Di tengah hutan lebat yang dipenuhi dengan pepohonan raksasa dan suara-suara alam yang menggema, seorang pemuda terbangun dengan kebingungan. Ling Tian, seorang remaja berusia delapan belas tahun, menggosok matanya dan mencoba mengingat bagaimana dia bisa berada di tempat ini. Ingatan terakhirnya adalah tentang kehidupan yang penuh dengan kesedihan dan pengkhianatan, di mana dia dibunuh oleh orang-orang yang seharusnya menjadi teman-temannya.
"Di mana aku?" gumamnya, suaranya nyaris tak terdengar di antara desiran angin. Dia mengangkat tubuhnya dan melihat sekeliling. Hutan ini tampak asing, tetapi ada sesuatu yang akrab dalam suasananya. Aroma tanah basah dan dedaunan yang segar mengingatkannya pada masa kecilnya, saat dia bermain di hutan dekat desanya.
Ling Tian berdiri dan merasakan kekuatan aneh mengalir dalam dirinya. Dia mengangkat tangan dan melihat cahaya lembut berkilau di telapak tangannya. "Apa ini?" pikirnya, terkejut. Dia tidak pernah memiliki kemampuan seperti ini sebelumnya. Dalam hidupnya yang lalu, dia hanyalah seorang pemuda biasa, tanpa bakat atau keahlian khusus.
Dengan rasa ingin tahu yang menggebu, Ling Tian mulai menjelajahi hutan. Setiap langkahnya terasa ringan, seolah-olah dia melangkah di atas awan. Dia merasakan energi di sekelilingnya, seolah-olah alam bergetar dengan kehidupan. Dia tidak tahu berapa lama dia berjalan, tetapi saat matahari mulai terbenam, dia menemukan sebuah desa kecil yang tersembunyi di antara pepohonan.
Desa itu tampak damai, dengan rumah-rumah sederhana yang terbuat dari kayu dan atap jerami. Penduduk desa terlihat sibuk, tetapi mereka tidak tampak terganggu oleh kehadirannya. Ling Tian merasa seolah-olah dia adalah bagian dari dunia ini, meskipun dia tidak tahu bagaimana dia bisa sampai di sini.
Dia mendekati seorang wanita tua yang sedang duduk di depan rumahnya, merajut benang. "Nenek, di mana ini?" tanya Ling Tian, suaranya penuh rasa ingin tahu.
Wanita tua itu menatapnya dengan mata yang penuh kebijaksanaan. "Ini adalah Desa Qingyun, Nak. Apa kau seorang pendatang baru?"
Ling Tian mengangguk. "Ya, saya tidak tahu bagaimana saya bisa sampai di sini."
"Setiap orang memiliki jalan mereka sendiri," jawab nenek itu sambil tersenyum. "Mungkin kau ditakdirkan untuk berada di sini. Desa ini adalah tempat di mana banyak kultivator muda belajar dan tumbuh."
Kultivator? Ling Tian merasa ada sesuatu yang menggelitik di dalam dirinya. Dia ingat cerita-cerita tentang kultivasi yang diceritakan oleh kakeknya. Tentang orang-orang yang memiliki kekuatan luar biasa, mampu mengendalikan elemen dan bahkan terbang di langit. "Apa saya bisa menjadi kultivator?" tanyanya penuh harap.
"Jika kau memiliki tekad dan keberanian, tidak ada yang tidak mungkin," jawab nenek itu. "Tetapi ingat, jalan ini penuh dengan tantangan. Banyak yang telah jatuh dan tersesat."
Ling Tian merasakan semangat membara dalam dirinya. Dia tidak ingin mengulangi kesalahan hidupnya yang lalu. Dia ingin menjadi lebih kuat, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk membuktikan bahwa dia bisa mengubah takdirnya. "Saya siap menghadapi tantangan itu," katanya dengan tegas.
Setelah berbincang-bincang dengan nenek itu, Ling Tian mulai menjelajahi desa. Dia melihat anak-anak bermain, para petani bekerja di ladang, dan para pendeta yang mengajarkan seni kultivasi kepada para pemuda. Ling Tian merasa terinspirasi oleh semangat dan kebersamaan yang ada di sini.
Hari demi hari berlalu, dan Ling Tian mulai belajar tentang seni kultivasi. Dia berlatih dengan tekun, menghabiskan waktu berjam-jam di bawah bimbingan seorang guru tua yang bijaksana. Guru itu mengajarinya tentang Qi, energi kehidupan yang mengalir di seluruh makhluk hidup. Ling Tian belajar bagaimana mengendalikan Qi-nya, mengalirkannya melalui tubuhnya, dan menggunakannya untuk meningkatkan kekuatan fisiknya.
Namun, meskipun dia merasa semakin kuat, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Ingatan tentang kehidupannya yang lalu terus menghantuinya. Dia tidak bisa melupakan pengkhianatan yang membuatnya kehilangan segalanya. Dia bertekad untuk tidak membiarkan hal itu terjadi lagi. Dia harus menemukan cara untuk memecahkan siklus reinkarnasi ini.
Suatu malam, saat bulan purnama bersinar terang di langit, Ling Tian duduk di tepi sungai, merenungkan nasibnya. Dia merasakan angin malam yang sejuk menyentuh wajahnya, dan tiba-tiba, dia mendengar suara lembut di telinganya. "Ling Tian, kau harus menemukan kebenaran tentang dirimu."
Ling Tian terkejut dan melihat sekeliling, tetapi tidak ada siapa-siapa. "Siapa yang berbicara?" tanyanya, tetapi tidak ada jawaban. Dia merasa ada sesuatu yang lebih besar yang mengawasinya, sesuatu yang memanggilnya untuk mencari.
Keesokan harinya, Ling Tian memutuskan untuk pergi ke puncak gunung yang terlihat dari desa. Dia merasa bahwa di sana, dia mungkin menemukan jawaban yang dia cari. Dengan tekad yang kuat, dia memulai perjalanan menuju puncak gunung.
Perjalanan itu tidak mudah. Dia harus melewati jalur yang curam dan berbahaya, tetapi semangatnya tidak pernah pudar. Setiap langkah yang dia ambil membawa dia lebih dekat ke tujuan. Saat dia mencapai puncak, dia terpesona oleh pemandangan yang menakjubkan. Dari sana, dia bisa melihat seluruh desa dan hutan yang mengelilinginya.
Di puncak gunung, Ling Tian merasakan energi yang kuat mengalir di sekelilingnya. Dia menutup matanya dan mencoba untuk terhubung dengan energi itu. Dalam sekejap, dia merasakan ingatan-ingatan yang terpendam dalam dirinya. Gambar-gambar kehidupan sebelumnya muncul di benaknya, dan dia melihat dirinya sebagai seorang pahlawan, seorang kultivator yang kuat, tetapi juga sebagai seseorang yang telah mengalami banyak penderitaan.
"Ini adalah takdirku," bisiknya. "Aku tidak akan membiarkan takdir ini mengendalikan hidupku. Aku akan mengubahnya."
Dengan semangat yang membara, Ling Tian bertekad untuk menemukan cara untuk memecahkan siklus reinkarnasi dan mengubah takdirnya. Dia tahu bahwa perjalanannya baru saja dimulai, dan banyak tantangan menantinya di depan. Namun, dia tidak akan mundur. Dia akan menjadi kultivator yang hebat dan menemukan kebenaran tentang dirinya.
Saat matahari terbenam di balik pegunungan, Ling Tian berdiri di puncak gunung, siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang. Dia adalah Ling Tian, dan ini adalah awal dari segalanya.