Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Pecahan Cawan Suci

🇮🇩XLOVEYCIOUS
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
118
Views
Synopsis
Terbiasa hidup sendiri lalu terbangun sebagai anak bungsu keluarga Emerald. Xaviera yang tidak terbiasa dengan kasih sayang orang lain, mulai mencari kebahagiaannya. Tapi satu persatu rahasia terkuak dan ia harus mengumpulkan Pecahan Cawan Suci milik Dewi yang terlupakan. Mampukah Xaviera mengumpulkan Pecahan Cawan Suci yang telah menyebar diseluruh penjuru dunia?

Table of contents

Latest Update2
Emerald4 hours ago
VIEW MORE

Chapter 1 - Dimana aku?

Udara terasa dingin, angin pun berhembus dengan kencangnya. Ku seruput secangkir kopi panas yang baru ku pesan di sebuah coffee shop dekat kantorku.

"Haaaahhh… hari ini berlalu seperti biasa dan terasa membosankan lagi"

Hari ini, tepat 15 tahun aku bekerja di perusahaan ritel menengah di kotaku. Sebuah kota kecil yang bahkan jarang disebutkan dalam sebuah berita. Tepatnya berada ditengah-tengah negara berkembang, Indonesia.

Beberapa orang mengidam-idamkan pekerjaan stabil dan gaji yang pasti. Jujur saja, dulu aku juga salah satu manusia yang berpikiran seperti itu. Hanya saja, diusiaku yang sudah tidak muda ini telah bekerja dan menghabiskan masa muda hingga usia matangku di tempat kerja, aku merasakan banyak hal yang telah kulewatkan.

"Saat berusia belasan tahun dulu, seharusnya aku bersenang-senang dan menikmati masa mudaku, kan?"

Aku menatap cangkir kopi ditanganku dengan tatapan lesu. Seakan menyesali semua hal yang telah kulalui dan tentu saja tidak bisa kuulangi lagi.

"Yahh… tapi aku bisa apa? Andaikan fantasi adalah kenyataan, aku akan memutar kembali waktu dan menikmati masa mudaku lagi. Aku juga akan berbuat nekat dalam mengambil resiko."

Selama ini aku berpikir bahwa hidup stabil dan pasti itu lebih baik daripada sembarangan mengambil resiko yang kita tidak tau bagaimana akhirnya.

Namun setelah menjalani pekerjaan sebagai staff administrasi biasa selama 15 tahun sejak aku lulus sarjana, ternyata hidup stabil dan monoton itu bisa membuatku depresi.

"Keseharian yang sama, jadwal yang sama. Bahkan yang mengacaukan hariku hanyalah saat aku sakit dan akhirnya tidak bisa masuk kerja"

Aku merasakan bahwa sepanjang hidupku sama sekali tidak ada gairah hidup. Aku hanya berpikir untuk hidup saja tanpa pernah berpikir untuk menikmati sesuatu.

Aku adalah putri tunggal dari pasangan yang bercerai. Saat orang tuaku memutuskan untuk berpisah, tak ada satupun dari mereka yang ingin merawatku. Akhirnya aku dirawat oleh nenek tetanggaku yang hidup sebatang kara.

Mungkin karena ia tak pernah memiliki keluarga, dia sama sekali tak mengerti bagaimana merawat seorang anak kecil. Yah, dengan orang tuaku dulu pun juga tak ada yang benar-benar memperlakukanku sebagai anak kecil.

Seorang anak kecil tanpa figur orang dewasa, tumbuh sendirian dan menjadi dewasa sebelum waktunya.

Sebenarnya aku tak pernah kekurangan dalam hal keuangan. Hanya saja, aku benci ketika aku harus berhutang budi pada orang lain.

Meskipun sebenarnya adalah kewajiban orang tua untuk menafkahi anaknya, tapi aku benar-benar benci harus memenuhi keinginan orang tua yang tidak mau merawatku hanya karena mereka memberikanku uang.

Nenek yang mengurusku pun juga tak kekurangan uang, justru karena dia tidak memiliki ahli waris untuk harta yang telah ia kumpulkan semasa mudanya, itu sebabnya ia merawatku dan mengadopsiku sebagai cucunya.

Dibandingkan menerima uang dari orang tuaku, aku lebih memilih menerima uang dari nenek itu. Yah, walau uang yang kuterima sebatas uang saku dan biaya sekolah.

Entah karena aku tak memiliki keinginan atau hasrat seperti anak-anak remaja sebayaku saat itu, aku benar-benar hanya fokus belajar dan mengincar beasiswa hingga bangku perkuliahan.

Aku hanya belajar dan tidak bergaul sama sekali. Hobiku pun sebatas mendengarkan musik dan membaca novel. Tapi hal itupun tidak kulakukan saat aku bekerja selama 15 tahun.

"Benar-benar hidup yang membosankan. Aku takjub aku bisa bertahan hidup seperti itu."

Aku menghela nafas panjang lalu menyandarkan punggungku di sandaran kursi seraya menutup kedua kelopak mataku.

Aku pun memalingkan wajahku kearah jendela dan menatap kearah luar saat membuka mataku. Melihat kesibukan orang-orang diluar coffee shop membuatku sedikit lebih tenang, seakan berbisik bahwa kehidupan membosankan ini tidak hanya aku yang menjalaninya.

"Tapi, jika fantasi itu nyata, aku ingin menjadi tokoh figuran novel kerajaan barat yang kaya raya dan hidup sesukaku."

Aku pun mengambil cangkir kopi dihadapanku tanpa melihatnya. Tanpa kutau, telapak tanganku ternyata sedang berkeringat sehingga membuat cangkir kopi itu terlepas dari tanganku dan terjatuh ke lantai.

Praang!!!

Cangkir itu pecah ke lantai keramik putih di coffee shop. Secara spontan aku meraih beberapa pecahan cangkir dilantai, namun tiba-tiba aku merasa pandanganku sedikit berputar. Aku merasakan sakit kepala dan pusing sekaligus. Dan kemudian…..

Brakk!!!!

Pandanganku menjadi gelap. Kesadaranku juga perlahan menghilang.

Aku pingsan.

"…Viera!"

Tiba-tiba terdengar suara yang bergetar disebelah kiriku. Aku merasakan tangan hangat menggenggam erat kedua tanganku.

"…Putriku, kumohon!!!"

Suara lembut dan hangat juga terdengar tepat ditelinga kananku. Terdengar seperti suara rintihan dan tangisan.

Aku perlahan membuka kedua kelopak mataku dan menatap langit-langit asing.

Dimana aku?

Aku terdiam sejenak untuk memproses ingatanku hari ini.

Sebenarnya apa yang sedang terjadi?

Dimana aku sekarang?!

Seakan tak memberiku waktu untuk berpikir, dua orang pria yang ada disebelah kiri dan kananku tiba-tiba saja memelukku. Mereka terlihat lega seakan aku terbangun dari tidur yang sangat panjang.

Bersambung…