Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Kita yang berjuang (Noora & Gus Kynan)

duniafiksi
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
61
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - Pesantren At-Taqwa

"Noora Kaia tri Denalie" ucap Zian menyebutkan nama panjang Noora.

Di ruang kelas kosong, kelas yang terletak paling belakang di antara kelas-kelas yang lain itu sekarang hanya ada Noora dan Zian, mereka berduaan di ruang kelas kosong itu.

Sorot mata tajam Noora menatap cowok di hadapannya itu dengan tidak suka. Zian adalah seseorang yang dekat dengan Noora dalam satu bulan ini, mereka tidak berpacaran namun saling dekat satu sama lain.

Ambisi Zian untuk mendapatkan hati Noora begitu besar, Zian pikir setelah saling mengenal selama satu bulan ini Noora akan membuka hatinya tapi ternyata tidak.

Satu bulan ? ah sepertinya lebih dari itu, Zian dan Noora pernah saling mengenal sebelumnya di bangku smp. saat itu Noora membantu Zian yang sedang di ganggu oleh kakak kelasnya dan sejak saat itu juga Zian menaruh perasaannya untuk Noora. Dan di bangku SMA Zian kembali bertemu dengan Noora, ia tidak berani mendekati Noora saat dirinya pertama kali bertemu di gerbang sekolah, tapi takdir sungguh berpihak padanya di hari ia menginjakkan kaki di bangku kelas 2 SMA yang pada hari ini ia selangkah lebih maju berada di samping Noora. Namun buah hasil dari pendekatannya dengan Noora tidak berjalan mulus. Yang dimana Noora sama sekali tidak pernah memiliki perasaan yang sama dengan Zian.

Kebaikan Noora dan perhatian Noora ternyata bukan atas dasar perasaannya tetapi atas dasar sebagai pertemanan yang biasa dan hal itu membuat Zian kecewa dengan harapannya sendiri lalu menganggap Noora sebagai pemberi harapan palsu terhadap perasaannya. Dengan kata lain Zian baper dengan segala kebaikan, perhatian dan kepedulian Noora.

"Ah iya, gue belum sempat bilang terimakasih sama Lo" kata Zian

Kening Noora berkerut tidak mengerti apa yang cowok di hadapannya ini maksud.

"Terimakasih Lo udah nolong gue waktu gue di bully kakak kelas pas SMP dulu" jelas Zian.

Noora semakin bingung di buatnya, karena sungguh ia tidak mengingat apapun tentang Zian.

"Dan asal lo tau, gue suka sama Lo sejak hari itu Noora" cerita Zian kepada Noora.

Mata Noora melotot tidak percaya, jadi yang di maksud Zian adalah mereka sudah saling mengenal sebelumnya ?!.

"Jelas setelah nolong gue waktu itu Lo senyum sama gue Nor, tapi kenapa sekarang Lo ga inget gue ? KENAPA ?" ucap Zian lagi sambil berteriak di akhir katanya.

Noora memejamkan mata sejenak saat cowok itu berteriak lantang di hadapan mukanya.

"oh atau Lo pura-pura ga inget ?" Tanya Zian remeh.

"Maksud Lo apa si Zi, di dunia ini gue ga cuma ketemu sama Lo, banyak yang gue temui selain Lo" balas Noora.

"Gue ga peduli Lo ketemu sama siapa aja di dunia ini, tapi coba ingat gue Ra, ingat Gue temen yang pernah Lo tolongin itu" mohon Zian, agar Noora sedikit mengingat tentangnya.

"Ingatan Lo ga sepenuhnya ilang kan Ra ?" Tanya Zian.

"Ngomong apa si Zi, gue ga hilang ingatan, ga semua ingat tentang masalalu gue cuma ingat hal-hal penting yang emang perlu gue inget" jawab Noora.

"Maksud Lo... Gue ga penting ?" Tanya Zian maju beberapa langkah mendekati Noora.

"kita baru kenal Zian, gue ga tau seberapa pentingnya lo di hidup gue-"

"TAPI LO PENTING BUAT GUE RA, LO SAMA PENTINGNYA DENGAN DIRI GUE SENDIRI" ucap Zian lagi dengan lantang membuat Noora terkejut dan kembali menutup matanya.

Di cengkramnya bahu Noora oleh Zian, pelan tapi Noora masih bisa merasakan sedikit sakit di cengkraman itu.

