Chereads / Tersesat Dijalan Takdir / Chapter 1 - TAKDIR YANG MEMPERTEMUKAN

Tersesat Dijalan Takdir

King_Sum
  • 7
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 36
    Views
Synopsis

Chapter 1 - TAKDIR YANG MEMPERTEMUKAN

Langit sore mulai menggelap ketika Naya melangkah masuk ke kafe kecil di sudut kota. Suasana hangat dan aroma kopi yang pekat menyambutnya. Hari itu, ia tidak sedang menikmati waktu santai, melainkan menghadiri peluncuran buku barunya yang berjudul Jejak Tak Berujung.

Ruangan itu ramai, dipenuhi pembaca setianya yang sudah menunggu sejak siang. Namun, di balik senyuman dan antusiasme mereka, Naya merasa hampa. Ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya, sesuatu yang tak pernah berhasil ia pahami meskipun sudah berulang kali mencoba mencarinya.

"Selamat datang, Mbak Naya!" suara lembut seorang pegawai kafe membuyarkan lamunannya. Naya tersenyum dan mengangguk sopan, meskipun pikirannya masih melayang. Ia berjalan menuju panggung kecil yang telah disiapkan untuknya, melewati deretan meja kayu yang dipenuhi pembaca yang memegang bukunya.

Acara dimulai dengan lancar. Naya berbicara tentang inspirasinya menulis buku ini, tentang lika-liku tokoh utamanya yang mencari makna kehidupan. Di tengah-tengah penjelasannya, pandangannya tertuju pada seorang pria yang duduk di sudut ruangan.

Pria itu tidak seperti pengunjung lainnya yang sibuk mencatat atau mengambil foto. Dia hanya duduk, dengan ekspresi tenang dan pandangan tajam yang seolah-olah bisa menembus ke dalam jiwanya. Naya tidak mengenalnya, tetapi ada sesuatu yang aneh. Rasanya seperti ia pernah bertemu pria itu sebelumnya.

Dia mencoba mengabaikan perasaan itu dan melanjutkan berbicara. Tapi, semakin lama, pandangan pria itu terasa seperti magnet yang menarik perhatian Naya kembali ke arahnya. Jantungnya berdebar tanpa alasan yang jelas.

---

Raka menatap ke arah wanita di panggung kecil itu. Ada sesuatu tentangnya yang membuatnya tidak bisa berpaling. Bukan hanya kecantikannya yang anggun, tetapi juga cara bicaranya yang penuh gairah, seperti sedang menceritakan bagian dari dirinya yang paling dalam.

"Aku pernah melihatnya… tapi di mana?" pikir Raka. Namun, ingatannya kosong, seperti ada sesuatu yang menghalangi pikirannya untuk menjangkau masa lalu.

Dia tidak berniat datang ke acara ini. Awalnya, dia hanya ingin mencari tempat tenang untuk melepas lelah setelah seharian mengurus kepindahannya kembali ke kota. Tapi takdir tampaknya memiliki rencana lain.

Saat Naya berbicara tentang tema bukunya, Raka merasa kata-katanya menggugah sesuatu di dalam dirinya. Buku itu berkisah tentang seorang pria yang kehilangan arah dan mencoba menemukan kembali dirinya dengan mengingat masa lalu yang ia lupakan. Kisah itu terasa dekat, seperti mencerminkan hidupnya sendiri.

---

Setelah selesai, acara dilanjutkan dengan sesi tanda tangan buku. Barisan panjang pembaca mengular di depan Naya, tetapi pikirannya terus melayang ke pria di sudut ruangan tadi. Dia mencoba mengabaikan perasaan aneh itu, tetapi hatinya tidak tenang.

Ketika giliran pria itu tiba, Naya merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Pria itu tersenyum tipis, memberikan bukunya untuk ditandatangani.

"Untuk siapa?" tanya Naya, mencoba tetap profesional meskipun pikirannya berantakan.

"Raka," jawab pria itu singkat. Suaranya dalam, tetapi hangat.

Naya menulis nama itu dengan tangan sedikit gemetar. Saat dia mengembalikan buku itu, tangan mereka bersentuhan sesaat. Ada aliran hangat yang aneh, seperti ada sesuatu yang menghubungkan mereka.

"Kamu suka menulis?" tanya Raka tiba-tiba.

Naya mengangguk. "Itu sudah menjadi bagian dari hidup saya."

