Aku tidak berani membuka mata. Sementara bunyi lemariku terdengar semakin nyaring. Seperti terbuka lalu tertutup lagi. Begitu seterusnya.
Aku yang terlanjur gemetar memegang erat-erat selimutku karena takut ada yang menarik dari bawah.
Beruntungnya suara jerit pintu lemari sudah tidak terdengar lagi. Sekarang diganti dengan suara hujan deras bersama angin ribut yang diiringi petir menyalak-nyalak.
Tiga detik kemudian lampu di kamarku mati lagi. Di bawah selimut, dengan gerakan perlahan aku membuka telfonku. Mencari kontak sesorang yang selalu ada buat aku meskipun aku selalu memanfaatkannya.
Dia adalah Jon. Aku harus memanggil dia sekarang.
Bukankah aku pernah ceritakan sebelumnya kalau aku jomblo bukan berarti aku tidak laku tapi karena syarat sialan itu. Sedikit aku ceritakan tentang Jon. Dia adalah pria tangguh berkepala botak. Dia yang bercita-cita menjadi tentara mempersiapkan syarat-syarat jadi tentara dari awal.
Salah satunya adalah dia selalu menjaga bentuk tubuhnya agar ideal dan atletis. Kepalanya botak dan licin. Tatapannya tajam layaknya tentara. Ototnya seperti akar bahar yang menjulur menakutkan sekaligus geli.
Badannya tegap. Bibirnya merah karena dia anti rokok. Kulitnya sawo matang. Betisnya besar hampir setara dengan pahaku. Lehernya juga besar. Intinya Jon bertubuh kekar.
Kalau diteliti lebih seksama lagi, alis Jon bersambung. Dahinya lebar dan rahangnya keras. Wajahnya walaupun agak hitam namun bersih tanpa jerawat. Aroma bajunya selalu terendus harum karena selalu diolese parfum maco ala laki-laki sejati.
Jon adalah manifestasi dari hidup sehat itu sendiri. Ia selalu menjaga dan memperhatikan gaya hidup. Pola makannya terjaga. Pola tidurnya terjaga. Pola istirahatnya terjaga. Dan pola belajarnya terjaga. Intinya Jon memilik disiplin yang sangat tinggi.
Setiap bertemu, Jon dengan tangan penuh energinya langsung bersalaman, tersenyum dan ceria. Jon tidak suka main drama-drama. Jika temannya salah Jon tidak segan-segan menegur dan menasehati.
Jon adalah laki-laki tegas namun jenaka. Prinsipnya yang tegas dan tubuhnya yang gagah terkadang harus dihianati oleh wajahnya yang lucu. Wajahnya akan semakin jenaka ketika Jon tertawa karena tanpa sengaja beberapa giginya yang besar-besar memamerkan diri tanpa mau tahu bagaimana malunya si pemiliknya.
Wajah Jon yang jenaka menjadi penyelamat dirinya saat menegur teman-temannya yang berbuat ulah. Kebanyakan, teman-teman Jon yang ditegur olehnya malah tertawa dan tidak tersinggung. Di samping itu juga yang menjadi faktor utama adalah bentuk tubuh Jon yang menandingi tubuh security sekolah yang kekar.
Dunia anak-anak cowok SMA yang tidak jauh dari kata tawuran menjadi pengecualian bagi Jon. Bukan dia cupu dan penakut melainkan tidak mood melibatkan diri pada hal-hal yang tidak mendatangkan manfaat. Ditambah lagi musuh mana yang mau berurusan dengan sosok besar yang pantas menjadi tandingan security sekolah itu.
Masih tentang Jon. Dia di SMA satu kelas denganku. Jon adalah laki-laki pendiam namun sigap ketika aku minta bantuan. Dia gesit sekaligus konyol jika aku membutuhkan bantuannya.
Dari awal aku masuk Sekolah Menengah Atas Jon sudah naksir aku. Segala cara telah dilakukan untuk mendapat cintaku. Dari hal-hal logis, pelan, kalem, lembut, sampai pada hal-hal konyol dan gila.
Intinya, cowok itu akan melakukan apa saja untuk aku. Aku tidak sombong. Tapi ini fakta. Sebenarnya aku mau ngasih bocoran sama para cewek, jika kalian sedang beruntung, maksudku di posisi ini, jangan sia-siakan. Manfaatin si cowok sampai kalian benar-benar merasa puas.
Hahaha, kok aku jahat ya.
Pada suatu hari, saat aku makan di kantin tiba-tiba disektarku terjadi keributan yang menjatuhkan mangkok-mangkok bakso kantin. Piring-piring nasi berserekan. Ibu kantin dan beberapa cewek lainnya berteriak histeris melihat perkelahian yang saling jual beli pukulan dengan gerombolan cowok-cowok.
