Chereads / Psychopat / Chapter 4 - Bab 3

Chapter 4 - Bab 3

Tuaan" mba lily berteriak dan berlari saat melihat tuaannya terkapar di lantai dengan bersimbah darah.

Tapi sayang teriakan itu hanya sekedar teriakan malang karena wanita itu jatuh tersungkur sebelum dirinya mendekati tuannya.

Fort berjalan pelan ke arah sea yang merintih kesakitan dan lemah. Di waktu yang bersamaan wanita itu mengeluarkan ponselnya dan hendak menelfon seseorang, namun naas sebelum itu terjadi 2 tembakan mengenai tangan serta dada wanita itu.

Fort lalu mendekat ke arah lily dan menginjak ponsel itu dengan sepatu pentofel yang ia gunakan.

################################

Fort mengekuarkan sebuah pisau kecil dari kantong coat-nya, dengan gerakan lambat fort mengarahkan pisau itu ke wajah sea. Fort menyayat kulit wajah indah itu dengan pelan dan dalam.

Sea tidak mampu melakukan apapun, suaranya sudah habis dan tubuh sangat lemah.

Fort seolah menguliti wajah itu dan pergerakan tangannya berhenti tepat di depan mata indah itu, tanpa perasaan fort menusuk mata sea dan mencongkelnya keluar dengan pisau itu.

Fort kembali tertawa senang saat kedua bola mata indah itu keluar dan berguling di lantai. Dengan segera fort mengambil bola itu dan memasukkannya ke dalam tempat yang sudah ia sediakan.

"Aku tidak perlu menginterogasimu, aku akan mencari sendiri informasinya tanpa membuang waktu dan tenaga denganmu "

Merasa belum puas, fort mencapkan pisau itu dengan kokoh di kepala sea.

Fort kemudian berdiri dari jongkoknya dan menatap ke arah lantai atas. Sejak awal kedatangannya, ia menyadari bahwa pandangan pria itu tidak lepas dari lantai atas.

"Mungkin ada sesuatu yang menyenangkan di lantai tersebut." Ucapnya

Fort tersenyum, dan dengan semangat berjalan menaiki satu persatu anak tangga . Hingga sekelebat bayangin tampak mengusik pandangannya.

"Apakah itu hantu ?" Tapi fort tidak takut dan tidak percaya itu.

Diwaktu yang bersamaan terdengar suara ponsel dari lantai dua.

Fort tidak terburu-buru, dia menapaki tangga itu dengan tengan lalu berjalan mendekati sebuah pintu yang mungkin terdapat sesuatu di sana.

Fort berjalan dengan tenang dan memutar knop pintu dengan perlahan ,pandangannya menangkap sosok pria kecil sedang duduk di atas ranjang.

Bersamaan dengan itu suara ponsel dari dalam sakunya terdengar, fort mengalihkan pandangannya dan mengangkat panggilan itu.

Beberapa menit kemudian, fort memasukkan kembali ponselnya dan tertawa dengan keras.

"Hahaha ini akan sangat menarik " ucap

"Ada apa paman ? Apakah ada pembunuh ?tolong selamatkan aku paman"

Sky berlari ke arah fort dan menggenggam tangan fort yang penuh darah.

Sebuah ide licik muncul di kepala fort setelah mendengar itu.

"Baiklah, paman akan menyelamatkan mu" ujar fort dengan smirk andalannya.

Sky tersenyum ,kemudian fort mengangkat dan menggendong tubuh yang lebih kecil itu meninggalkan rumah sea.

Fort menyetir mobil dengan kecepatan 80 km/jam ,fort sengaja mengurangi kecepatan mobilnya mengingat saat ini ia membawa anak kecil.

Sky hanya diam sedari tadi sejak pergi dari rumah papa nya.

Fort melirik anak itu sekilas dan tersenyum.

"Nama kamu ?" Tanya fort menatap sky sebentar

"Paman bilang apa ?" Jawab peat kebingungan karena sedari tadi ia melamun. Peat mengerjapkan matanya lucu dan kepala yang sedikit dimiringkan.

"Nama kamu, bagaimana aku bisa memanggilmu kalau aku tidak tau nama kamu"

Fort gemas dengan ekspresi pria itu, tapi ia juga kesal karena baru kali ini ia harus mengulang ucapannya yang sangat sepele ini.

"Ouh, nama aku sky paman. Sky wasuthorn"

Jawab sky dengan tersenyum.

Mata indah sky tidak sengaja melihat tangan fort yang penuh darah.

Pupil mata sky melebar melihat tangan penuh darah milik fort.

"Paman, tangan paman berdarah. Bagaimana ini " panik sky

Fort menoleh ke arah sky dan melihat tangan yang dimaksud bocah itu.

"Ini bukan luka hanya darah. Aku lupa membersihkannya tadi" ujar fort dengan malas.

"Sini ,biar sky yang membersihkannya untuk paman"

Tanpa menunggu jawaban dari pria dihadapannya, sky mengambil beberapa lembar tissue yang ada di kursi belakang lalu meraih dan membersihkan tangan yang lebih besar itu.

Fort terdiam dan sesekali memperhatikan bagaimana tangan mungil dan lembut itu bergerak dengan lihai membersihkan darah di tangan kekarnya.

Fort menarik tangannya cukup keras membuat sky terkejut dan menjatuhkan tissue yang ia pegang.

"Tidurlah, perjalanannya masih jauh" ucap fort dingin.

Bukannya marah atau takut, sky malah tersenyum dan mengikuti perintah fort.

Sky menyandarkan tubuhnya pada kursi ,rasanya empuk dan nyaman karena dialasi bantal.

