Pagi hari yang cerah aku mulai mengemas barang barang dan bertujuan ke kota terdekat untuk membeli sebuah peta.
"Hei bro mau kemana?," Tanya monyet itu
"Mau ke kota terdekat, emang kenapa?."
"Kota? Kota ada di arah sebalik nya bro, lu mau ke jurang?," Ucap si monyet sambil menunjuk kearah Utara.
"Eh serius? Hutan disini terlalu lebat jadi susah melihat ke depan," Mahendra pun putar arah ke arah Utara.
"Hei bro lu sebenarnya mau kemana?."
"Aku mau keliling dunia dan melihat betapa indahnya dunia" ucap Mahendra sambil mata berseri seri.
"Whoa bro itu ide yang bagus,"monyet itu terus mengikuti Mahendra.
Tak berselang lama mereka pun sudah sampai di kota petualang, kota Tampa penguasa wilayah yang berada dekat di kekuasaan duke gram.
Petualang adalah sekelompok orang yang penghasilannya utamanya dari penaklukan dungeon dan menjual artefak dengan harga yang cukup mahal ke para bangsawan.
"Wow gerbang nya tinggi," Mahendra kagum akan tembok setinggi 5 mater itu.
"Hmmm tammer ya,kamu hebat juga bisa ngetame monyet besar itu," ucap seorang penjaga gerbang.
"Hah tammer? Bukan saya swordman," sambil mengeluarkan tanda pengenal.
"Hmm desa hanjewu, Mahendra, loh Kok swordman"penjaga itu terkejut sekaligus sedih karena class tammer itu langka.
"UU AA UU AA " monyet itu tiba tiba bertingkah seperti monyet pada umumnya.
Monyet itu memeluk Mahendra seakan dia adalah peliharaan nya.
"Kayaknya lu punya bakat di tammer."penjaga gerbang itu memperbolehkan mereka masuk walaupun si monyet tidak punya tanda pengenal.
"Hei kenapa kau mengikuti ku terus," dengan nada yang sedikit naik Mahendra bertanya.
"Nah itu bro toko perlengkapan," monyet itu mengalihkan pertanyaan sambil menunjuk toko yang bertuliskan sumber jaya.
"Sialan kau,"
Monyet itu membuka pintu disana ada bapak bapak kekar berotot sambil membersihkan barang dagangan nya.
"Yasudah okelah."
"Hei bung apa yang kau cari?," bapak itu tersenyum dengan ramah.
"Apa di sini ada peta dan beberapa potion?"
"Potion apa?."
"Heal dan mana masing masing 3."
Mahendra melihat sekeliling dan dia melihat adanya buku yang bertuliskan 'panduan sihir pemula'.
"Sama ini berapa totalnya?" Bertanya sambil mengeluarkan kantung uang nya.
"Hmmm 6 gold aja kok," ucap bapak itu sambil melihat banyaknya uang yang ada di kantung nya Mahendra.
"Tunggu bro itu harga nya pasti gak begitu," bisik monyet itu.
"Hei pak tua bukankah harganya terlalu tinggi, 3 gold," ucap Mahendra berlagak seperti orang kuat.
"Hahhh apa yang kau ucapkan bung ini adalah harga paling pas sudah," ucap bapak itu sambil keringat dingin.
"3 gold atau aku pergi,"
"3,5 gold"
"3 gold."
"Yaudah aku pergi," dengan langkah pelan Mahendra pun hampir sampai ke pintu.
"Hei tunggu" bapak itu pun nyerah.
Barang barang itu terbeli dengan harga 3 gold, monyet itu tertawa terbahak-bahak di luar toko itu.
"Hahahha, bapak itu kelihatan banget mau nipu"
"Hei bukankah itu tidak baik" ucap Mahendra sambil merasa bersalah akan hal tadi.
"Kau naif sekali bro" monyet itu berkata seakan dia tau tentang dunia.
"TOLONG!!!!," teriak wanita yang keluar dari gang sempit.
Dengan cepat Mahendra ke sumber suara itu.
