Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Senjata 21 cm sang kuli

Areshermes
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
52
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - Jadi gigolo

"Aah, terus sayang... genjot yang kencang!" ucap wanita itu.

"Siap, akan aku genjot lebih kencang," jawab Budi.

Budi, pria berumur 27 tahun, merupakan seorang duda beranak satu. Pernikahannya harus kandas lantaran istrinya tidak tahan dengan kehidupannya yang serba kekurangan. Budi hanya seorang buruh serabutan, jika ada proyek dia bekerja sebagai kuli bangunan. Kadang dia mencari barang bekas untuk dijual dan uangnya untuk kebutuhan sehari-hari. Istrinya sendiri hanya diberi 10 ribu rupiah itupun yang paling besar, kadang cuma 2 ribu saja seharinya.

Karena istrinya tidak tahan dengan pekerjaan suaminya yang tidak menentu, akhirnya mereka berpisah. Sejak berpisah, hidup Budi menjadi lebih sulit. Dalam pernikahannya itu di karuniai seorang anak laki-laki yang berumur 5 tahun dan tinggal bersama Ayahnya. Budi pasrah saat istrinya minta bercerai, istrinya sendiri kembali pulang ke rumah orangtuanya. Kini Budi tinggal berdua dengan anak laki-lakinya yang bernama Farid Alfarizi. Hidup di sebuah rumah kayu yang sederhana, mereka sering kelaparan.

Kadang Ayahnya cuma bisa merebus singkong untuk makan, rumahnya sendiri sudah sering bocor. Budi rela bekerja apa saja demi menghidupi buah hatinya, kadang Budi merasa tidak tega saat anaknya mengeluh kelaparan. Saat Ayahnya bekerja, Farid sering ikut dengan Ayahnya karna di rumahnya sendirian.

Sekarang ini Budi bekerja di pasar sebagai kuli angkut barang, anaknya di titipkan di tukang warung nasi yang bernama Sari. Bu Sari merupakan perempuan berumur 45 tahun, sudah mempunyai anak dan suami. Dari sinilah bermula, Budi di ajak Bu Sari untuk mencari peluang usaha yang lebih baik.

"Bud, anak kamu ganteng ya, kasihan dia harusnya sudah mulai sekolah."

"Iya Tan, aku sendiri bingung harus kerja apa lagi, yang lebih besar pendapatannya."

"Kan sudah tante bilang, kamu kerja sama Tante saja, siapa tahu sehari kamu bisa dapat penghasilan yang lebih besar."

Budi tampak bingung, dan melamun kemudian dia melihat anaknya yang sedang asik bermain mobil-mobilan.

"Jangan kebanyakan mikir, nanti rezekinya diambil orang. Kamu itu tampan Bud, masih muda, badan kamu juga bagus gagah. Dan yang terpenting kamu memiliki Kon tol yang sangat besar dan panjang ," kata Bu Sari yang sudah beberapa kali membantu Budi secara finansial.

Karena itu, Budi bersedia membantu Bu Sari kembali. "Baik kalau gitu Tan, aku mau demi anakku. Kapan aku bisa mulai?"

"Nah gitu dong, sebentar! Sabar dulu, Tante ada kenalan dia seorang istri konglomerat. Suaminya bekerja dinas di luar kota, dia sering merasa kesepian butuh kehangatan. Dia berumur 27 tahun belum punya anak, dia mengaku tidak pernah puas dengan suaminya karena hubungan mereka kurang harmonis. Dia cocok jika kamu memuaskannya, kamu kan mainnya bikin puas Bud. Kamu juga tahan lama dan yang terpenting kamu punya Kon tol besar."

"Boleh Tan, aku mau. Kapan kira-kira? Aku butuh banget uang."

"Nanti tante hubungi dulu, kamu punya handphone kan?"

"Gak punya Tan."

"Yasudah deh, nanti akan kasih hp buat kamu biar gampang komunikasi."

"Makasih tan, kabari aja nanti. Aku mau lanjut kerja dulu!"

"Iya silahkan."

Budi kembali bekerja, dia bekerja keras dari pagi sampai malam agar anaknya bisa makan dan untuk biaya sekolah.

Aku sudah bingung harus bekerja apa lagi yang menghasilkan uang lebih banyak, aku sudah bekerja keras sampai badanku sakit tapi sehari cuma dapat 25 ribu rupiah. Uang segitu di jaman sekarang ini tidak seberapa, kebutuhan pokok dan semuanya serba naik. Aku sudah berusaha bekerja dengan cara yang benar, tetapi sekeras apapun aku bekerja tetap saja uangnya tak seberapa. Aku tidak punya cara lain selain mencari pekerjaan tambahan. Banyak orang yang mencari jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan mereka, baik pria maupun wanita. Banyak wanita kaya raya yang hidup bahagia bergelimang harta, tetapi kebutuhan biologisnya tidak terpuaskan, akhirnya mereka mencari kepuasan dari orang lain.