Teriak-teriakan kotor sambil lari lalu mendekat lalu lari lagi membuat kuping dan mataku terganggu. Aku bersimpuh karena takut kenak bogem perkelahian yang tidak jelas mana lawan mana kawan. Karena perkelahian ini maju-mundur, berputar lalu maju lagi sambil merusak fasilitas kantin.
Aku yang bersembunyi di bawah meja dengan tangan melindungi kepala dikagetkan dengan tarikan halus. Ada yang menarik tanganku. Aku menoleh. Kaget. Yang pertama terlihat adalah senyum menyebalkan Jon dan kepala licinnya.
Tanpa kata Jon langsung membawaku melewati orang-orang yang berputar berkelahi. Dengan tenang namun sigap Jon melindungiku dari pertempuran yang bisa saja sewaktu-waktu salah sasaran. Anehnya saat kami melewati segerombolan cowok-cowok yang baku hantam semuanya berhenti dan membuka jalan untuk paduka Jon.
Jon yang gagah dan ditakuti cowok-cowok di sekolah merasa diberi jalan maka tingkah laku konyolnya kembali datang. Ia berjalan tegap dengan kepala mendongak agak condong ke samping laksana pasukan khusus yang berhasil membebaskan sandra. Matanya melotot fokus pada satu titip laksana tentara dalam posisi parade penyambutan kepala negara.
Aku menyadari tingkah konyol Jon. Maka aku yang awalnya takut sekarang berjalan agak bergaya ibarat putri ratu yang dijemput pasukan pengawal kerajaan.
Ah, kegilaan mana lagi yang dilakukan Jon. Lebih parahnya aku mengimbangi kegilaan itu.
Lagi-lagi tentang kegilaan Jon.
Kapan hari di hari senin aku terlambat datang ke sekolah. Aku tidak berani mendekat ke pintu gerbang karena Pak Horel sudah berdiri gagah menyandra setiap siswa yang telat datang.
Dari kejauhan aku bingung dan bimbang karena malas berurusan dengan Pak Horel yang super garang. Aku sempat berpikir kembali ke rumah dan membuat alasan ke ibu kalau aku tiba-tiba demam.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana wajah menyebalkan sekaligus menakutkan Pak Horel ketika memberi hukuman kepada anak-anak yang terlambat datang. Belum lagi omelan dan bentakannya yang membuat kami bergidik takut.
Sementara hukuman yang diberikan cukup memalukan dan memilukan. Kami akan diperintah untuk berjalan sambil jongkok mengelilingi lapangan sekaligus memungut sampah yang terselip di balik daun-daun dan bunga-bunga sekolah.
Hukuman itulah yang aku takutkan, hukuman yang tidak sejalan dengan pandangan pendidikan era kontemporer yang meminimalisir bahkan menolak instrumen hukuman yang berbau fisik.
"Hemmm."
Aku dikagetkan dengan batuk buatan yang terdengar dari belakang. Aku menoleh dan ternyata Jon dengan wajah datar dan senyum hasnya sudah berdiri di belakangku.
Wajahku langsung berubah. Entah mengapa setiap melihat wajahnya aku merasa muak dan ingin segera menjauh. Tapi Jon adalah Jon. Seberapa kuat aku menjauh maka Jon akan selalu kokoh dengan prinsipnya untuk mendapatkan balasan cinta dariku.
Mungkin Jon adalah defenisi cowok sejati yang banyak diam dan kokoh pendirian. Masalah setia jangan ditanya lagi. Buktinya ada banyak cewek yang menggoda Jon tapi tak Jon ogak untuk melirik. Masalah tanggung jawab, tidak perlu dibahas. Calon tentara man, jelaslah dia bertanggung jawab. Masalah pengorbanan. Apalagi ini, Jon akan selalu ada untuk orang yang dicintainya.
Tapi entah mengapa, jangankan membuka hati, dekat saja aku terasa merinding karena alam imajinasiku sudah menafsiri Jon sebagai roh jahat yang akan merampas kesucianku sebagai wanita.
Entahlah, ada apa dengan pikiranku.
Ataukah itu mungkin isi pikiran perempuan. Ogah dan menyia-nyiakan laki-laki tulus yang mengejar-ngejarnya. Alih-alih mencari cowok yang jangankan setia, bertanggung jawab, dan berkorban, tidak menyakiti saja sudah sukur alhamdulillah.
"Aku punya ide," kata Jon sambil mengangguk disertai senyum licik yang aku paling tidak suka.
Belum sempat aku menanggapi, tiba-tiba Jon sudah menarik tanganku. Ikut tersentak karena energi Jon di atas rata-rata. Aku sering menghayalkan kalau tenaga Jon mendapat aliran energi dari Dewa Petir yang matanya menyala-nyala dengan jenggot terbakar sambil membawa cambuk.[]
Semoga ceritanya menghibur ya.
Mari berkunjung ke akun media sosialku:
Ig: bung.afif
Tiktok: bungafif