Lysander duduk dikursi kebesarannya itu dengan wajah angkuh andalannya, dia menatap setumpukan dokumen yang menjulang tinggi dimeja bundar nya itu.
Dia ingin pulang!.
Dia ingin bersama dengan gadisnya lebih lama lagi, Lysander tersenyum tipis sangat tipis bahkan jika orang lain melihat, itu bukan seperti senyuman sangking tipis nya.
"Bertemu dengan gadisku adalah takdir yang sudah direncakan, saya akan pulang!, lalu menyerahkan semua pekerjaan ini kepada Rafael."
"Apa?lagi?."
Rafael menatap Lysander dengan tatapan memelas, pekerjaan nya masih menumpuk, dan Lysander ingin menambah pekerjaan nya yang lain?, astaga apa yang sekarang merasuki pikiran bos nya itu? Kenapa bos nya itu selalu menyiksa nya dengan setumpukan dokumen itu?.
"Bos, kenapa, bos selalu menyerahkan pekerjaan, bos kepada saya?" Tanya Rafael, Lysander menatapnya dengan tatapan datar andalan nya.
"Kau mengatur ku?" Tanya Lysander dengan intimidasi, Rafael menggeleng lemah, ingatlah Rafael jika kau hanyalah seorang tangan kanan yang harus siap kapan saja untuk mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh bos kepadamu.
"Gaji mu akan ditambah dua puluh persen"
Beberapa kata itu berhasil membuat senyum Rafael terbit, dia dengan cepat menatap Lysander dengan tatapan menyedihkan, seperti orang yang baru saja menerima Sebuah bantuan, itu menjijikan.
"Hentikan wajah menjijikan mu itu, Rafael!."
"Baik, pak bos yang paling tampan sedunia."
Rafael segera membawa setumpukan dokumen itu keruangan nya, ini yang dia sukai dari bos nya yang kejam itu, bos nya itu masih memiliki sedikit hati nurani.
***
Lysander kini sudah berada di parkiran perusahaan, dia hendak memasuki mobilnya, namun panggilan dari seseorang membuat pergerakan tangan nya terhenti.
" Pak Lysander, tolong tunggu sebentar."
Lysander menatap, Olina. Yang kini tersenyum manis kepada, Olina. Sekertaris nya yang cantik namun begitu genit, dia bukan selera Lysander, Olina. Sering kali bersikap menggoda, namun bukannya tergoda, Lysander malah risih, namun dia tidak memecatnya karena kinerja Olina. Yang begitu baik bagi perusahaannya.
Lysander mengangkat sebelah alisnya, seolah bertanya kenapa Olina memanggil nya, Olina yang mendapat respon itu hanya bisa tersenyum paksa, dia berfikir Lysander akan langsung menyapa nya Balik.
"Bolehkah saya bertanya, pak Lysander?." tanya Olina, Lysander mengangguk.
Melihat respon itu, Olina dengan cepat mengubah mimik wajahnya menjadi lebih segar dan cerah, dia menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinganya, dia berfikir Lysander akan terpesona dengan nya, namun ternyata tidak, Lysander hanya menatap nya.
"Apa?" Tanya Lysander.
"Siapa gadis yang ada di telepon tadi malam?." Tanya Olina, Lysander menatap Olina intens, Olina. Yang ditatap seperti itu justru salah tingkah, dia merasa jika Lysander sudah mulai tertarik kepadanya.
"Bukan urusan mu!." Setelah mengatakan itu, Lysander masuk kedalam mobilnya meninggalkan Olina yang terdiam seribu bahasa.
"Sialan kau Lysander! Akan ku pastikan kau akan terjerat dengan pesona ku, saat ini kau masih bisa menolak ku dengan cara yang begitu memuakkan, namun nanti saat kau masuk kedalam pesona ku, akan ku pastikan kau mengejar-ngejar ku seperti seekor anjing!." Ujar Olina dengan kepercayaan diri yang begitu tinggi, dia mengepalkan tangannya dengan begitu kuat.
"Bangun, udah siang."
Olina menoleh ke belakang dan mendapati Riska yang kini tersenyum mengejek kearahnya, tangan Olina rasanya ingin memukul wajah menyebalkan itu, namun dia tahan karena tidak ingin membuat keributan hari ini.