"Ga peduli Lo nganggep gue apa, tapi satu hal yang harus Lo inget Ra, gue bakal buat Lo cinta setengah mati sama gue" ujar Zian.

Setelah mengatakan itu Zian melepas cengkraman tangannya dari bahu Noora dan pergi begitu saja meninggalkan Noora di ruang kelas itu sendiri.

Sementara Noora hanya diam di tempat tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi dan dengan apa yang Zian barusan katakan.

"Hah ? Hahaha cowok sinting" ujar Noora lalu mengeluarkan nafasnya yang sejak tadi terasa sesak.

___

Satu minggu berlalu sejak hari dimana Noora dan Zian bersama di ruang kelas kosong itu. Zian semakin ugal-ugalan mendekati Noora, ia juga tidak mudah menyerah untuk mendapatkan hati Noora.

Yang Noora tahu Zian adalah sosok cowok yang di segani para kaum hawa, tapi kenapa cowok itu malah menginginkannya, Noora sadar dirinya cantik tapi ia juga sadar bahwa Zian tidak mungkin naksir dirinya sampai sejauh ini, di lihat-lihat juga Noora bukan tipe ideal cewek yang cocok dengan Zian.

Entahlah Noora bingung menghadapi tentang cowok itu.

Noora menghela nafasnya kasar sudah stres masalah keluarga Zian malah menambah bebannya.

"Cukup Zian !! gue capek" keluh Noora

Sejak tadi Zian terus saja membuntuti Noora, padahal mereka beda kelas tapi entah bagaimana Zian membuat dirinya satu kelas bersama Noora.

"Sebelum Lo balas perasaan gue, gue ga bakal nyerah" balas Zian.

"Jangan sekarang, stop Lo ganggu gue"

"Lo belum makan kan ? Ayok" ajak Zian menghiraukan ucapan Noora.

Di pegang nya tangan Noora begitu saja lalu ia menariknya pelan tapi berhasil membuat Noora berdiri dari tempat duduknya.

"Stop Zi !! Gue bilang stop ganggu gue, bukannya ngehibur Lo malah nambah beban pikiran gue tau ga !!" Sarkas Noora dengan tatapan kesalnya.

Noora mengusap wajahnya gusar sudah lelah dirinya di ganggu terus menerus oleh cowok sinting ini.

"Udah banyak cewek yang jalan sama Terus apa gunanya Lo deketin gue Zian ?" ucap Noora frustasi.

"Gue sama sekali ga tertarik sama Lo, jadi sampai sini Lo ga usah ganggu gue lagi" ujarnya lagi.

Zian di permalukan ? Ya cowok itu menganggapnya seperti itu, di ruang kelas itu masih ada teman-temannya yang lain. Sebagian nongkrong di kantin dan sebagian lagi berada di kelas, begitulah biasanya saat jam istirahat.

Tapi entah kenapa hari ini hanya beberapa orang saja yang keluar kelas, lebih banyak dari biasanya yang berada di dalam kelas hari ini. Anak-anak yang hobi bermain bola saat jam istirahat pun hari ini berdiam diri di dalam kelas.

Zian mengepalkan tangannya memendam marah dan rasa malunya karena di tolak mentah-mentah di hadapan teman-temannya.

Dengan perasaannya yang kesal dan malu Zian menarik kasar tangan Noora membawanya keluar kelas lalu masuk ke ruang perpustakaan yang selalu sepi.

Noora menghempas kasar tangan Zian sesampainya mereka di perpustakaan.

Zian tidak tinggal diam ia melangkah mendekati Noora dan membuat Noora mundur sampai punggung cewek itu menghantam rak buku.

Kedua tangan Zian mengungkung tubuh kecil Noora dan menjadi keduanya semakin dekat beberapa senti.

"Tau dari mana gue jalan sama cewek ?" Tanya Zian.

Zian pikir Noora tidak tahu apa-apa tentang dirinya tapi sial entah darimana Noora mengetahui hal itu.

"Gue bukan cewek bodoh yang ga tau apa-apa di sekolah ini, gue ga buta dan telinga gue masih berfungsi Ziandra" jelas Noora.

Zian semakin mengepalkan tangannya kuat ia menatap tajam nan dalam mata Noora.