Aku sendiri mempunyai kelebihan dibanding orang-orang lainnya, aku memiliki ukuran kon tol yang cukup besar. Dulu saat aku masih pemuda, aku telah menjalin hubungan dengan beberapa gadis dan semuanya merasa puas dengan ku, mereka rela memberikan keperawanannya padaku untuk aku rusak sampai dower. Namun, saat aku bertemu dengan istriku, aku memutuskan untuk menghentikan petualangan ku, aku mencintainya sampai aku menikahinya. Tapi ternyata hubungan kami hanya bertahan 5 tahun, akibat kekurangan ekonomi dan hidup miskin dia memilih untuk berpisah denganku. Dan kini, aku berusaha untuk memulai hidup baru demi anakku. Aku tidak punya pilihan lagi, mencari pekerjaan sangatlah sulit mengingat aku hanya lulusan SD dan tidak memiliki pengetahuan tinggi untuk bekerja lebih baik.

Saat lagi bekerja, tiba-tiba Budi menjatuhkan barang yang dia angkut sehingga di marahi oleh pemilik toko. Budi merasa lelah dalam bekerja sebab dia bekerja dan terus bekerja tanpa henti. Di tambah memikirkan anaknya yang ingin sekolah, dan masih banyak lagi yang sedang Budi pikirkan.

"Kamu ini gimana Bud, saya bisa rugi kalau seperti ini. Gajih kamu saja gak cukup untuk menggantinya".

"Maafkan saya Pak, saya tidak sengaja".

"Pokoknya kamu harus ganti sekarang juga, atau kamu aku pecat".

"Silahkan pecat aja Pak, lagian saya sudah gak betah kerja disini. Kerja gak henti-henti tapi bayarannya gak seberapa".

"Dasar gak tau di untung, kerja itu gak ada yang gampang. Kalau mau kerja gampang mending nyolong aja sana, tampang seperti kamu pantasnya jadi maling".

Saat pemilik toko berkata seperti itu, Budi langsung mengepalkan tangannya. Kesabarannya sudah habis, dia langsung menghajar kepala toko itu. Kemudian di hentikan oleh orang-orang yang ada di sana dan Bu Sari mendekati mereka.

"Ada apa ini Pak ?".

"Nih orang gila, gak mau ganti malah mukulin orang. Saya akan tuntut kamu !".

"Tenang Pak ! Biar saya yang ganti semuanya dan tolong jangan libatkan polisi".

"Baik kalau begitu, saya tidak akan laporkan dia ke polisi".

"Terima kasih Pak, ini untuk uang gantinya !". Bu Sari memberikan uang pada pemilik toko itu

Budi di tarik oleh Bu Sari agar meninggalkan pemilik toko itu karna takut mereka berkelahi lagi.

"Kamu ini bikin masalah aja ? Kamu harus sabar".

"Saya sudah gak bisa sabar lagi, dia marah-marah padahal aku sudah minta maaf. Dia juga menghinaku, walaupun aku miskin tapi aku juga punya harga diri".

"Makanya kamu itu kerja aja sama tante, kalau kamu banyak uang gak akan ada orang yang menghina kamu, semuanya akan tunduk".

"Tante benar, karna aku miskin makanya aku sering di hina dan di injak-injak orang".

"Tadi ada balasan dari Bu Dewi istri konglomerat itu katanya dia mau ketemu kamu besok jam 9 pagi di kafe".

"Bagus kalau gitu tan, sebelumnya aku mau berterima kasih sama tante karna terus membantuku, aku belum bisa bayar semua hutang dan uang yang diberikan tante untuk ku".

"Tenang saja, tidak perlu membayar selama kamu bisa memuaskan tante setiap malam, tante merindukan kon tol besar mu itu bersarang di me mek Tante," kata Tante.

"Tapi kita melakukannya di mana? Di rumahku sekarang banyak orang yang curiga," tanyaku.

"Tenang saja, Tante punya tempat, kosan milik anak Tante, Rima, yang lagi kuliah," jawab Tante.

"Benarkah di kosan anak Tante? Bagaimana kalau nanti ketahuan dan suami Tante tahu?" tanyaku lagi.

"Tenang saja, anak Tante itu bisa diajak kompromi asalkan diberi uang untuk tutup mulut, semuanya akan beres. Dia sendiri tidak suka dengan Ayahnya, jadi dia mendukung Tante," jelas Tante.

"Baiklah kalau begitu, lalu bagaimana dengan Farid?" tanyaku.

