Chereads / Bonjour, Prince! / Chapter 3 - 02 | Desas-desus

Chapter 3 - 02 | Desas-desus

"Sepertinya ada pembahasan baru, kau tahu rumor yang sedang menyebar?"

"Soal itu, katanya ada Negeri yang disebut-sebut sebagai negeri gaib, yang tak bisa dikunjungi oleh orang-orang biasa seperti kita. Katanya, disana pula ada banyak kerajaan dengan Pangeran-pangeran tampan, bahkan Puteri yang cantik."

"Wah, memangnya Negeri itu ada dimana? Bagaimana bisa informasinya bisa sampai ke negara kita?"

Jay yang memang tak sengaja menguping omongan-omongan warga sekolah seketika langsung menulikan telinganya, tatkala kalimat terakhir yang diucapkan orang yang tak ia kenali itu membuatnya seolah membeku ditempat.

"Di Perancis, akupun bingung mengapa informasi seperti itu bisa sampai ke Negara kita."

 Astaga, Pangeran akan marah mendengarnya. Pikiran Jay langsung berkabut, memikirkan risiko yang akan terjadi pada tanah kelahirannya dan juga orang yang dipikirkannya. Jelas ini bukan hal baik. Terlebih, Jay tak ingin 'Pangeran' kembali ceroboh karena kepanikannya sendiri.

"Kak Jay?"

Lamunan Jay langsung buyar, tatkala orang yang ada dipikirannya itu memanggil namanya, "Iya? Apakah sesuatu terjadi padamu?" Suara diseberangnya tak langsung menjawab, namun lebih dulu menghela nafas.

Seraya menunggu jawaban, Jay bergegas mengeluarkan ponsel yang dimilikinya agar tak disalahpahami karena berbicara sendiri. Dan tak lama kemudian, orang itu berbicara, "Bagaimana bisa ini terjadi? Siapa yang mengetahui hal ini selain kita?"

"Maafkan saya, Pangeran, saya pun tak mengerti apa yang terjadi saat ini. Saya akan segera mencari informasinya, saya harap anda dapat menenangkan pikiran anda segera," jelas Jay singkat, yang kemudian bergegas bangkit dan mencoba mencari tahu semuanya sesegera mungkin.

 Mengetahui dirinya tak langsung mendapat jawaban, Jay kembali membuka suara, "Pangeran Reno, saya mengerti pikiran anda kalut dan takut sekarang, tapi serahkan semuanya pada saya, saya akan menyelesaikan semuanya segera."

"Terima kasih, Kak."

 Setelah telepati itu terputus, Reno termenung ditempatnya. Walaupun duduk dikursi kayu panjang yang ada dibelakang sekolah terbilang menenangkan, ditemani Jihan Naura—gadis yang tak pernah absen untuk menampakkan diri didepannya—serta sebuah minuman tak dapat membuat membuat hati dan pikirannya tenang dalam waktu lama.

 "Sudah? Dan sebelumnya, err... Boleh aku bertanya? Apa yang kau lakukan? Kupikir awalnya orang-orang bohong melihatmu berbicara sendiri, tapi ternyata tidak, dan aku yakin kau memiliki alasan tersendiri untuk itu," celetuk Jihan yang melihat Reno sepertinya selesai dengan komunikasinya.

Reno masih terdiam, pikiran dan hatinya yang bercabang perlahan sedikit tenang, setelah mendengar Jihan berbicara dengan sedikit halus sekarang. Ia melempar tatapannya pada Jihan sejenak dan membiarkan ketenangan mengaliri hatinya.

 "Maaf sebelumnya, dengan desas-desus yang tersebar sekarang, membuatku ragu untuk bercerita. Tapi dari keseluruhan tentangku dan desas-desus itu, kupersilahkan kau untuk berspekulasi dan mengeluarkannya didepanku sekarang," ujar Reno. Ternyata secuil rasa ketidaktenangannya masih ada.

Jihan terdiam dengan tatapan yang masih mengarah pada Reno, mulutnya yang sedikit terbuka itu menandakan bahwa ia telah sedikit berspekulasi, "Oh, apa identitasmu berhubungan dengan Negeri Mont... Mont apa, ya? Aku lupa. Ah, apa kau berasal dari sana?"

Dan ternyata pemuda itu tak langsung menjawab pertanyaannya, melainkan sedikit mengalihkannya, "Lebih tepatnya itu seperti sebuah kota yang terpencil, yang mampu bangkit sendiri tanpa bantuan pemerintahnya ...."

"... Dan akhirnya, pemimpin di kota itu mulai berinisiatif untuk memisahkan diri dari Perancis, kau tak lupa kan bahwa Mont Saint-Michel berasal dari bahasa Perancis? Dan juga, sebagian besar orang-orang yang mendengar desus ini salah berbicara. Mont Saint-Michel bukanlah lagi bagian dari Perancis, walaupun jikalau aku ingin kesana, harus menginjakkan kaki di Negara itu terlebih dahulu," jelas Reno dengan panjang dan tenang.

"Jadi, kau sungguh-sungguh berasal dari Negeri itu? Wah, Negeri itu bagaikan Negeri dongeng bagiku. Kau tak berinisiatif mengajakku berlibur kesana?" pekik Jihan terlalu antusias. Buat Reno menghela nafas menghadapi sikap gadis itu yang kembali menjadi dirinya lagi.

"Maaf, mendengar berita yang tersebar ini saja sudah membuatku stress, jadi kupikir masalah akan semakin rumit jika aku harus pulang, terlebih mengajakmu kesana. Untuk apa aku jauh-jauh datang kemari jika alasanmu membuatku dengan mudah pulang? Itu sama saja bohong." Ekspresi Jihan langsung merengut kesal. Namun itu tak sepenuhnya benar, gadis itu hanya ingin melihat wajah Reno yang semakin datar.

"Jadi?"

"Jadi? Jadi, apa? Apa maksudmu mengatakan hal itu?" tanya Reno yang mengubah wajah datarnya menjadi heran, melihat raut menyebalkan dari yang ditunjukkan oleh Jihan.

"Astaga, jadi statusmu ini apa disana? Kenapa kau jauh-jauh kesini untuk pergi, jika saja situasi, kondisi dan statusmu tidak penting disana?" