangan, memaksaku untuk menghindar dan melompat, seperti Elm–burung– yang terbang menghindari bahaya.
Kami berdua terus bergerak, saling serang dan menangkis dengan segala kecepatan dan kekuatan. Udara terasa semakin panas, seperti api yang membakar pepohonan. Dengan setiap Sit–detik– yang berlalu, aku rasa ini akan memakan waktu lebih dari perkiraanku.
"Kamu kuat!" aku mengakui kehebatannya.
Dia tersenyum sinis, matanya memancar dengan penuh kesombongan . "Kita baru saja dimulai!"
Aku melompat dan menendang batang pohon untuk mendapatkan dorongan ekstra. "CRESH!!"
Saat itu, lawan ku sudah siap. Dia membalik, menancapkan pedang ke tanah, dan melompat berputar dengan kekuatan penuh. Brasnam mencabik udara, mengarah langsung ke arahku.
"Ahh!" aku berseru, menghindar ke samping.
Brasnamnya menggores tanah, menciptakan lubang kecil yang berdebu. Aku tidak memiliki waktu untuk bernapas. Dia sudah menyerang lagi, pedangnya berkilauan di bawah sinar matahari.
"NARUM!!" Teriakan itu menggema saat Brasnamnya mengeluarkan cahaya biru yang cerah, meluncurkan serangan dahsyat yang diarahkan padaku.
Aku berusaha menghindari serangan, meski gerakan ku sedikit terlambat,
TRIINNNGGGG!!!
KKRRRAAAKKKK… DWUAARRRRR!!!!
Suara ledakan terdengar menggelegar yang membuat kami terkejut. Kami saling menatap, kemudian berlari secepatnya menuju sumber suara tersebut. Kami melihat debu dan asap tebal yang berhamburan dari kejauhan.
Aku harap Efrin dan Oramar baik-baik saja. Pintaku dalam hati.
Debu dan asap itu mulai berangsur menghilang. Aku terkejut, mataku terpaku pada raksasa setinggi 4,4 Lox berdiri tak jauh dari kereta. Monster itu tampak sangat menakutkan dengan pohon di tangannya yang terlihat seperti mainan dan siap digunakan kapan saja.
Tidak salah lagi, itu adalah Tropilon. Monster dari Zes Minas Lemeah–Dataran Tinggi Minas–, dekat kaki Rudwig Aburemahan- Pegunungan Rudwig–, di Garosad Amegodam– Wilayah Utara Benua–.
Jantungku berdegup kencang, denyut nadi menggetarkan tubuhku mendengar nama monster yang belum pernah aku temui. Aku merasakan getaran takut yang menghimpit dada, memikirkan kemungkinan kekalahan yang sulit dihindari. Bahkan dengan bantuan Efrin, seorang petualang peringkat Ferron sekalipun, harapan kami untuk mengalahkan monster ini tampaknya sangat tipis.
"SEMUANYA MUNDUR!!! CEPAT TINGGALKAN TEMPAT INI!!!" Teriak Burin yang berdiri tak jauh dariku.
"Hari ini kau beruntung bocah!" dia langsung berlari bersama rekan-rekannya, menyisakan aku, Efrin dan Renmar yang masih berada di dalam kereta.
Aku berlari cepat menuju Efrin, yang sudah siaga di belakang kereta dengan soham yang teracung.
"Apa yang terjadi?" aku tanya, bersiaga di sampingnya.
Efrin menatap ke arah Tropilon, matanya siaga. "Aku tidak tahu, aku sedang bertahan dari serangan mereka, lalu monster itu muncul dari dalam hutan secara tiba-tiba."
Dia mengencangkan pegangan sohamnya, bersiap menghadapi bahaya yang mendekat. Kami berdua bersiaga dengan hati berdebar-debar.
"Sepertinya ada yang tidak beres." Gumamku bingung.
Efrin mengangguk, wajahnya penuh kekhawatiran. "Benar, Tropilon seharusnya berada di Garosad Amegodam. Kalau dia muncul di sini berarti ada sesuatu yang tidak biasa terjadi."
"ELICTEFULM!!!"Efrin mengeluarkan serangan petir kecil berwarna putih kebiruan kearah monster itu.
Zrrrttttrtttt…
DUARRRRR!!!