"Dia bawa saja ke kosan, nanti suruh tidur dulu, setelah tidur kita baru bisa bersantai bersama," sahut Tante.

"Oke kalau begitu."

"Nunggu warung nasi tutup dulu, nanti dari sini kita langsung ke kosan," kata Tante.

"Siap, Tante."

Budi menunggu Bu Sari sampai warung nasinya tutup, sekitar pukul 10 malam mereka pergi ke kosa anaknya Bu Sari. Tiba di kosan, mereka langsung masuk.

"Rim, mama numpang tidur di kosan ini ya semalam aja tenang aja nanti kamu mama kasih uang buat jajan. Perkenalkan ini teman Mama namanya Budi dan ini anaknya !". Mereka bersalaman.

"Iya siap mah, asal bayarannya cukup soalnya Rima pengen beli skincare udah mau habis".

"Iya beres kalau itu, asal jangan kasih tau Papah ya soal ini".

"Iya mah tenang aja".

"Eh Bud, kamu mau makan dulu apa mau mandi ?".

"Makan udah tadi, mau mandi aja udah gerah".

"Rim, di kamar mandi udah ada handuknya ?" Tanya Bu Sari

"Udah, tinggal langsung mandi aja Om semuanya sudah ada".

"Ok makasih, aku mau mandi dulu ! Tolong nitip Farid sebentar !".

"Iya dia lagi anteng makan cemilan".

Budi pun langsung masuk ke dalam kamar mandi, sementara Bu Sari dan anaknya Rima menunggunya. Kosannya sendiri punya dua kamar, karna memang sesekali Ibunya suka menginap di kosan anaknya. Jarak kosan dan warung nasi Ibunya tak terlalu jauh, maka dari itu Ibunya sering tidur di kosan anaknya.

"Itu siapa Bu, ganteng banget?"

"Dia Budi, dia itu duda mau kerja sama mama."

"Hah yang bener? Sayang banget cowok sekeren itu jadi gigolo."

"Justru dia itu, jadi penghasil uang untuk mama. Dia akan laku keras, selain orangnya tampan dan gagah dia juga punya Kon tol yang besar."

"Ah yang bener mah?"

"Iya, kan mama sendiri sudah pernah nyobain Kon tol nya. Puas banget ngen tot sama dia, dia itu mainnya liar, agresif dan tahan lama."

"Aku jadi penasaran mah."

"Eh kamu jangan macem-macem, kamu itu masih kecil fokus dulu kuliah jangan mikir aneh-aneh."

"Iya-iya, lagian mama bikin aku penasaran."

Budi pun keluar dari kamar mandi, dia cuma memakai handuk yang dililitkan di pinggangnya. Bu Sari dan Rima sampai tak berkedip saat melihat Budi, tubuhnya yang atletis, otot-ototnya yang terbentuk sempurna. Dadanya bidang, perutnya sixpack, bahunya kekar dan otot lengannya besar.

"Aku gak bawa baju ganti Tan, yang tadi kotor semua".

Suara Budi, menyadarkan lamunan mereka.

"Eh, i-iya Bud, kamu pakai sarung aja dulu ya soalnya gak ada baju yang besar. Badan kamu kan besar sementara anak saya juga badannya kecil".

"Eh pake kaos punya pacar saya aja Om, mungkin ukurannya pas. Bentar aku ambilkan dulu !".

"Duh maaf ya neng jadi ngrepotin !".

"Gak apa-apa ko Om".

Budi memakai kaos dari Rima, saat di pakai Budi, kaosnya sangat ngetat sehingga memperlihatkan bentuk ototnya yang jelas.

"Kaosnya pas banget kekecilan kayaknya".

"Gak apa-apa ko Om, dari pada gak pakai baju. Justru bagus di pakai Om badannya terlihat bagus".

"Hee makasih neng".

"Om Budi ini kerjanya kuli suka angkat-angkat yang berat di tambah sesekali suka fitness ya makanya badannya bagus".

"Hee iya neng, iseng-iseng saja fitness di tempat murahan".

"Tapi bukan soal murahnya Om yang penting niat dan semangatnya".

"Iya betul neng".

"Badan om benar-benar keren".

"Kamu cepat tidur sana Rim, gak baik tidur malam-malam".

"Yaudah deh, Rima tidur dulu. Om, Rima tidur duluan ya ?".

"Iya neng silahkan".

Rima terus saja melihat Budi, dia benar-benar terpesona melihat duda yang gagah perkasa itu.

"Aku mau nidurin Farid dulu ya tan ?".

"Eh tidurnya di dalam aja, kasurnya ada dua. Dia tidurnya di atas".

"Iya tan, Ayo Rid kita tidur sudah malam !".

"Iya Yah".

