Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Pewaris Takdir Langit

Muda_Wally
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
57
Views
Synopsis
Prolog Malam itu, langit terbelah oleh petir yang tidak wajar. Desa kecil di lembah Eldoria mendadak dikepung oleh kekuatan yang tak kasat mata. Sebuah suara menggema di udara, penuh kehancuran namun memikat, seperti bisikan iblis yang bersembunyi di balik kabut. Di tengah ladang gandum yang hancur, seorang bayi ditemukan dalam sebuah peti hitam yang terbungkus cahaya biru redup. Kulitnya bersih, tetapi matanya—ah, mata itu—menyala seperti dua bintang yang menantang kegelapan malam. Seorang pria tua berjubah lusuh, bernama Orlen, menemukan bayi itu. Wajahnya yang dipenuhi kerutan menegang ketika dia membaca ukiran di peti hitam tersebut: "Pewaris Takdir Langit. Mereka yang menyentuhnya akan bertemu dengan akhir dunia, atau menjadi pelindungnya." Orlen tahu malam itu bukan malam biasa. Bayi ini, siapa pun dia, bukanlah makhluk biasa. Dua puluh tahun kemudian, bayi itu telah tumbuh menjadi seorang pemuda bernama Kael. Tinggal di pedalaman bersama Orlen, Kael menjalani hidup sederhana, tanpa mengetahui bahwa dirinya adalah kunci dari perang besar yang akan mengguncang langit dan bumi. Namun, takdir tidak pernah tidur. Ketika Kael tanpa sengaja membangkitkan kekuatan yang telah tersegel dalam tubuhnya, dunia mulai bergerak. Para ksatria dari Kerajaan Valdris, sekte penyihir kuno, dan iblis penjaga dimensi mulai mengejarnya. Sebuah perjalanan pun dimulai—untuk menemukan kebenaran tentang siapa dia sebenarnya, melindungi dunia yang menolaknya, dan menghadapi ancaman yang lebih besar dari mimpi buruk siapa pun. ---
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1: Bayangan di Tengah Ladang

Pagi itu terasa seperti pagi-pagi sebelumnya—angin sejuk, burung-burung berkicau, dan aroma rumput basah menyelimuti desa kecil di pedalaman Eldoria. Kael duduk di atas tumpukan jerami, mengenakan pakaian lusuh yang sedikit kebesaran. Matanya menatap jauh ke langit, seolah mencari sesuatu yang tak pernah ia temukan.

"Kael! Jangan cuma bengong di situ! Bantu aku angkat karung gandum ini, bodoh!" seru Orlen, kakeknya, dari depan lumbung.

Kael menghela napas panjang, lalu melompat turun dengan gerakan ringan. Tubuhnya yang kurus tapi berotot bergerak lincah. "Aku datang, Kek! Jangan marah terus, nanti cepat tua," jawabnya sambil terkekeh.

"Sudah tua, bodoh!" balas Orlen, melempar sekop kecil ke arahnya.

Kael menangkap sekop itu dengan mudah. Meski ia sering bercanda, ada sesuatu di matanya yang selalu tampak serius, penuh pertanyaan tentang dunia di luar sana.

Namun, sebelum Kael sempat mengangkat karung pertama, angin di sekeliling tiba-tiba berubah. Udara menjadi berat, dan aroma besi menyeruak.

"Kau merasakannya, Kael?" tanya Orlen dengan nada rendah, pandangannya mulai mengamati sekitar.

"Iya… aneh. Seperti ada sesuatu yang—"

Sebelum Kael selesai bicara, suara gemuruh terdengar dari hutan di dekat desa. Pepohonan bergoyang hebat, seperti ada sesuatu yang besar bergerak di antaranya.

"Jangan bergerak! Tetap di sini!" perintah Orlen, meraih tongkat kayunya yang selalu ia bawa. Tapi Kael, seperti biasa, tidak mendengarkan.

Dengan langkah cepat, Kael bergerak menuju arah suara itu. Orlen memanggil namanya, tetapi Kael terlalu penasaran untuk berhenti.

Saat dia sampai di tepi hutan, pemandangan itu membuatnya terpaku. Di depan matanya, seekor makhluk besar dengan tubuh bersisik dan mata merah menyala berdiri. Makhluk itu tampak seperti campuran antara serigala dan naga, dengan taring tajam yang meneteskan cairan hitam.

Makhluk itu menatap Kael, lalu mengeluarkan suara menggelegar yang membuat tanah di bawahnya bergetar.

"Kael! Mundur sekarang!" suara Orlen terdengar dari belakang.

Tapi sudah terlambat. Makhluk itu melompat ke arah Kael, cakar-cakarnya siap mencabik tubuhnya. Refleks Kael menutup matanya dan mengangkat tangan untuk melindungi dirinya.

Namun, sesuatu yang tidak biasa terjadi. Sebelum cakar itu menyentuhnya, cahaya biru terang meledak dari tubuh Kael, memukul mundur makhluk itu dengan kekuatan yang luar biasa.

Kael membuka matanya, terkejut melihat makhluk itu terkapar di tanah, terluka parah. Tapi yang lebih mengejutkan, tangannya kini berpendar dengan pola-pola aneh, seperti rune kuno yang terbakar di kulitnya.

"Kael…" Orlen berdiri di belakangnya, wajahnya penuh ketakutan dan kepanikan. "Apa yang sudah kau lakukan?"

Kael tidak menjawab. Dia hanya menatap tangannya sendiri, merasa bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

---