"Menarik," jawab Raka dengan senyum misterius. "Mungkin kita bisa berbicara lebih banyak tentang itu suatu hari nanti."

Naya tidak sempat menjawab sebelum Raka melangkah pergi, meninggalkan rasa penasaran yang mendalam di hati Naya.

---

Malam itu, Naya tidak bisa tidur. Bayangan wajah Raka terus menghantui pikirannya. Kenapa dia merasa pria itu begitu familiar? Apakah ini hanya kebetulan, ataukah ada sesuatu yang lebih besar di balik pertemuan ini?

Naya membuka laptopnya, mencoba mencari tahu lebih banyak tentang Raka. Namun, pencariannya tidak membuahkan hasil. Tidak ada informasi yang cukup untuk membantunya memahami siapa sebenarnya pria itu.

Akhirnya, ia menyerah. Tapi sebelum memejamkan mata, ada satu hal yang ia tahu pasti: Raka bukanlah pria biasa.

---

Di sisi lain, di apartemen kecilnya, Raka menatap buku Naya yang baru saja ia beli. Ia membuka halaman pertama, lalu menemukan catatan kecil yang tidak sengaja tertinggal di dalamnya. Catatan itu tampak tua, dengan tulisan tangan yang hampir tidak terbaca:

"Kamu tidak akan pernah melupakan apa yang sudah terjadi. Semua akan kembali pada waktunya."

Raka merasa tubuhnya merinding. Siapa sebenarnya Naya? Dan kenapa rasanya seperti dia sedang menyusuri jalan yang pernah ia lewati sebelumnya?

Ketika ia mencoba tidur, pikirannya kembali ke masa kecilnya. Ada kilasan-kilasan ingatan yang muncul sebuah rumah tua dengan taman penuh bunga, suara tawa anak kecil, dan seorang gadis kecil dengan rambut panjang yang sering bermain bersamanya. Tapi setiap kali ia mencoba mengingat lebih jelas, ingatan itu seperti kabur, tersapu oleh kabut yang tidak bisa ia tembus.

"Kenapa rasanya aku mengenalnya?" gumam Raka pelan.

Ia tahu ia tidak akan mendapatkan jawaban malam itu. Tapi seperti Naya, ia juga menyadari satu hal: pertemuan mereka bukanlah kebetulan biasa.

---

Malam semakin larut, tetapi pikiran Naya tidak kunjung tenang. Ia duduk di tepi tempat tidurnya, memandangi laptop yang menyala di meja kerjanya. Pikirannya terus berputar, mengingat kembali pertemuannya dengan Raka di acara peluncuran buku tadi.

"Ada apa dengan pria itu?" gumamnya, seraya memijat pelipisnya.

Meski hanya pertemuan singkat, tatapan mata Raka masih membekas di ingatannya. Tatapan itu seperti membawa pesan yang tak terucapkan, sesuatu yang terasa akrab namun sulit untuk dijelaskan. Ia mencoba mengabaikannya, tetapi rasa penasaran menguasainya.

Dengan ragu, Naya membuka laptopnya dan mengetik nama "Raka" di mesin pencarian. Namun, hasil yang muncul tidak membantu. Nama itu terlalu umum, dan ia tidak tahu apa-apa tentang pria itu selain nama depannya.

Ketika akhirnya ia menyerah dan hendak mematikan laptop, ia teringat sesuatu. Bukunya Raka membeli buku Jejak Tak Berujung tadi. Ia bergegas mengambil salinan buku yang sudah ditandatangani untuknya, berharap menemukan petunjuk.

Namun, bukannya menemukan sesuatu, Naya malah mendapati halaman terakhir buku itu terlipat. Hal yang tidak biasa, mengingat ia tidak pernah membiarkan bukunya rusak. Saat ia membuka lipatan itu, ia menemukan sesuatu yang mengejutkan catatan kecil yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Tulisan tangan itu berwarna hitam, agak pudar, seolah-olah sudah ada di sana sejak lama:

"Ingatlah, takdir tidak pernah datang tanpa sebab. Jika kau membaca ini, waktu telah mempertemukan kita kembali."

Naya merasa merinding. Catatan itu tidak seperti sesuatu yang ia tulis atau tambahkan ke buku itu. Bagaimana mungkin catatan seperti ini muncul tanpa ia sadari?

