Cahaya matahari yang pudar menembusi melalui celah-celah tingkap yang sudah dipenuhi debu tebal, membiaskan bayang-bayang panjang di lantai kayu yang mulai rapuh. Di dalam bangunan yang hampir dilupakan oleh waktu, aroma kertas tua dan kayu lembap memenuhi udara. Clara, dengan rasa ingin tahu yang tak terbendung, melangkah perlahan ke dalam perpustakaan usang itu. Jubahnya terseret halus di lantai berdebu, tetapi matanya berkilauan, dipenuhi rasa ingin tahu yang mendalam.
Dia selalu menyukai buku-setiap helaian, setiap cerita yang terkandung di dalamnya seperti dunia kecil yang menunggu untuk ditemukan. Dan perpustakaan ini, meski terbengkalai, menyimpan janji akan rahasia-rahasia lama yang belum terungkap. Selama bertahun-tahun, tak seorang pun berani menginjakkan kaki di tempat ini. Kata orang, ada sesuatu yang aneh di sini, sesuatu yang tak terlihat namun selalu hadir.
Clara mengabaikan cerita-cerita itu. Baginya, perpustakaan ini adalah harta karun yang menunggu untuk dijelajahi.
"Ini dia," bisiknya pada diri sendiri, jari-jarinya menyentuh rak-rak buku yang tinggi dan berdebu, mencari sesuatu yang lebih dari sekadar lembaran kertas biasa. Namun, langkah kakinya terhenti saat tatapannya jatuh pada sebuah pintu tua di ujung ruangan-pintu yang tidak pernah disebut dalam catatan apa pun tentang perpustakaan ini.
Dengan jantung berdebar, dia mendekati pintu tersebut. Tidak ada kunci, hanya sebuah segel aneh yang terukir di tengahnya, simbol yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. Rasa ingin tahu menguasainya, lebih kuat dari ketakutan atau keraguan apa pun.
Tangannya terulur, menyentuh segel itu.
Tanpa peringatan, segel tersebut mulai bersinar redup, dan perlahan-lahan, pintu itu terbuka. Sebuah angin dingin melesat keluar, menghantam wajah Clara, membuatnya tersentak mundur. Di balik pintu, ada sesuatu-sesuatu yang jauh lebih tua dari perpustakaan itu sendiri, sesuatu yang seharusnya tetap terkunci.
Dia tidak tahu apa yang baru saja dia lakukan, tapi suara gemuruh pelan di dalam ruangan membuatnya sadar akan satu hal: dia telah membuka sesuatu yang tidak seharusnya terbuka.
Dan dari dalam kegelapan, Gerbang 1000 Dunia mulai terbangun.
Clara undur beberapa langkah, napasnya tertahan. Pintu tua yang tadinya tersembunyi di balik debu dan bayang-bayang kini terbuka lebar di hadapannya. Cahaya redup dari dalam seolah memanggil, memikatnya untuk melangkah lebih dekat. Namun, di balik rasa ingin tahu yang membara, ada rasa takut yang tak dapat ia abaikan.
Dari ambang pintu itu, ada sesuatu yang berbeza. Angin yang tadinya tak bergerak kini berputar lembut di sekelilingnya, membawa bisikan-bisikan halus yang tidak ia mengerti. Clara memandang sekeliling, berharap untuk menemukan penjelasan, tetapi ruangan perpustakaan yang kosong dan sunyi hanya memberikan lebih banyak pertanyaan.
Dia melangkah maju, meneliti simbol di atas pintu itu sekali lagi. Tidak ada apa-apa yang familiar. Namun, loket tua yang menggantung di lehernya, hadiah dari ibunya yang telah tiada, mulai bergetar perlahan. Itu pertama kalinya loket itu bereaksi pada sesuatu-sebuah peringatan, atau mungkin, sebuah undangan.
Dengan tangan gemetar, Clara mengangkat loket itu, menatapnya dengan hati-hati. Sebelum dia sempat merenung lebih jauh, sebuah suara berbisik lembut di telinganya, suara yang datang entah dari mana.
"Kau dipilih..."
Kata-kata itu membuat darahnya membeku. Namun, rasa ingin tahunya terlalu kuat. Clara menelan ketakutannya dan melangkah melintasi ambang pintu. Kegelapan menyelimutinya seketika, tetapi di dalam kegelapan itu, dia bisa merasakan sesuatu yang besar, sesuatu yang menunggu-dan entah bagaimana, dia tahu bahwa begitu dia masuk, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.
Ketika kakinya menyentuh lantai di seberang pintu, ada bunyi klik halus, seperti segel yang baru saja terbuka. Sebelum Clara sempat memproses apa yang terjadi, dunia di sekelilingnya berubah.
Lantai perpustakaan yang rapuh hilang di bawah kakinya, digantikan oleh angin yang menderu dan hamparan ruang yang tak terbatas. Di depannya, membentang Gerbang 1000 Dunia—gerbang yang tidak ia ketahui apa-apa tentangnya. Clara hanya berdiri kaku, jantungnya berpacu, sementara di kejauhan, bayang-bayang mulai bergerak, mendekat, perlahan namun pasti.
Dan itulah saat di mana segalanya bermula. Ketidaksengajaannya telah membuka gerbang ke dunia-dunia yang tak pernah ia bayangkan. Tanpa sedar, Clara telah memulai perjalanan yang akan menguji setiap kekuatan yang ia miliki, setiap pilihan yang akan dia buat, dan setiap bahagian dari dirinya.
Takdirnya kini tertulis di antara dunia-dunia tersebut-di ambang antara cahaya dan kegelapan.