Chereads / Persona : Beyond infinity. / Chapter 3 - Selamat datang di Velvet Room.

Chapter 3 - Selamat datang di Velvet Room.

" Aku ada dimana?"

Noel mencoba menggerakkan tubuhnya ke kanan dan kekiri namun ia tidak mampu melakukannya, terlepas dari situasi tersebut ia menyadari ada dinding kemanapun ia mencoba menoleh. Terlebih lagi ia merasa kalau ia kehilangan kontrol atas seluruh anggota tubuhnya, dalam kekalutan langit-langit pada ruang sempit itu terbuka dan menampakkan gugusan bebatuan yang menaungi dirinya, Noel pun sadar bahwa saat ini dirinya terbaring pada sebuah Sarkofagus.

" Apa yang terjadi? Kenapa peti batu itu bergetar?" Seru Noel kaget.

Mekanisme pada Sarkofagus merubah posisi benda tersebut menjadi berdiri tegak. Noel menatap sebuah cermin yang terpampang dihadapan peti batu itu menampilkan dirinya dalam keadaan diam tak bergerak dengan tangan menyilang keatas melintasi dada, terlihat jelas pakaian yang Ia kenakan : sebuah kain berwarna putih lusuh dengan kain pengikat perut berwarna hitam. Noel menorehkan pandangan kesekitar dan menyadari hanya matanya saja yang dapat berfungsi dan bahwa saat ini ia berada di sebuah ruangan. Ruangan yang sangat mirip dengan Mausoleum.

" Selamat datang di Velvet Room."

Sebuah suara misterius bergema, cermin yang semula menampilkan keadaannya kini berubah menjadi transparan. Dari balik cermin itu terlihat sosok pria dengan perawakan aneh, terduduk tenang pada sebuah meja kayu berukir didampingi seorang perempuan muda berambut putih kemerahan.

" Ambillah nafas perlahan. Saat ini kau berada pada tempat yang eksis diantara mimpi dan kenyataan." Sambung pria misterius itu.

Noel tak dapat membalas salam itu, mulutnya terkunci. Ia hanya dapat melihat seorang pria aneh berhidung panjang yang duduk dihadapannya dari balik cermin pada bilik Mausoleum, ia memperhatikan rupa pria berhidung panjang ini yang baginya nampak sangat pucat dengan mata besar dan kepala agak botak, dan sosok perempuan di sebelah terlihat anggun dengan gaun berwarna biru keunguan.

Ada banyak pertanyaan di benak Noel namun lisan yang terkunci dan tubuh yang mati rasa membatasi seluruh aktifitas serta membuat dia bagaikan mayat.

" Mayat... Apakah aku telah menjadi mayat?" Benak Noel, dengan perasaan gundah. Ia tidak mampu melakukan apapun bahkan hanya sekedar menoleh.

" Tenang, saat ini kau tidak berbeda dengan orang yang sudah mati. Sebelumnya, izinkan aku memperkenalkan diri. Namaku adalah Igor dan wanita yang berdiri disebelah ku adalah Laniakea." Ucap Igor mencoba menenangkan.

" Laniakea? Seperti supergugus Laniakea?"

Benak Noel dalam bayang-bayang lisan yang tak dapat terucap.

" Benar, seperti supergugus Laniakea. "

Noel terkejut mengetahui bahwa Igor mampu mengetahui suara didalam benaknya.

" Bukan hanya komentar perihal Laniakea, Noel. Namun seluruh sanggahan, keraguan, keoptimisan juga suara hati terdalam mu saat ini dapat aku ketahui maka berhati-hatilah dalam memikirkan sesuatu." Ungkap Igor.

" Bagaimana kau bisa tahu namaku?" Tanya Noel.

" Hehe, aku mengetahui banyak hal tentang dirimu."

Dengan menggenggam erat buku yang sudah ia dekap, Laniakea kemudian mengambil momentum untuk menyambung percakapan.

" Sebagai asisten dari tuan Igor pemilik dari Velvet room, aku Laniakea yang dapat kau panggil dengan Lani akan senantiasa mendampingi dirimu wahai insan yang ternoda agar dapat mengembalikan kepingan dari dirimu yang hilang dari masa lalu dan mensucikan tubuhmu hingga meraih jiwa-jiwa yang tenang. Fragmen-fragmen yang nantinya akan kau peroleh, adalah titik penghubung yang akan membantu mu mengekspos kematian dirimu dimasa lalu. Maka dari itu, aku berharap dapat mendampingi mu hingga saat itu tiba." Ungkapnya tegas, kemudian ia melanjutkan.