"Ga penting seberapa banyak cewek yang jalan sama gue Ra, yang gue mau cuma Lo Ra, cuma Lo !! Gue mau Lo tapi Lo ga pernah paham sama perasaan gue" ujar Zian penuh penekanan.

"Apa hak gue memahami perasaan Lo Zi ? Gue bahkan ga tau apa-apa tentang perasaan Lo ke gue yang Lo bilang itu"

"Lo berhak, Lo berhak tau karena Lo satu-satunya orang yang berani nolongin gue dari tindak pembullyan dulu" jawab Zian mengungkit kembali masalalunya.

"Dan gue... Sekali lagi gue bakal buat Lo jatuh cinta sama gue dan mati-matian Lo nerima perasaan gue" ucapnya lagi sambil mengusap lembut pipi Noora.

Bukan perasaan yang tulus namun perasaan yang terobsesi untuk memiliki, itulah yang Noora baca lewat kedua mata milik Zian. Zian terobsesi dengan segala sikap Noora sejak hari itu, hingga yang muncul bukanlah perasaan yang benar-benar tulus mencintai Noora.

Noora menghempas tangan Zian tidak wajahnya di sentuh begitu saja oleh seorang cowok, kemudian Noora mendorong kasar dada Zian.

"Gue bilang sekali lagi, gue.ga.tertarik. sama.Lo. Ziandra Bahari. dan ga akan pernah tertarik sedikit pun" tekan Noora di setiap ucapannya.

"Haha. apa peduli gue Norra ? Jangan salahin gue kalo nanti Lo nangis-nangis karena gue" ucap Zian dengan percaya diri.

"Ga akan" jawab Noora lalu pergi meninggalkan Zian sendiri di perpustakaan.

Zian menatap punggung Noora yang semakin menjauh.

"Sial. Aargghh" geram Zian meninju rak buku sampai beberapa buku itu jatuh kelantai. Dan dengan rasa tidak tanggung jawabnya Zian membiarkan buku-buku yang jatuh itu tergeletak di lantai.

___

"Lo kenapa si Ra ? dari tadi muka Lo kusut banget" tanya Malaika, sahabat baik Noora.

Lagi-lagi Noora menghela nafasnya kasar lalu menggeleng pelan dan mengatakan.

"Gapapa kok, Mal" katanya sambil tersenyum simpul.

Malaika yang akrab di panggil Mala merupakan sahabat dekat Noora, gadis itu tahu segala hal tentang Noora tapi tidak dengan yang satu ini.

"Lo ada kelas seni kan ? Kalo gitu gue balik duluan dah.." ucap Noora segera berpamitan setelah selesai mengemasi alat tulisnya.

Mala mengangguk menjawab pertanyaan Noora tapi belum sempat ia berbicara cewek itu sudah lebih dulu berlari keluar kelas.

Mala tidak ingin pusing memikirkan sahabatnya karena pelajaran matematika dan fisika di hari yang sama membuatnya pusing, mungkin ia harus percaya Noora kali ini bahwa tidak ada terjadi apa-apa, tapi kenyataannya sulit. Karena begitulah sifat perempuan bilangnya tidak apa-apa padahal ada sesuatu yang di sembunyikannya.

"Tempatnya jauh kak, mana bisa aku beli bukunya sekarang" ucap Noora dengan seseorang di telpon genggamnya.

"Ga terlalu jauh dek, kakak butuh banget buat tugas kuliah kakak, beliin ya nanti uangnya kakak ganti pas di rumah di ganti jadi 2 kali lipat, oke bye" ucapnya dan langsung mematikan telpon tanpa menunggu Noora berbicara lagi.

"Hadeuh" keluh Noora, entah sudah berapa kali dirinya menghela nafas kasar hari ini, mungkin sudah lebih dari lima kali.

Noora segera memesan ojek online tidak perlu lama menunggu dan langsung menuju ke tempat yang di lokasi kan kakaknya untuk membeli buku.

"Loh pak toko bukunya mana ?" Tanya Noora pada tukang ojek itu.

"Teteh lurus aja dari gang sini terus belok kiri di sana bakal keliatan papan toko 'at-taqwa book' " jelasnya.

"Baik pak makasih ya" kata Noora sambil membayar ojek online itu dan segera menuju ke arah yang di tunjukkan tukang ojek itu.

