Chapter 6 - Bab 6

Langkah Besar Pertama

Arya kini tidak lagi berjuang sendirian. Dengan bantuan Budi, usaha kecilnya mulai berjalan lebih efisien. Namun, ia tahu bahwa untuk benar-benar berkembang, ia harus mulai berinvestasi pada alat dan teknologi sederhana yang bisa meningkatkan produksinya.

Menghadapi Masalah Modal

Meski bisnisnya mulai stabil, Arya sadar bahwa keuntungan yang ia dapat masih terlalu kecil untuk ekspansi besar-besaran. Ia butuh modal lebih besar agar bisa membeli barang dalam jumlah lebih banyak dengan harga lebih murah.

Setelah berpikir keras, ia menyusun dua strategi utama:

1. Mencari pinjaman dari orang yang bisa dipercaya

2. Menjual sesuatu dengan margin lebih tinggi untuk mempercepat perputaran uang

Kesempatan Emas: Bisnis Camilan Rumahan

Suatu sore, Arya mendengar suara ibu dan beberapa tetangga sedang berbincang di dapur. Mereka mengeluhkan harga jajanan yang semakin mahal di pasar.

"Ingin beli keripik pisang buat anak-anak, tapi sekarang harganya sudah Rp500 per bungkus," keluh salah satu ibu.

Arya segera menangkap peluang ini. Jika ia bisa membuat camilan sendiri, ia bisa menjual dengan harga lebih murah dan tetap untung besar.

Ia segera mengajak ibunya bicara. "Bu, bagaimana kalau kita buat keripik pisang sendiri dan dijual?"

Sang ibu terkejut. "Kau serius, Nak? Membuatnya butuh waktu dan tenaga."

"Tapi kalau berhasil, kita bisa untung besar. Aku bisa bantu cari bahan bakunya dengan harga murah."

Sang ibu berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, kita coba."

Produksi dan Pemasaran

Malam itu, Arya pergi ke pasar untuk membeli pisang mentah. Dengan pengetahuannya, ia mencari pisang jenis terbaik untuk dijadikan keripik: pisang kepok. Ia membeli 10 sisir seharga Rp3.000 dan membawa pulang ke rumah.

Mereka mulai mengupas, mengiris tipis, lalu menggoreng pisang tersebut. Prosesnya tidak mudah, apalagi mereka hanya memiliki peralatan dapur sederhana. Tangan Arya beberapa kali terkena minyak panas, tetapi ia tidak menyerah.

Setelah selesai, mereka mengemas keripik dalam plastik kecil dan menawarkannya kepada tetangga serta warung-warung terdekat dengan harga Rp400 per bungkus, lebih murah dari harga pasaran.

Dalam waktu sehari, semua terjual habis. Arya dan ibunya mendapat keuntungan Rp2.000 hanya dari satu kali produksi.

Menembus Pasar Lebih Besar

Melihat keberhasilan ini, Arya mulai berpikir lebih jauh. Jika ia bisa memproduksi dalam jumlah lebih besar, ia bisa memasok ke toko-toko dan bukan hanya warung kecil.

Ia lalu mengunjungi Pak Herman, pemilik toko kelontong terbesar di daerahnya.

"Pak, saya ingin menawarkan keripik pisang buatan sendiri. Rasanya enak dan lebih murah dari yang ada di pasaran," kata Arya dengan percaya diri.

Pak Herman mencoba satu bungkus. Matanya berbinar. "Hmm, enak! Baiklah, saya ambil 50 bungkus dulu, tapi saya bayar setelah barangnya laku."

Arya setuju. Itu adalah risiko yang harus diambil. Jika berhasil, ia akan mendapatkan pelanggan besar yang bisa menjadi mitra jangka panjang.

Dan benar saja, dalam seminggu, semua barangnya habis.

Masalah Baru: Produksi Lambat

Kini, permintaan semakin banyak, tetapi mereka masih mengandalkan metode manual.

"Aku tidak bisa terus mengiris pisang satu per satu dengan pisau, Bu. Terlalu lambat," keluh Arya.

Ia mulai mencari solusi. Dengan sisa keuntungan, ia membeli alat pemotong pisang manual seharga Rp2.500 yang bisa memotong lebih cepat dan lebih rapi. Hasilnya, produksi meningkat dua kali lipat tanpa tambahan tenaga.

Mimpi yang Mulai Terwujud

Dari hanya menjual kebutuhan pokok, kini Arya berhasil memperluas usahanya ke bidang makanan ringan. Keuntungan per bulan yang sebelumnya hanya Rp6.500 kini meningkat menjadi lebih dari Rp20.000.

Namun, ini baru permulaan. Ia tahu bahwa masih banyak tantangan yang harus ia hadapi.

Satu hal yang pasti: ia tidak akan berhenti sampai keluarganya keluar dari kemiskinan.