" Kau pasti pernah mendengar ucapan ini : Tuhan tidak hanya bermain dadu namun ia juga melemparkannya ke tempat yang terkadang manusia tidak tahu, semesta dipenuhi dengan hal-hal misterius dan dari variabel inilah dirimu dapat menemukan serpihan tersebut seluruh belahan semesta baik pada tempat yang mampu kau gapai maupun di tempat yang sukar bagi dirimu untuk di raih guna merekonstruksi keutuhan jiwamu."

Noel kebingungan perihal ucapan Lani, ia menelaah banyak informasi hanya dalam waktu satu hari. Yang sebenarnya bisa saja ia abaikan namun entah mengapa pembahasan filosofis soal krisis eksistensial ini nampak menjadi concern utama pada momen ini. Ia merasa kepalanya akan pecah dan kedua matanya bergerak tak tentu arah, ditengah kekacauan itu ia mendengar Igor tertawa.

" Hehehe, kau sungguh individu yang unik. Bahkan jauh sebelum pertemuan ini, aku mengawasimu. Kau pasti tidak ingat fase-fase yang kau lalui, seluruh kebetulan dan pengorbanan mu dulu menghantarkan pada tema Mausoleum dalam pertemuan kita ini dan bahkan dalam pertemuan pertama kita secara langsung ini aku dapat menilai kalau kau adalah individu atau dapat aku sebut sebagai insan yang ternoda paling potensial yang pernah aku temui sejauh ini."

Noel mencoba mencerna ucapan Igor, pertemuan, diawasi, potensial, insan ternoda. Ucapan yang sama persis dengan ucapan Eiden.

Igor tertawa lagi ketika dalam benak Noel terlintas Eiden walau hanya sekilas.

" Nampaknya kau telah ditemukan oleh eksistensi yang sangat spesial, pribadi misterius ini mungkin dapat membantu mu mengembalikan kesempurnaan bagi si ternoda. Menjadi pelita pada pusara mu, membimbing kepada jiwa-jiwa yang tenang."

" Membimbing ku kepada jiwa-jiwa yang tenang? Sebenarnya apa maksud dari pernyataan itu?"

" Kesempurnaan pemakaman mu sangat penting bagi perjalananmu ini, Noel. Tanpa meraih jiwa-jiwa yang tenang, manusia akan dilanda petaka dan terombang-ambing sehingga tidak mampu meraih semesta yang lebih tinggi."

Ditengah ucapan itu, Lani kemudian menambahkan.

" Dirimu saat ini berada diambang narasi antara eksis dan tidak eksis, tubuh fisikmu masih ada tapi jiwa mu itu fana, rapuh dan lemah. Sebab ada sesuatu yang mencoba menghapus keberadaan jiwa mu dari semua narasi, kisah, semesta yang tak terbatas ini. Kabut dan hujan tanpa henti ini adalah indikator pertama, sosok ini mencoba menghapus dirimu dari memori manusia melalui tetesan air hujan dan mengaburkan fakta keberadaan mu dengan kabut."

Noel terdiam seketika dengan semua pemaparan super rumit ini.

Ditengah percakapan itu, Igor menggerakkan tangannya dan sebuah kartu tarot pun muncul.

The fool arcana

Dengan simbol, bentuk, ukiran yang sama persis dengan yang ditampilkan Nora sebelumnya.

" Sepertinya kau nampak tidak asing dengan kartu ini, seseorang telah membukakan jalan untuk mu dan bagi ku ini sangat menarik. The fool arcana adalah indikator potensial tak terbatas, sebuah kartu liar yang memiliki kemungkinan tanpa batas yang penuh dengan resiko. Individu-individu terpilih sebelum dirimu memegang kartu ini pada awal petualang mereka dan pada titik final kau dapat menentukan pilihan apakah selamanya akan menjadi Si Bodoh atau berubah menjadi aspek lain."

Lani kemudian mengambil alih percakapan dengan wajah yang sangat serius.

" Namun harus kau ketahui juga, tuanku Igor dan kami sebagai penghuni dari Velvet Room hanya dapat memberikan gambaran dan semua pilihan ada ditangan mu, wahai Insan Ternoda. Kau adalah kanvas kosong dan segala tindakan mu adalah rona yang kau lukis disana. Setiap pilihan memiliki konsekuensi dan setiap konsekuensi memiliki akhir cerita yang berbeda." Ucap Laniakea dengan senyum tertoreh diwajahnya.

" Dan ingat, kita akan melanjutkan percakapan ini lagi nanti. Sampai ketemu dilain kesempatan." Ucap Igor mengakhiri percakapan.

Kemudian, pandangan Noel menjadi gelap. Ia kembali ke dunia nyata. Terbaring tak berdaya pada kasur rumah sakit.