Dengan setelah seragam putih abu dan rambut berwarna hitam pekat melibih bahunya itu di biarkan teruarai Noora berjalan ke arah toko buku yang di katakan kakaknya yang berada semakin dekat di depannya.

Sesampainya di depan toko buku itu Noora sedikit berdiam dan menggelengkan kepala pelan.

"Tugas kuliah katanya ? sejak kapan jurusan akutansi ada materi fiqh nya ?" Ucap Noora kepada dirinya sendiri.

Setahu Noora kakaknya itu anti dengan pelajaran pemahaman agama seperti ini, sejak kapan dia belajar agama seperti buku-buku yang di suruhnya untuk di beli ini.

Tidak ingin mengulur waktu Noora segera membeli buku-buku yang ada di daftar belanjaan kakanya dan setelah itu ia kembali pulang. Cukup melelahkan untuk hari ini.

Misinya untuk membeli buku selesai saatnya ia pulang dan berbaring di kasur dengan nyaman.

Tapi sial seseorang malah mencegat jalannya saat kembali ke jalan tadi. Toko itu terletak di dalam gang yang tidak terlalu kecil juga tidak banyak orang yang berlalu lalang, apalagi hari sudah hampir malam tentu jalanan ini sangat sepi.

4 gerombolan cowok di hadapannya sekarang menghadang jalan Noora, entah siapa mereka tapi Noora mengenal di antara 4 cowok-cowok itu.

"Zian ?" Tanya Noora.

"Hai Ra" sapa Zian.

"Makasih atas tindakan Lo yang mempermalukan gue di depan semua anak kelas" ucap Zian sambil tersenyum menyeringai.

"L-lo" tunjuk Noora kepada Zian.

Noora mengerti dengan situasi nya sekarang mungkin saat ini Zian akan melakukan hal yang buruk padanya jika ia tidak menghindar. Sinyal negatif dari kepalanya terus saja muncul mengharuskan Noora berlari kembali ke toko, ke empat cowok termasuk Zian ikut berlari mengejar Noora.

Kesialannya terus saja muncul di saat yang tidak tepat, toko buku yang ia kunjungi barusan sudah tertutup rapat, tanpa pikir panjang lagi Noora berlari agar tidak tertangkap oleh cowok-cowok sinting itu.

"Berhenti Noora" teriak Zian yang memimpin ketiga temannya.

"Gue ga akan nyakitin Lo kalo Lo berhenti" kata Zian

Noora tidak percaya begitu saja ia berlari sampai ke ujung jalanan yang sangat sepi, buku-buku yang ia bawa terasa berat, Noora berhenti sejak dan melempari buku-buku itu ke arah Zian dan teman-temannya.

"Arrghh SIAL" umpat Zian jatuh tersandung oleh kaki nya sendiri akibat menghindari lemparan buku dari Noora.

Sama hal nya dengan teman-teman Zian mereka ikut terjatuh karena hampir bertabrakan dengan Zian yang mendadak berhenti.

Noora sejenak tertawa tapi ia harus memanfaatkan waktu untuk melarikan diri dari kejaran cowok-cowok itu.

Dan sampai di ujung Noora melihat gerbang terbuka lebar dan langsung masuk ke gerbang itu lalu menutupnya rapat.

Sementara Zian dan teman-temannya yang kembali mengejar Noora gagal menangkap gadis luar itu.

Ya, julukan baru untuk Noora, gadis liar karena larinya yang begitu cepat sampai ke empat cowok itu kewalahan mengejarnya.

"Bodoh Lo semua ngejar satu cewek aja ga bisa" kesal Zian memakai teman-temannya.

"Apa bedanya sama Lo tai" maki balik salah satu teman Zian.

Noora yang berada di dalam gerbang itu menjulurkan lidah meledek ke empat cowok-cowok itu. Ia berjalan pelan semakin jauh dari gerbang itu dan melihat sekeliling, tempatnya sangat asing ia tidak tahu berada di mana sekarang ?

"Assalamualaikum, nyari apa neng ?" Tanya pria yang Noora kira umurnya 38 tahunan.

"Wa-wa-alaikum salam" jawab Noora dengan susah payah karena nafasnya yang tersengal-sengal.

"I-ini dimana pak ?" Tanya Noora

"Ohh ini ? pondok pesantren At-Taqwa neng" jawab pria tadi

"P-pondok pesantren ?"

____