Mata indah itu menatap fort yang fokus menyetir. Mata sky perlahan mengecil dan tertutup karena ngantuk.

"Aku jadi kangen bunda" ucap sky sebelum dirinya benar-benar larut dalam tidurnya.

Fort hanya diam mendengar perkataan sky, dengan cepat ia menginjak gas dan membawa mobil itu dengan kecepatan tinggi

Menuju sebuah sudut kota yang jauh dari hiruk piruk kota.

Dilain sisi

Seorang pria bertopeng mendapatkan pesan baru dari ponselnya.

Jalan jati no.26

"Sudah lama sekali dia tidak menggunakan jasaku, biasanya dia akan menyelesaikan semuanya sendiri dengan bersih "

Ujarnya setelah membaca pesan dari pelanggan sekaligus temannya.

"Mungkin kali ini seorang penghianat dan ia malas mengurusnya lama-lama" sahut seorang pria mungil yang berada di pangkuannya.

"Mungkin saja" Pria bernama boss itu mematikan rokoknya dan menurunkan kekasihnya eul.

Boss kemudian bangkit dan berjalan ke arah gudang untuk menyiapkan peralatannya.

Sudah 4 menit berlalu sejak pesan itu dikirim. Kini boss, eul dan 2 orang rekan nya bersiap menuju lokasi yang dikirimkan fort.

25 menit kemudian, mereka tiba di lokasi yang diberitahu oleh temannya fort.

Mereka berempat masuk ke dalam rumah dan tidak melihat ada kerusakan disana. Seperti dugaannya fort akan melakukan aksinya dengan hati-hati tapi menyakitkan.

Mereka juga melihat 2 jasad terkapar di lantai, yang satunya seorang wanita dan yang satunya seorang pria.

Mereka yakin jika pria itu adalah pemilik rumah dan wanita itu adalah pengurus rumahnya. Terlihat dari pakaian keduanya.

Boss mendekat ke arah mayat pemilik rumah, dan melihat wajah pria tersebut.

Wajah itu sudah penuh dengan sayatan yang sangat dalam, kedua bola matanya sudah hilang dari tempatnya.

Boss yakin fort mencongkel mata si pemilik rumah saat pria ini masih sadarkan diri, terlihat dari mulutnya yang sediki terbuka seolah kesakitan.

Boss bangkit dan menyuruh dua rekannya itu bekerja, ia dan kekasihnya tidak perlu membantu karena tidak banyak darah yang berceceran dan juga hanya ada 2 mayat.

Melihat hal ini membuat boss kembali mengingat kejadian beberapa tahun lalu, kejadian dimana anak angkatnya yang berusia 18 tahun dilecehkan hingga mengalami depresi berat.

Beberapa hari kemudian, fort dan boss berjalan-jalan bersama dan melihat wajah yang sama dengan ciri-ciri yang di beritahu sang anak sebelum gadis itu memilih membunuh dirinya.

"Seharus kau mati saat itu juga" ucap boss penuh amarah mengingat penderitaan anaknya.

Mereka membawa pria itu ke tempat yang cukup sepi. Fort memilih duduk di bangku taman sambil memainkan pensilnya pada kertas putih bergambar seorang wanita yang menggantung diri.

"Kau pantas mati, karena kau anakku depresi dan membunuh dirinya sendiri. Semuanya salahmu, kau melecehkan putriku lebih baik kau juga ikut mati" ucap boss penuh amarah di depan pria itu.

"Hahaha putrimu yang bodoh itu dengan polosnya menyerahkan keperawanannya kepadaku, itu berarti dia juga sudah tau dan menerima semua resiko yang terjadi" ucap pria itu angkuh

Saat pria itu berhenti tertawa, fort bangkit dari duduknya berjalan melewati boss dan berdiri dihadapan pelaku.

Dengan sengaja fort menjatuhkan pensil yang ada di tangannya.

"Kau menjatuhkan pensilku, ambil dan berikan kepadaku" pintah fort dengan nada datar.

"Hei kau jangan menuduh sembarangan" pria itu terbawa emosi dan mengeluarkan makian untuk fort

"Kau tak mau mengambilnya ?" Tanya fort masih dengan raut wajah dan nada yang sama

"Tidak" sahut si pelaku

Fort berjongkok dan dan kembali bertanya

"Apa kau benar-benar tidak ingin mengambilnya ?"

"Tidak akan"

Fort memegang pensil itu dengan erat dan kembali bertanya.

"Kau sungguh tidak ingin mengambilnya ?"

"Tidak aka per-"

"Aakhh"

Belum sempat pria itu menyelesaikan ucapannya, fort sudah lebih dulu mengambil pensil yang tertancap di tanah itu lalu menusukkannya ke tangan pria itu.

Pria itu berteriak kesakitan saat fort dengan santainya menggerakkan pensil itu ke kanan dan ke kiri . Dan membuat lubang yang lebih besar.

Dan wajah tak bersalah, fort mencabut dan menancapkan kembali pensil itu 3 kali.

Dan terakhir, fort mengambil pisau lipat yang sering dibawahnya dari dalam saku celana. Fort kemudian menyayat mulut ,wajah dan tangan pria itu tanpa ampun.

Pria itu berteriak histeris dan kesakitan, dia ingin kabur tapi tidak bisa karena boss lebih dulu menahan pergerakannya.

Fort menatap boss datar lalu menatap pria berlumuran darah itu dengan tajam. Tangannya bergerak dan menusuk nusuk tubuh pria itu, fort juga menancapkan pisau miliknya di kening pria itu .

Mereka balik ke rumah setelah fort mencabut pisau miliknya .

.

.

.

.

.

Next ?

Duhhh, ayang fort . Makin suka deh hahahaha