Ada empat orang dewasa sedang mengelilingi seorang wanita dan kakek tua,akan tetapi kakek itu sedang terluka perut nya tertusuk pisau.
"Tuan putri lari lah selagi saya masih bisa," kakek itu terengah-engah dan darah perut nya bercucuran.
"Mandau tanah keluarkan lah duri duri tajam," banyak duri tajam yang keluar dari bawah dan mengenai dua diantaranya akan tetapi itu hanyalah luka ringan.
"Hoho ada yang mau melawan kami FODOG."
"Mandau air tutup lah pernapasan mereka," empat gelembung yang berisikan air itu menutup kepala mereka.
"Eik uik," perlahan napas para kelompok fodog itu kehabisan nafas dan mereka pun pingsan.
"Mandau cahaya sembuhkan lah luka itu," cahaya terang yang perlahan menutup lukanya.
"Kami berhutang Budi dek," ucap wanita yang cantik rambut putih panjang dengan gaun merah yang anggun dia sepertinya berumur dikisaran 22-25.
"Perkenalkan nama aku Gram Van Dylias" wanita anggun itu memperkenalkan diri.
Nama di sini melambangkan kasta mereka, 4 nama adalah keluarga kekaisaran, 3 nama adalah king dan duke, 2 nama adalah marquess, count atau earl, viscount, dan baron, dan 1 nama adalah pelayan, kesatria menengah kebawah, dan rakyat jelata.
"Tidak perlu berhutang Budi tuan putri, saya hanya melakukan apa yang saya harus lakukan," menunduk kepala.
"Ugh," perlahan kakek itu membuka matanya.
Kakek itu memasang kuda-kuda sepertinya dia masih berpikir perampok itu masih ada.
"Tunggu pa, ini sudah selesai," Mahendra pun langsung angkat kedua tangan.
Kakek itu langsung melihat sekeliling nya "ehem maafkan saya penyelamat," kakek itu langsung berbicara formal.
"Pertama tama kenalkan nama saya fraun,"sambil menundukkan kepala nya.
"Ngomong ngomong untuk apa kehadiran tuan putri ada disini ?" Mahendra agak kaku ketika berbicara formal.
"Penyelamat gak usah terlalu formal."
"Oh bagus lah begitu," Mahendra terlihat lega seperti bebannya hilang.
Putri itu sedikit tersenyum melihat gerak gerik nya Mahendra.
"Kami disini untuk membeli artefak tingkat A, mirror of world," sambil mengeluarkan kaca kecil bulat yang dikelilingi emas.
Artefak adalah benda benda yang hanya bisa didapatkan di dungeon, artefak terdiri dari 8 tingkatan, dari yang terendah C,B,A,S,SR,SS,L, dan ada sedikit artefak yang bertingkat God, dikatakan artefak tingkat God bisa meratakan sebuah kerajaan dalam satu malam.
Mereka pun menaiki kereta kuda yang terparkir di depan gang, seperti mereka hanya pergi berdua.
Didalam kereta kuda.
"Ah sial aku lupa menanyakan nama sang penyelamat," ucap putri itu.
__________
Mahendra bingung kemana perginya si monyet.
"Hei bro sudah?" Monyet itu ternyata ada di atas rumah sambil melihat kejadian.
"Dasar monyet."
Mereka pun ke penginapan terdekat.
"Satu kamar dengan satu ranjang berapa?" Tanya Mahendra.
"1 gold."
"Ah yang bener," Mahendra belajar dari kesalahannya.
"5 silver," kata Mahendra sambil mengeluarkan 5 silver.
"Tch nih," paman itu memberikan kunci kamar.
Kamar yang cukup berantakan dengan satu ranjang.
"Heh 3 silver akupun tak mau," monyet itu tersenyum lebar sambil menatap Mahendra.
"Ugh," sambil mengeluarkan buku tentang 'panduan sihir pemula'.
Baru sedikit Mahendra membacanya.
"Tidak ada sedikitpun yang ku pahami," Mahendra pun menutup bukunya dan pergi tidur.
"Hmmmm," monyet itu sepertinya penasaran akan sihir dia mengambil buku itu dan pergi keluar lewat jendela.
Bersambung------