Hujan turun perlahan, menyelimuti jalan berbatu dengan kilauan yang memantulkan cahaya lampu jalan. Di tengah kesunyian, seorang pria berdiri dengan tangan terkepal. Matanya tajam menatap sosok perempuan yang kini berbalik menghadapnya.

"Kenapa selalu seperti ini, Elara?" suaranya pelan, namun penuh luka. "Kau pergi tanpa penjelasan, lalu muncul lagi saat aku hampir melupakanmu."

Elara tersenyum tipis, senyum yang tidak pernah gagal membuat hati Kael hancur. "Bukan aku yang pergi, Kael. Takdir yang memisahkan kita."

Dia melangkah mendekat, hujan membasahi rambut hitam panjangnya, menambah kesan dingin yang memancar dari tatapan matanya.

"Dan sekarang? Apa takdir juga yang membawamu kembali?" Kael tertawa hambar, menahan gejolak di dadanya.

Elara tak menjawab, hanya menatap Kael dengan tatapan yang sulit diartikan. Di balik senyumnya, ada sesuatu yang ia sembunyikan—rahasia yang mungkin akan memisahkan mereka untuk selamanya.

"Takdir tidak pernah bisa dikalahkan, Kael," jawabnya akhirnya. "Tapi cinta... mungkin bisa."