Serangan itu mengenai Tropilon, membuat tanah sedikit bergetar diikuti awan debu yang tebal yang muncul setelahnya. Debu tanah berhamburan ke segala arah, menutupi pandangan, dan kami berharap serangan itu cukup kuat untuk melukai nya.
Namun, saat debu itu menghilang perlahan-lahan, terlihat Tropilon yang masih tetap berdiri. Matanya mulai memandang kami seolah berkilauan penuh keganasan dan hinaan, serangan itu sama sekali tidak berdampak apapun. Kulitnya yang seperti Smil–baja– tampak utuh, tanpa jejak luka atau goresan.
Tropilon mengangkat kepalanya dan mengeluarkan raungan yang sangat keras. Suaranya seperti guntur yang ingin membelah langit, membuat hatiku semakin takut dan tubuhku bergetar kaku.
"Mmmmhhhhh!!!" Efrin menahan teriakannya, matanya memancarkan kemarahan dan kekesalan. Wajahnya merah padam, otot-otot wajahnya tegang.
Mengalahkannya? Apa aku bercanda? Sangat kecil kemungkinannya bagiku untuk mengalahkan Tropilon dengan kemampuan ku yang masih seperti ini.
Aku menghela nafas dalam-dalam untuk sedikit menenangkan diri dan menerima kenyataan, bahwa kami tidak ada kemungkinan untuk menang. Sulit bagiku untuk membayangkannya dari monster yang ada di hadapanku ini.
Tropilon berjalan semakin mendekat dengan gerakannya yang lambat. Aku melompat ke depan, menghadapi Tropilon dengan keberanian yang terpaksa. Monster itu mendekat, matanya menyala penuh keangkuhan dan sangat meremehkan. Aku mempercepat langkah, mencari celah untuk menghindari serangannya.
Gerakan Tropilon memang lambat, tapi daya serang nya sangat kuat. Aku bahkan harus bergerak lebih cepat untuk menghindarinya. Debu berhamburan, setiap serangannya meninggalkan bekas yang cukup dalam tanah.
Aku melancarkan serangan dari berbagai sudut dan Efrin juga membantu dengan melancarkan berbagai serangan sihir, tetapi monster itu tak seperti Aburemah–gunung–. Semua serangan ku tidak berbekas padanya.
Aku kembali ke posisi siaga, memikirkan cara lain agar bisa mengalahkannya. Aku mengamati gerakannya, mencari celah yang belum kunjung terlihat. Semakin aku mengamatinya, semakin aku menyadari bahwa mungkin memang tidak ada celah bagiku untuk menumbangkannya.
Keringat dingin membasahi dahiku. Aku harus berpikir cepat sebelum kehabisan tenaga. Aku terengah-engah, nafasku terasa berat, aku merenung dan menilai serangan-serangan yang gagal. Mataku memandang sekeliling, berharap menemukan sesuatu.
Apakah ada cara lain untuk mengalahkannya?
Semakin lama aku semakin merasa putus asa, karena tidak bisa menemukan apapun.
"Matanya!" Aku langsung menoleh ke arah Efrin.
"Dengan pedang usangmu itu, mustahil kau bisa melukainya! Dan matanya adalah satu-satunya bagian yang bisa kau gores!" Dia melontarkan kata-kata yang terdengar sangat tajam bagiku.
Aku merasa ada pukulan yang sangat keras menghantam hatiku saat mendengarnya. Apa kau sedang menghinaku?? Penuh dengan rasa ketidakpercayaan dihatiku.
Aku kembali memfokuskan pandangan pada mata Tropilon dan berharap itu akan menjadi satu-satunya celah untuk mengalahkannya. Dengan tekad yang tersisa, aku bersiap untuk menyerang.
"ICNISILUM!!!" Efrin membekukan kaki Tropilon dengan Sihir. Membuatnya tidak bisa bergerak dan meraung dengan keras.
Aku melompat dengan cepat, berusaha mengarahkan serangan ke mata Tropilon. Tapi, dengan cepat dia mengantisipasi gerakanku, mengangkat tangannya untuk menahan serangan.
Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya aku berhasil mendapatkan kesempatan itu. Dengan nafas dalam, aku bersiap menyerang. Jantungku berdegup kencang, dan otot-ototku siap menghadapi serangan balik.
Aku memandang matanya dengan penuh kebencian dan kekesalan. Dengan segenap kekuatan, aku melancarkan serangan.
