Langkah kaki Ogre Pemimpin menggema di seluruh gua. Setiap gerakannya menggetarkan tanah, membuat bebatuan kecil berjatuhan dari langit-langit. Tubuhnya yang besar dan kekar membawa aura intimidasi yang luar biasa, sementara senjata raksasa yang terbuat dari tulang besar membuatnya terlihat lebih mengerikan.
Renn berdiri dengan tenang di tengah ruangan, menggenggam pedangnya dengan erat. Serpihan-serpihan seluncurannya melayang di sekelilingnya, berputar pelan seperti pelindung sekaligus senjata.
"Tuan, Ogre Pemimpin ini memiliki kemampuan regenerasi yang luar biasa. Luka biasa tidak akan cukup untuk mengalahkannya," ujar Astra di dalam pikirannya.
"Aku sudah menduga," gumam Renn. "Kalau begitu, aku akan menyerangnya dengan serangan terus-menerus sampai dia tak punya waktu untuk pulih."
Ogre Pemimpin mengaum keras, suaranya menggema di seluruh gua. Dengan kecepatan yang mengejutkan untuk makhluk sebesar itu, dia menyerbu ke arah Renn, mengayunkan senjata raksasanya.
Renn melompat mundur, menghindari serangan itu dengan nyaris. Tanah tempat senjata itu menghantam retak dan bergetar hebat. Renn segera mengarahkan serpihan-serpihannya ke lengan Ogre Pemimpin, mencoba melukai otot-ototnya.
Serpihan-serpihan itu melesat dengan kecepatan tinggi, menembus kulit tebal Ogre. Namun, luka-luka itu mulai sembuh dalam hitungan detik.
"Seperti yang kuduga, regenerasinya cepat sekali," pikir Renn sambil melompat ke udara menggunakan seluncurnya.
---
Serangan Balik
Ogre Pemimpin tidak tinggal diam. Dia melemparkan senjatanya seperti tombak ke arah Renn, memaksa Renn untuk bermanuver cepat. Serangan itu hampir mengenai Renn, tetapi seluncurnya cukup lincah untuk menghindar.
Renn memanfaatkan momen itu untuk meluncur lebih tinggi, lalu menjatuhkan diri dengan kecepatan penuh. Dengan pedangnya, dia menebas kepala Ogre Pemimpin. Namun, tebasan itu hanya meninggalkan luka dangkal yang segera pulih.
"Ini akan sulit," gumam Renn.
"Tuan, coba fokuskan semua serpihan ke satu titik vital. Regenerasinya akan melambat jika kau melukai bagian-bagian penting seperti jantung atau otaknya," saran Astra.
Renn mengangguk. Dia mengumpulkan semua serpihan yang melayang di sekitarnya, menyatukannya menjadi bilah tajam yang lebih besar. Dengan kecepatan penuh, dia mengarahkan bilah itu ke dada Ogre Pemimpin.
Serangan itu berhasil. Bilah tajam itu menembus kulit dan otot, menghancurkan tulang dada Ogre. Ogre Pemimpin meraung kesakitan, darah hitam menyembur dari lukanya.
Namun, seperti yang diharapkan, luka itu mulai sembuh.
"Regenerasinya benar-benar mengganggu," ujar Renn sambil melompat mundur untuk menjaga jarak.
---
Serangan Penentu
Ogre Pemimpin tampak semakin marah. Dia meraih senjata lain yang ada di dekatnya, sebuah batu besar, dan melemparkannya ke arah Renn. Renn menghindar dengan lincah, tetapi serangan itu membuat gua menjadi lebih sempit karena runtuhan batu.
"Astra, apakah ada cara untuk memperlambat regenerasinya?" tanya Renn.
"Ya, tuan. Luka bakar atau serangan energi biasanya lebih efektif. Cobalah menggunakan energi spiritualmu untuk memperkuat serpihanmu."
Renn menarik napas dalam-dalam, lalu memfokuskan energinya ke serpihan-serpihan di sekelilingnya. Serpihan-serpihan itu mulai bersinar dengan cahaya biru, mengeluarkan aura panas yang membakar.
Dengan gerakan cepat, Renn meluncur ke arah Ogre Pemimpin, mengarahkan semua serpihan bercahaya itu ke kepala dan dadanya. Serangan itu menghasilkan ledakan kecil yang membuat Ogre Pemimpin terhuyung-huyung.
"Ini saatnya," ujar Renn sambil melompat ke udara. Dia memfokuskan semua energi spiritualnya ke pedangnya, lalu menghujamkan pedang itu ke kepala Ogre Pemimpin dengan kekuatan penuh.
Ogre Pemimpin meraung keras untuk terakhir kalinya sebelum tubuhnya runtuh ke tanah. Luka-luka di tubuhnya mulai menghitam, tanda bahwa regenerasinya telah berhenti.
---
Akhir Pertarungan
Renn berdiri di atas tubuh raksasa itu, terengah-engah. Dia menatap mayat itu dengan tenang, memastikan bahwa Ogre Pemimpin benar-benar telah mati.
"Selamat, Tuan. Pertarungan ini memberikan pengalaman besar. Level Anda naik ke 19," ujar Astra dengan nada puas.
"Bagus," gumam Renn sambil memasukkan mayat Ogre Pemimpin ke dalam cincin penyimpanannya sebagai bukti misi.
Dia keluar dari gua, tubuhnya penuh luka kecil tetapi semangatnya tetap tinggi. Matahari sudah hampir terbenam, menciptakan pemandangan yang indah di langit.
"Satu misi lagi selesai," ujar Renn dengan nada datar, tetapi ada sedikit senyum di wajahnya.
Misi ini selesai, tetapi apa yang menanti Renn selanjutnya?