Chereads / Jejak Langit Abadi / Chapter 2 - Bab 2 Api yang Tak Padam

Chapter 2 - Bab 2 Api yang Tak Padam

Hujan masih mengguyur lebat ketika Lin Wei berjalan keluar dari hutan. Tubuhnya basah kuyup, napasnya tersengal, tetapi pikirannya dipenuhi oleh berbagai pertanyaan yang terus menghantui. Gua tempat ia menemukan Kitab Teratai Surgawi masih terasa seperti mimpi, tetapi tanda di punggungnya dan kekuatan misterius yang ia gunakan adalah bukti nyata bahwa hidupnya telah berubah.

Saat mendaki bukit yang mengarah jauh dari desa Qinghe, Lin Wei berhenti sejenak dan menoleh ke belakang. Di kejauhan, api dari desa yang terbakar masih terlihat, menerangi langit malam yang suram.

"Aku akan kembali," gumam Lin Wei pelan. "Tapi tidak sebagai anak yang lemah. Aku akan menjadi kuat, cukup kuat untuk melindungi apa yang penting bagiku."

Dengan tekad baru, Lin Wei melanjutkan perjalanannya, tetapi suara gemuruh di kejauhan mengingatkannya bahwa ancaman belum sepenuhnya berakhir.

---

Di tempat lain, pria bertato ular yang tadi menyerang Lin Wei tengah berdiri di tengah reruntuhan Desa Qinghe. Wajahnya penuh kemarahan.

"Bocah itu membawa kitab terkutuk itu," geramnya sambil mengepalkan tinju. "Jika dia membukanya, kekuatan klan kuno akan bangkit kembali."

Di belakangnya, beberapa pria berbaju hitam menunggu perintah. Salah satu dari mereka maju dengan ragu.

"Pemimpin, bocah itu tidak akan jauh. Kami akan menemukannya sebelum fajar."

Pria bertato ular itu menatap tajam. "Pastikan kalian berhasil. Jika tidak, jangan kembali!"

Kelompok itu segera menyebar, bergerak cepat ke arah hutan tempat Lin Wei terakhir terlihat.

---

Sementara itu, Lin Wei terus berjalan sampai ia menemukan sebuah gubuk tua yang tampak tak terawat di pinggir tebing. Ia memutuskan untuk berhenti di sana, berharap bisa berlindung dari hujan dan mendapatkan waktu untuk memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Di dalam gubuk itu, Lin Wei membuka Kitab Teratai Surgawi yang tadi ia bawa dari altar. Halaman pertama memuat tulisan kuno yang perlahan-lahan berubah menjadi bahasa yang dapat ia pahami.

"Langkah pertama dari kultivasi adalah memahami tubuhmu," demikian tertulis. "Tubuh Hening Tak Terbatas memungkinkanmu menyerap energi spiritual dari alam secara langsung tanpa batas. Namun, itu juga berarti kau harus lebih disiplin, karena tubuh ini rentan terhadap kerusakan jika energi tidak terkendali."

Lin Wei membaca dengan cermat, mencoba memahami apa yang dimaksud. Ia kemudian duduk bersila di lantai gubuk, mengikuti instruksi yang tertulis di kitab itu. Dengan memejamkan mata, ia merasakan energi spiritual dari alam sekitar, seperti arus lembut yang mengalir ke dalam tubuhnya.

Awalnya, proses itu terasa asing dan tidak nyaman. Namun, seiring waktu, Lin Wei merasakan tubuhnya menjadi lebih ringan, dan rasa lelahnya perlahan menghilang. Ketika ia membuka matanya, cahaya biru samar menyelimuti tubuhnya.

"Aku benar-benar bisa menyerap energi dari alam…" Lin Wei bergumam dengan takjub.

Namun, rasa puasnya tidak berlangsung lama. Ia mendengar suara langkah kaki mendekat dari luar.

---

Pintu gubuk itu dihantam keras hingga terbuka, memperlihatkan tiga pria berbaju hitam yang memandang Lin Wei dengan tatapan dingin.

"Anak ini memang berbakat," salah satu dari mereka berbicara sambil mencabut pedang. "Tapi sayangnya, kau membawa sesuatu yang bukan milikmu."