Triiinnnggg!!
Krekkk!!
Rwwooaaarrrr!!!
"Cih!" Dia menangkis seranganku dengan pohon ditangannya dan menggunakannya ke arahku! Aku melompat ke belakang berusaha menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh. Prusnamku retak parah dan hampir patah.
Aku memandang prusnamku dengan penuh rasa putus asa. Apa yang harus aku lakukan?
"Hey, beri aku waktu beberapa Mit untuk merapalkan mantra!" serunya dengan mata berbinar penuh keseriusan dan harapan. "Aku akan menggunakan sihir tingkat menengah."
Aku mengangguk sebagai tanda setuju, dengan harapan ini adalah kesempatan terakhir untuk mengalahkannya.
Efrin mengambil napas dalam-dalam, menutup mata, dan memulai rapalannya. Suara mantranya mengalun lembut, namun penuh kekuatan. Sohamnya mulai bersinar dengan intensitas yang tidak biasa.
Aku segera berlari ke arah Tropilon, berusaha mengalihkan perhatian monster itu dan membuatnya sibuk menghadapiku. Aku terus menyerang dengan seluruh kekuatanku yang tersisa.
Prusnamku tidak kuat lagi…
Kreeeek! dan akhirnya patah.
Tropilon menyerang dengan mengayunkan pohonnya dan berhasil mengenaiku. Serangan itu sangat keras kurasakan, membuatku terhempas jauh dan terjatuh. Tanah terkoyak mengikuti arah jatuhku, tubuhku terasa terjepit membuatku sulit bernapas.
Aku melihat Tropilon bergerak semakin mendekatiku. Dia mengangkat pohon ditangannya dan bersiap untuk mengakhiri hidupku. Aku berusaha bangkit untuk kembali melawannya. Tapi, tubuhku sudah tidak sanggup lagi.
Apakah ini akhir bagi hidupku?
Aku merasakan keputusasaan yang sangat mendalam. Meskipun bukan untuk pertama kalinya, tapi tetap saja ini terlalu menakutkan untuk ku rasakan.
"E…Ef…frin…" tidak ada lagi yang tersisa dari ku, untuk teriak pun aku sudah tidak mampu.
"... QUIN TE UNT VEG! AQRICONSIEN!!!"
Dalam keadaan putus asa, aku merasakan adanya hawa hangat yang menyebar di ikuti dengan aliran angin yang tidak biasa. Dan mendapati dua lingkaran sihir raksasa telah muncul di atas dan bawah monster itu. Cahaya sihir yang intens menyilaukan mataku. Suhu panas mulai merambat membuat kulitku terasa terbakar. Aku merasakan aliran kekuatan magis yang luar biasa besar.
Angin mengalir kencang ke arah monster itu. Lingkaran sihir itu membesar, cahayanya semakin terang, hawa panas mulai terasa menjalar ditubuhku. Aku seperti terjebak dalam badai magis yang mengancam jiwa. Suara bising yang menggema angkasa.
Shhhuuuuddddd
Seketika suasana menjadi hening tanpa suara, seperti waktu terhenti beberapa saat.
Ssshhhwiiiuuungggg….
DDDHHHHWWWUUUAAAARRRRR!!!!
Hantaman keras terdengar di telingaku, diikuti ledakan dahsyat mengguncang area sekitar, angin berhembus kencang ke segala arah. Aku tak merasakan lagi tanah sebagai alasku, ditemani bebatuan dan debu-debu yang beterbangan. Aku terjatuh bagai batu yang dilemparkan kedalam lumpur, dan berpindah beberapa Lox dari posisi awal.
Debu tebal mengelilingi, suara gemuruh berangsur-angsur mereda. Samar-samar aku melihat Efrin berlari mendekat dengan langkah lelah, wajahnya cerah dengan senyum lega. Matanya berbinar dengan kelegaan, menandai akhir dari pertarungan sengit.
Oramar keluar dari kereta, menyaksikan Tropilon yang tergeletak tak berdaya. Ekspresi lega dan puas terukir di wajahnya.
Tubuhku tak mampu lagi bergerak, semua otot tubuh terasa lemas dan mataku kabur bak tertutup kabut tebal.
" A-ku..." kataku lemah sebelum akhirnya tak sadarkan diri.