Nan Luo menatap kakeknya. "Kakek, bisakah kita keluar hari ini?"
"Keluar?" Tuan Tua Nan terkejut. Dia menatap anak lelaki dan perempuannya dengan bingung. "Mau melakukan apa kamu?"
"Saya ingin memilih kado untuk Hua'er!" Nan Luo berkata serius. Ulang tahun mereka tinggal dua hari lagi, jadi dia ingin memastikan bahwa dia memilih kado terbaik untuk saudara perempuannya. Meskipun baru saja ada pertemuan yang tidak menyenangkan, dia telah membuang kejadian itu ke belakang pikirannya.
Saudara kembarnya lebih penting!
Tuan Tua Nan mendelik. "Kenapa kamu tidak menyuruh pelayanmu untuk pergi?"
"Saya ingin pergi sendiri! Mereka tidak mungkin tahu barang-barang apa yang saya inginkan!" Nan Luo protes.
"Kalau begitu, selesaikan menyalin buku dahulu."
"Kakek, itu terlalu banyak…."
"Kalau kamu selesai menyalinnya, saya akan mengizinkan kamu pergi besok."
Nan Luo mengertakkan giginya. Dia lebih suka berlarian di lapangan daripada mempelajari hal-hal itu. Namun, dia harus menaatiperaturan kakeknya jika ingin keluar. Dia mengangguk khidmat. "Baiklah, saya akan menyalinnya. Kakek, Anda tidak boleh mengurungkan janji Anda!"
Dengan itu, Nan Luo bergegas menyalin secepat mungkin. Dia harus menyelesaikannya hari ini atau dia tidak akan bisa pergi besok.
Tuan Tua Nan menggelengkan kepala dan berbalik untuk melihat Nan Hua, yang sedang berdiri dengan pedang kayunya. Dia mengeluarkan beberapa pisau kayu dan memberikannya kepada Nan Hua. "Untuk saat ini, kita akan belajar cara melempar pisau dulu."
Lempar pisau?
Nan Hua melihat ke pisau-pisau itu lalu mengangguk. Ini mudah bagi dia tapi dia ingin tahu apakah ada perbedaan atau tidak dengan yang telah dia pelajari sebelumnya.
Maka, latihanpun dimulai dengan Hou Liang mengajarkan metodenya. Tidak sulit dan Nan Hua tidak menemukan perbedaan yang mencolok dengan yang telah dia kuasai sebelumnya. Karena dia sudah memiliki kontrol yang baik atas tubuhnya, tugas itu menjadi lebih mudah.
Swish! Swish! Swish!
Beberapa pisau dilempar ke target di depan. Tidak terlalu jauh karena kekuatan Nan Hua tidak bisa dibandingkan dengan orang dewasa. 10 meter mungkin batas maksimal untuk kekuatan saat ini.
Tak! Tak! Tak!
"Tepat sasaran." Hou Liang tercengang. Dia menatap pisau-pisau di tangannya dan merasa bahwa latihan berbulan-bulan di masa lalu tidak berguna.
Dia harus berlatih dengan pahit selama waktu yang lama tetapi Nan Hua hanya membutuhkan beberapa batang dupa waktu untuk menguasai teknik tersebut. Perbedaannya benar-benar bagaikan dunia yang berbeda.
"Bisa menggunakan target bergerak?" Nan Hua bertanya setelah dia mengenai tengah sasaran lebih dari 100 kali. Tangannya terasa sedikit mati rasa tapi dia seharusnya masih bisa melakukan ini beberapa kali lagi.
"Kamu ingin mencoba target bergerak?"
"Mhm."
"Baiklah." Hou Liang mengambil beberapa potong kayu yang telah ia siapkan di samping. Dia menatap Nan Hua dan setelah melihat bahwa dia sudah siap, dia melemparkan salah satu dari mereka ke udara.
Mata Nan Hua terfokus pada kayu. Pada saat itu tepat di depannya, tangannya sudah bergerak dan pisau terbang menuju kayu itu.
Tak!
Itu mengenai tepat di tengah.
Hou Liang tercengang. Ketepatan Nan Hua benar-benar yang terbaik. Dia percaya tidak ada orang lain yang mungkin bisa menandinginya.
"Lagi."
Latihan berlangsung sehari penuh dan ketika mereka selesai, Hou Liang memiliki kekaguman lain terhadap Nan Hua. Dia bisa melihat bahwa dia lelah dan namun, dia masih terus berlatih.
Bukan hanya itu, dia juga berlatih dengan kedua tangan. Bahkan pada target bergerak, dia mengenai sasaran dengan ketepatan yang tinggi.
"Bagaimana pendapatmu tentang dia, Hou Liang?" Tuan Tua Nan menonton dari samping sambil mengerjakan pekerjaannya. Bahkan dia hampir tidak bisa menyembunyikan kebanggaannya.
"Nona Muda Hua adalah jenius." Hou Liang harus mengakuinya. Seni bela diri, pedang, dan pisau. Dia baik di semua itu. Yang dia butuhkan hanyalah waktu dan latihan untuk menjadi lebih baik lagi.
Tuan Tua Nan mengangguk puas. "Latih dia dengan baik."
"Ya, Master!"