Ia membaca catatan itu berulang kali, mencoba memahami artinya. Tapi semakin lama ia menatap tulisan itu, semakin ia merasa bahwa catatan itu bukan kebetulan.

---

Sementara itu, Raka duduk di balkon apartemennya, ditemani secangkir teh yang mulai dingin. Ia memandangi kota yang gemerlap di bawahnya, tetapi pikirannya tidak berada di sana. Ia memikirkan Naya penulis yang tadi ia temui.

Ada sesuatu tentang wanita itu yang membuatnya tidak bisa berhenti memikirkannya. Senyumnya, suaranya, bahkan caranya menatap orang seolah-olah bisa membaca isi hati mereka.

Raka membuka buku yang ia beli tadi. Ia tidak terlalu suka membaca, tetapi kali ini ia merasa perlu melakukannya. Ia membuka halaman pertama dan mulai membaca, tetapi di tengah-tengah cerita, ia mendapati sesuatu yang aneh.

Di antara halaman-halaman itu, ada sebuah foto tua yang terselip. Foto itu menampilkan dua anak kecil yang sedang tersenyum di depan rumah tua. Salah satu anak itu adalah dirinya, tanpa diragukan lagi. Tapi anak yang satunya seorang gadis kecil dengan rambut panjang ia tidak ingat siapa.

Raka merasakan ada yang aneh. Ia yakin tidak pernah menyimpan foto itu di dalam buku. Lagi pula, buku itu baru saja ia beli. Bagaimana mungkin foto masa kecilnya ada di sana?

Ia memandang foto itu lebih lama, mencoba mengingat sesuatu dari masa kecilnya. Namun, seperti biasa, ingatannya kabur. Ia hanya ingat rumah tua itu rumah tempat ia menghabiskan beberapa tahun pertama hidupnya sebelum orang tuanya bercerai.

Pikirannya mulai berputar. Apakah ini hanya kebetulan, atau ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi?

---

Keesokan harinya, Naya memutuskan untuk kembali ke kafe tempat peluncuran bukunya. Ia tidak tahu apa yang ia harapkan, tetapi hatinya merasa bahwa ia perlu kembali ke sana.

Ketika ia tiba, suasana kafe jauh lebih sepi dibandingkan kemarin. Hanya ada beberapa pengunjung yang duduk sambil menyeruput kopi. Naya melangkah masuk dan langsung menuju meja tempat ia pertama kali melihat Raka duduk.

Namun, meja itu kosong. Tidak ada yang aneh, tidak ada petunjuk. Ia menghela napas, merasa bodoh karena berharap sesuatu akan terjadi.

Tapi saat ia berbalik untuk pergi, seseorang memanggilnya.

"Mbak Naya?"

Naya menoleh dan melihat seorang pria tua berdiri di dekat pintu dapur. Pria itu adalah pemilik kafe, dan ia tampak membawa sesuatu di tangannya.

"Ada yang ketinggalan kemarin," katanya sambil menyerahkan sebuah amplop kecil kepada Naya.

Naya mengernyit, tetapi menerima amplop itu dengan hati-hati. Setelah mengucapkan terima kasih, ia segera membuka amplop itu. Di dalamnya, ada selembar kertas dengan tulisan tangan yang sama seperti di buku kemarin:

"Waktu akan mempertemukan kita lagi. Jangan takut untuk mencari kebenaran."

---

Sore itu, Naya kembali ke apartemennya dengan perasaan kacau. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tetapi ia tahu bahwa ini bukan kebetulan. Ia merasa seperti sedang ditarik ke dalam permainan yang belum ia pahami.

Di sisi lain kota, Raka memutuskan untuk pergi ke rumah lamanya. Rumah itu sudah lama kosong, tetapi ia merasa perlu kembali ke sana untuk mencari jawaban.

Saat ia sampai di depan rumah tua itu, ia merasakan sesuatu yang aneh seolah-olah ia sedang melangkah ke dalam potongan masa lalu yang selama ini ia lupakan.

Di dalam rumah, ia menemukan sebuah kotak tua yang terkunci. Namun, di atas kotak itu, ada sebuah buku harian yang lusuh. Saat ia membukanya, ia menemukan tulisan tangan yang sama seperti yang ada di foto dan catatan di buku Naya:

"Kebenaran akan membawamu pulang. Ingatlah, Raka, bahwa segalanya telah direncanakan."

---