Fajar menyingsing di Sekte Naga Putih. Udara pagi terasa segar, tetapi ketegangan mengisi atmosfer.
Di halaman utama, Shen Wei berdiri dengan jubah putihnya yang berkibar diterpa angin. Di hadapannya, keempat muridnya—Mei Er, Lin Xia, Yu Lan, dan Chen Guang—bersiap dengan perlengkapan mereka.
Hari ini, mereka akan mencari tahu lebih dalam tentang Dewi misterius yang mengancam mereka.
Mei Er berdiri di samping Shen Wei, matanya penuh keyakinan, tetapi ada sedikit kecemasan yang ia sembunyikan.
"Senior, apakah kita benar-benar akan pergi bersama?" tanyanya pelan.
Shen Wei menoleh ke arahnya dan tersenyum tipis. "Ya. Kali ini, kita akan menghadapi ini bersama."
Mei Er mengangguk, tetapi hatinya masih dipenuhi kekhawatiran.
Lin Xia, yang sedang mengecek pedangnya, menoleh. "Ke mana kita akan memulai pencarian ini, Senior?"
Shen Wei berpikir sejenak.
"Di sebelah barat, ada sebuah tempat yang disebut 'Lembah Seribu Cahaya'. Menurut informasi yang kudapat, tempat itu menyimpan rahasia tentang para Dewi."
Chen Guang menyipitkan matanya. "Apakah tempat itu berbahaya?"
Shen Wei tersenyum kecil. "Tidak ada tempat yang benar-benar aman di dunia ini, Chen Guang. Kita harus selalu waspada."
Yu Lan, yang selama ini lebih pendiam, akhirnya angkat bicara. "Kalau begitu, kita harus segera berangkat. Semakin cepat kita bergerak, semakin banyak yang bisa kita pelajari."
Semua murid mengangguk setuju.
Maka, perjalanan mereka pun dimulai.
Mereka melintasi hutan lebat dan bukit berbatu. Langit cerah, tetapi udara semakin terasa berat seiring mereka semakin dekat dengan tujuan.
Di tengah perjalanan, Shen Wei merasakan sesuatu.
Aura aneh.
Ia menghentikan langkahnya dan mengangkat tangan, memberi isyarat agar murid-muridnya berhenti.
"Ada sesuatu di sekitar kita."
Semua murid langsung waspada.
Mei Er merapat ke sisi Shen Wei, tangannya menggenggam pedangnya erat.
Dari balik pepohonan, suara langkah kaki terdengar mendekat.
Tiba-tiba, sekelompok orang berbaju hitam muncul, wajah mereka tertutup topeng perak.
Salah satu dari mereka maju, suaranya dingin. "Tuan Shen Wei. Kami sudah menunggumu."
Shen Wei menyipitkan matanya. "Siapa kalian?"
Orang itu tertawa kecil. "Kami adalah utusan dari Dewi Hitam."
Lin Xia langsung menarik pedangnya. "Jadi kalian bekerja untuk Dewi itu!"
Chen Guang mengepalkan tinjunya. "Kalau begitu, tak ada lagi yang perlu dibicarakan!"
Shen Wei mengangkat tangannya, menghentikan mereka.
"Kenapa Dewi itu mengincar muridku?" tanyanya dingin.
Orang bertopeng itu tersenyum tipis. "Sang Dewi memiliki rencana besar, dan muridmu hanyalah bagian kecil darinya."
Mendengar itu, Mei Er menggigil sedikit. "Kenapa… aku?"
Orang itu hanya tertawa. "Semuanya akan terungkap nanti. Tapi sayang, kalian tidak akan hidup cukup lama untuk mengetahuinya."
Dalam sekejap, pertarungan pun dimulai.
Para utusan Dewi menyerang tanpa ragu.
Chen Guang langsung melompat ke depan, meninju salah satu dari mereka dengan kekuatan dahsyat.
Braak!
Orang bertopeng itu terpental ke belakang, tetapi segera bangkit kembali.
Lin Xia dan Yu Lan melawan dua orang sekaligus, pedang mereka berkilauan dalam cahaya matahari yang menembus pepohonan.
Mei Er mencoba bertahan, tetapi serangan dari musuh terlalu cepat.
Shen Wei, yang sejak tadi mengamati, akhirnya bergerak. Dalam satu langkah, ia muncul di depan Mei Er dan menangkis serangan musuh dengan pedang Surgawinya.
"Kau tak akan menyentuh muridku."
Dengan satu ayunan pedang, cahaya emas menyelimuti seluruh area, membuat musuh-musuhnya terpental.
Para utusan Dewi mulai goyah. Mereka tidak menduga kekuatan Shen Wei sebesar ini.
Orang bertopeng yang tadi berbicara akhirnya mundur sedikit.
"Kita akan bertemu lagi, Shen Wei. Sang Dewi sedang menunggumu."
Dalam sekejap, mereka semua menghilang seperti bayangan.
Mei Er jatuh terduduk, masih terkejut dengan kejadian barusan.
Shen Wei berlutut di sampingnya, menyentuh bahunya dengan lembut.
"Kau baik-baik saja?"
Mei Er mengangguk pelan, tetapi wajahnya masih pucat.
Lin Xia dan Yu Lan mendekat. "Mereka benar-benar mengincar Mei Er… Ini semakin berbahaya."
Chen Guang meninju pohon di dekatnya. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuh kita lagi!"
Shen Wei menghela napas.
"Kita harus tetap maju. Lembah Seribu Cahaya mungkin bisa memberikan jawaban."
Mereka semua mengangguk, meskipun hati mereka dipenuhi kecemasan.
Tanpa menunggu lebih lama, mereka kembali melanjutkan perjalanan.
Di kejauhan, Lembah Seribu Cahaya sudah mulai terlihat.
Tetapi, mereka belum tahu bahwa di dalam lembah itu, bahaya yang lebih besar sudah menunggu…
(Bersambung ke Bab 43…)