Lin Wei berdiri dengan waspada, mencoba mengingat teknik sederhana yang baru saja ia pelajari dari kitab. Ia tahu ia tidak bisa melarikan diri lagi. Rasa cemas menyelimuti pikirannya, namun ia berusaha menenangkan diri, mengingat bahwa ia telah mempersiapkan dirinya untuk momen ini.

Pria pertama menyerang dengan pedang, tetapi Lin Wei berhasil menghindar dengan gerakan cepat. Tanpa sadar, tubuhnya bergerak sesuai pola yang ia lihat di dalam kitab, seolah-olah ia sudah berlatih teknik itu selama bertahun-tahun. Gerakannya menjadi lebih lincah, dan ia mulai merasakan aliran energi di dalam dirinya, memberi dorongan yang tidak terduga.

"Bagaimana mungkin dia bisa bergerak seperti itu?!" pria kedua berseru, terlihat terkejut. Keterkejutan itu membangkitkan semangat Lin Wei, dan ia merasa sedikit lebih percaya diri.

Lin Wei melompat ke belakang, lalu secara naluriah membentuk segel tangan seperti yang ia lakukan di gua. Sebuah gelombang energi biru keluar dari tubuhnya, menghantam salah satu pria dan membuatnya terlempar ke luar gubuk. Kejadian itu mengejutkan semua orang yang hadir, dan Lin Wei sendiri tidak percaya dengan kekuatan yang baru saja ia lepaskan.

"Dia baru saja mulai kultivasi, tapi kekuatannya sudah sejauh ini?!" salah satu pria tersisa mundur dengan gugup, ketakutan mulai terlihat di wajahnya. Lin Wei merasakan momentum berpihak padanya, tetapi ia tahu bahwa ia harus segera bertindak sebelum kekuatannya habis.

Namun, Lin Wei merasa energinya mulai habis. Tubuhnya gemetar, dan tanda di punggungnya mulai bersinar terang, seolah-olah memperingatkannya bahwa ia telah melewati batas. Rasa lelah menyelimuti dirinya, dan ia berusaha keras untuk tetap fokus. Dalam hati, ia berdoa agar kekuatannya bertahan sedikit lebih lama.

"Kita tidak bisa membiarkan anak ini hidup!" pria terakhir menyerang dengan kekuatan penuh, tetapi sebelum ia berhasil, suara keras menggema di udara.

"Cukup!"

Sebuah cahaya pedang menyambar dari luar gubuk, memotong serangan pria itu. Sosok seorang wanita muda dengan rambut panjang dan pedang yang bersinar muncul di ambang pintu. Matanya tajam, memancarkan aura otoritas. Lin Wei merasa ada harapan baru ketika melihat sosoknya, seolah-olah kehadirannya mengubah arah pertempuran.

"Mereka tidak layak menjadi lawanmu," katanya dingin sambil melangkah masuk. "Namaku Xia Yue. Dan kau… kau membawa sesuatu yang sangat penting."

---

Lin Wei tertegun melihat wanita itu. Xia Yue mengarahkan pedangnya ke pria berbaju hitam yang tersisa, membuat mereka mundur dengan ketakutan. Setelah memastikan mereka pergi, ia menoleh ke arah Lin Wei.

"Kau tahu apa yang kau bawa?" tanyanya.

Lin Wei menggeleng, masih berusaha mengatur napas. "Aku hanya menemukan kitab ini di sebuah gua. Aku bahkan tidak tahu kenapa mereka mengejarku."

Xia Yue menghela napas panjang. "Itu bukan kitab biasa. Itu adalah warisan klan kuno yang telah lama hilang, dan orang-orang seperti mereka akan membunuh siapa saja untuk mendapatkannya."

Lin Wei merasa dunianya semakin rumit. Namun, di balik kebingungannya, ia juga merasa bahwa Xia Yue adalah seseorang yang bisa membantunya.

"Apa kau tahu apa yang harus kulakukan?" tanya Lin Wei.

Xia Yue menatapnya dalam-dalam sebelum menjawab, "Kau harus menjadi lebih kuat. Jika kau tetap seperti ini, kau tidak akan bertahan lama."

Dengan kata-kata itu, takdir Lin Wei sekali lagi berubah. Bersama Xia Yue, ia memulai perjalanan baru yang penuh dengan bahaya, misteri, dan harapan akan kekuatan yang cukup untuk melindungi dunia yang ia cintai.