"Diamlah Riska! Sebelum aku menghajar mu!." Setelah mengatakan itu, Olina pergi meninggalkan Riska yang tertawa seperti orang yang Habis melihat sebuah adegan lucu, telinga Olina begitu panas mendengar tawa menjijikan yang di keluarkan Riska untuk mengejek nya.
"Awas kau Riska sialan! Akan ku buktikan semua ucapanku itu nyata, dan akan ku pastikan kau akan berlutut di bawah kaki ku!." Batin Olina dengan penuh kebencian terhadap Riska.
***
Disisi Imel, dia kini tengah bersorak kegirangan karena berhasil kabur dari mansion psikopat itu, itupun bukan hal yang mudah, dia harus melompat dari jendela yang berada di lantai dua, untung saja dulu di desa dia sering bermain lompat tinggi bersama teman-temannya.
"Mari kembali ke kosan Imel" seru Imel, dia berjalan dengan cepat, takut ada orang yang melihat dirinya, atau mungkin suruhan Lysander.
Imel sebenarnya merasa jika Lysander mengurungnya untuk di ambil jantung beserta organ-organ tubuh nya yang lain.
Well Lysander adalah psikopat, jadi tidak salah jika dia berfikir seperti itu.
***
Sesampainya di kosan, Imel langsung mengunci semua pintu, takutnya nanti Lysander tahu kalo dia ada di sini.
Imel doesn't want to be locked up in that psychopath's mansion anymore!
"Harus ganti handphone sih ini, takutnya nanti Lysander ngelacak gue lagi" pikir Imel, dia dengan segera mengotak-atik handphone nya sehingga rusak total, dengan begitu Lysander tidak akan bisa melacak nya lagi.
****
"DIMANA GADIS KU HAH!." Lysander menatap semua bodyguard yang sudah dia tugaskan untuk menjaga gadisnya itu, tadi saat dia pulang, dia mendapatkan laporan jika gadisnya kabur.
Seorang bodyguard memberanikan diri untuk berbicara kepada Lysander "tuan, gadis anda kabur melalui jendela dari lantai dua " ujar Geo sang bodyguard yang paling muda di sana.
"Jendela? Dia melompat?!."
Geo mengangguk, dia mengetahui itu ketika meng-cek CCTV yang sudah dipasang di setiap sudut ruangan.
"Cari tahu dimana gadisku berada! Jika sampai kalian tidak menemukannya, maka bersiaplah untuk kehilangan nyawa pada saat itu juga!." Tegas Lysander, semua bodyguard mengangguk lalu pergi untuk mencari keberadaan gadis dari tuannya.
"Dimana kau, babe!." Gumam Lysander, dia begitu frustasi sekarang, dia akan memastikan saat gadisnya ketemu, dia akan mengikat gadisnya itu pada dirinya.
"Kau ingin bermain dengan ku, babe?."
Lysander menjilat bibirnya, dia berjalan menuju mobil nya, saat ini tujuannya hanya satu, yaitu menyuruh semua anggota elitnya untuk mencari keberadaan gadisnya.
"Kau nakal ternyata, babe."
Lysander mengemudikan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, pikiran nya kini sudah dipenuhi dengan berbagai cara bagaimana mengikat gadisnya itu hanya untuk dirinya sendiri.
Dret dret dret
"Ada apa, Rafael?."tanya Lysander, Rafael diseberang telepon terlihat sangat panik dan itu berhasil membuat Lysander begitu penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh Rafael.
"Gawat bos, Nona Alexa datang ke perusahaan ingin bertemu dengan bos, dia bahkan mengamuk dan mengatakan bos kurang ajar karena tidak datang untuk menyambut nya."
Tangan Lysander mengepal, wanita itu begitu kurang ajar, dia begitu berani untuk mengamuk di perusahaan nya?.
"Aku sibuk, suruh Olina untuk menghadapi Alexa."
Tit
Setelah mengatakan itu, Lysander langsung mematikan sambungan telepon nya secara sepihak, Lysander saat ini benar-benar ingin melampiaskan semua kemarahannya.
Lysander menelpon salah satu bawahan nya.
"Leon, siapkan satu mangsa untuk ku bermain di ruang bawah tanah!."
Setelah itu, dia mematikan sambungan telepon itu, dia saat ini benar-benar ingin membunuh seseorang untuk melampiaskan emosinya yang sudah berada di ubun-ubun.
"Ketika aku menemukan mu, babe, akan ku buat kau tidak bisa berjalan selama satu Minggu."
***