Sementara itu, Budi dan anaknya masuk ke dalam kamar diikuti oleh Bu Sari dan pintunya ditutup. Bu Sari menunggu Budi agar anaknya tidur, dia sendiri sudah tidak tahan ingin segera merasakan keperkasaan Budi.

"Anak kamu sudah tidur, Bud?" tanya Bu Sari.

"Sudah, Tan, baru saja tidur," jawab Budi.

"Sini kamu tidurnya di bawah bersama Tante!" ajak Bu Sari.

Budi langsung turun ke bawah dan tidur bersama Bu Sari. Tangan Bu Sari meraba-raba dada Budi yang bidang. Karena Budi hanya mengenakan sarung, Bu Sari bisa merasakan benda yang tegang di dalam sarung Budi. Bu Sari tersenyum penuh arti, sementara Budi merasa tidak sabar. Budi kemudian berbalik, berada di atas Bu Sari, dan keduanya saling menatap penuh hasrat. Mereka berdua kemudian saling mendekatkan wajah dan mencium bibir satu sama lain dengan penuh gairah.

"Sssssshhhhh aaaaaaahhhhhhhhh Bud, aaahhhh terus Bud enak...".

Dengan penuh perasaan, Budi menelusuri setiap lekuk tubuh Bu Sari, perlahan pakaiannya dilepas sehingga tubuhnya terbuka. Budi hisap dan remas payudaranya yang besar, Budi sangat rakus dan dia tidak melewatkan sedikitpun.

Kemudian Budi beralih ke bawah yaitu me mek nya yang sudah basah, Budi menciuminya dan lidahnya menari-nari di sana yang membuat Bu Sari mendesah keenakan. Bu Sari merasakan sensasi yang luar biasa, membuatnya menggelinjang.

"Aaaaaaahhhhhhhhh aaahhhh sudah Bud, aaaaaaahhhhhhhhh saya mau keluar sssssshhhhh....".

Budi tak memberi ampun, tangannya semakin kencang membelai dan meremas payudara Bu Sari, dia kembali menciuminya dengan sangat liar dan kasar. Kini giliran Budi yang ingin merasakan kepuasan, perlahan dia mulai mendekap Bu Sari dengan erat. Budi mendekapnya sambil kedua tangannya membelai tubuhnya yang semok. Mereka berdua menikmati momen intim tersebut, saling mencintai dan merasakan kebahagiaan bersama.

"Aaaaaaahhhhhhhhh, enak banget sayang," erangan mereka semakin keras.

Mereka seakan lupa dengan sekitar. Tak hentinya Budi terus mencumbu wanita paruh baya itu, dia di bolak-balik beberapa macam posisi sebelum kon tol nya dia masukkan.

"Ayo Bud cepat masukin Kon tol kamu! Tante sudah gak tahan,"

"Ok Tante, terimalah kon tol ku ini!" Kon tol nya mulai masuk secara perlahan, karna sudah sering ngen tot hampir setiap hari, me mek Bu Sari sudah dower.

"Ahhhhh enak banget sayang, duh berasa banget sampai ke ulu hati. Tante rela ngen tot tiap hari sama kamu Bud, Tante juga rela di kasari."

"Walaupun me mek Tante sudah dower tapi tetap enak, aku genjot lebih kencang ya Tan? Lebih enak kasar rasanya lebih puas,"

"Lakukan apa yang kamu suka Bud, Tante pasrah."

Keringat membanjiri tubuh mereka, kenikmatan yang mereka rasakan semakin bertambah. Hingga dua jam lamanya Budi terus ngen tot tanpa henti, dia benar-benar sangat kuat dan perkasa. Hingga akhirnya tiba di puncak kenikmatan, gerakannya semakin lama semakin cepat. Akhirnya spermanya keluar di atas perut Bu Sari, nafas mereka tersengal-sengal dan Budi langsung berbaring di sebelah Bu Sari sambil mengatur nafasnya.

"Makasih sayang, Tante sangat puas. Kamu benar-benar kuat dan perkasa."

"Sama-sama Tan."

Dan merekapun tertidur sama-sama belum memakai pakaian, saat momen intim mereka berlangsung, Rima anaknya Bu Sari mengintip dari balik celah pintu. Dia menyaksikan sendiri Ibunya ngen tot dengan Budi sangat liar dan agresif, Rima terus memperhatikan Budi yang perkasa dan kekar. Tubuh telan jangnya membuat Rima tidak kuat, tubuh Budi yang kekar berotot di tambah dengan keringatnya yang bercucuran membuatnya semakin terlihat seksi. Selain itu kon tol Budi yang luar biasa besarnya membuat Rima tak sadar meremas payudara dan me mek nya yang sudah basah. Dia sendiri ingin merasakan ngen tot dengan Budi, yang membuat Ibunya sendiri sangat ketagihan.