Cahaya pedang hitam di tangan Shen Wei berkilauan samar dalam kegelapan gua, memancarkan aura yang dingin dan mendominasi. Ukiran-ukiran kuno pada bilahnya seperti berdenyut dengan energi yang tidak bisa dijelaskan. Shen Wei menatap pedang itu dengan penuh kehati-hatian, merasakan kekuatan besar yang mengalir dari senjata itu ke tubuhnya.
"Siapa yang menciptakanmu?" gumamnya.
Namun, tak ada jawaban selain keheningan gua. Aura pedang itu tetap diam, seperti sedang mengamati apakah Shen Wei benar-benar pantas memilikinya.
Shen Wei kembali duduk bersila di dekat altar tempat ia menemukan pedang tersebut. Ia memutuskan untuk memulai kultivasi kembali, kali ini dengan pedang hitam itu di sisinya. Begitu ia menarik energi spiritual di sekitar gua, ia merasakan sesuatu yang berbeda—energinya tidak lagi liar dan sulit dikendalikan seperti sebelumnya.
Pedang itu tampaknya memiliki kemampuan untuk menstabilkan aliran energi di dalam tubuhnya. Dengan setiap napas, energi spiritual dari gua itu mengalir lebih cepat dan lebih halus ke dalam meridian Shen Wei, membuatnya merasa lebih kuat dari sebelumnya.
"Apa ini… kau membantuku?" tanyanya, meskipun tahu pedang itu tidak akan menjawab.
Satu hari penuh ia habiskan untuk menyerap energi spiritual. Pada malam harinya, Shen Wei membuka matanya dan mengepalkan tangan. Ia bisa merasakan bahwa tingkat kultivasinya telah meningkat dengan signifikan. Dari seorang murid biasa, kini ia telah memasuki tahap Penguatan Tubuh Tingkat Tengah, sebuah pencapaian yang biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun bagi para kultivator lainnya.
Namun, bersamaan dengan itu, ia juga merasakan sesuatu yang gelap dan berat di dalam tubuhnya—seperti bayangan yang mengikuti setiap langkahnya. Pedang itu tidak hanya memberinya kekuatan, tetapi juga membawa sesuatu yang lain, sesuatu yang kelam.
Keesokan harinya, Shen Wei meninggalkan gua untuk mencari makanan dan terus melatih teknik bertarungnya. Dengan pedang hitam di tangan, ia merasa lebih percaya diri menghadapi apa pun yang ada di pegunungan ini.
Tidak lama setelah berjalan, ia merasakan kehadiran sesuatu yang kuat di sekitarnya. Angin di hutan tiba-tiba berhenti, dan suasana menjadi sunyi. Dari semak-semak di depan, seekor Beruang Batu, binatang roh tingkat menengah, muncul. Tubuhnya yang besar dilapisi oleh kulit keras seperti batu, dan matanya yang bersinar hijau memancarkan niat membunuh.
"Binatang tingkat menengah," Shen Wei berkata sambil mengangkat pedangnya. "Ini ujian yang bagus untuk kekuatan baruku."
Beruang itu mengaum dan menyerang tanpa ragu. Dengan tubuhnya yang besar, binatang itu menyerbu Shen Wei dengan kecepatan luar biasa, tetapi Shen Wei berhasil menghindar ke samping. Dalam satu gerakan cepat, ia mengayunkan pedangnya ke arah beruang itu.
Namun, ketika bilah pedang itu menyentuh kulit beruang, sesuatu yang aneh terjadi. Energi hitam dari pedang itu meledak keluar, menghancurkan lapisan keras di tubuh beruang hanya dalam satu serangan. Beruang itu meraung kesakitan, tetapi Shen Wei tidak berhenti. Ia melancarkan serangan berikutnya, kali ini menusukkan pedangnya ke leher beruang.
Dalam sekejap, beruang itu terkapar, tubuhnya tidak bergerak. Shen Wei menatap pedang di tangannya dengan terkejut.
"Kekuatan ini… terlalu besar," gumamnya. Namun, alih-alih merasa takut, ia merasakan rasa puas dan dorongan untuk menjadi lebih kuat.
Ia mengumpulkan inti roh dari tubuh beruang tersebut, sebuah objek berharga yang mengandung energi spiritual murni. "Dengan ini, aku bisa mempercepat kultivasiku lagi," katanya sambil memasukkan inti itu ke dalam kantongnya.
Setelah kembali ke gua, Shen Wei memutuskan untuk mencoba memahami lebih dalam tentang pedang hitam itu. Ia menatap ukiran kuno di bilahnya, mencoba mengenali simbol-simbol yang terukir di sana.
Beberapa jam berlalu tanpa hasil, hingga akhirnya ia mencoba sesuatu yang berbeda—mengalirkan energi spiritualnya ke dalam pedang. Saat energi itu menyentuh pedang, Shen Wei merasa seperti tersedot ke dalam dunia lain.
Ia kini berdiri di tempat yang gelap, dengan langit yang dipenuhi petir ungu dan tanah yang retak-retak. Di depannya berdiri bayangan besar berbentuk manusia, tetapi wujudnya tidak jelas, hanya mata merah yang bersinar terang.
"Siapa kau?" tanya Shen Wei.
Bayangan itu tidak menjawab langsung, tetapi suaranya bergema di seluruh tempat itu.
"Aku adalah penjaga pedang ini. Hanya mereka yang memiliki tekad baja dan hati yang kuat yang dapat menguasainya. Namun, jika kau gagal, kau akan dimakan oleh kekuatan pedang ini."
Shen Wei menatap bayangan itu dengan penuh keyakinan. "Aku tidak takut. Aku telah kehilangan segalanya, dan aku tidak akan mundur dari apa pun."
Bayangan itu tertawa pelan. "Kalau begitu, buktikan dirimu."
Dalam sekejap, bayangan itu meluncur ke arah Shen Wei, mengayunkan tangan besar yang penuh energi gelap. Shen Wei mengangkat pedangnya untuk menangkis, dan benturan itu menghasilkan gelombang energi besar yang mengguncang dunia di sekitarnya.
Pertarungan berlangsung sengit. Setiap kali bayangan itu menyerang, Shen Wei membalas dengan kekuatan penuh. Ia tahu ini adalah ujian, bukan hanya untuk kekuatannya, tetapi juga untuk tekad dan kemauannya.
Setelah apa yang terasa seperti berjam-jam, Shen Wei berhasil menyerang balik dan menembus tubuh bayangan itu dengan pedangnya. Bayangan itu hancur menjadi serpihan cahaya, dan suara terakhirnya bergema di udara.
"Kau layak… gunakan pedang ini untuk menantang dunia."
Shen Wei terbangun kembali di dalam gua, keringat membasahi tubuhnya. Ia menggenggam pedang hitam itu lebih erat, merasakan koneksi yang lebih dalam dengannya.
"Mulai sekarang, kau adalah bagian dariku," katanya dengan suara penuh keyakinan.
Ia tahu bahwa jalan di depannya akan semakin sulit, tetapi dengan pedang hitam ini, ia siap menghadapi apa pun. Dunia spiritual yang luas kini menantinya, dan Shen Wei tidak akan berhenti sampai ia mencapai puncak tertinggi.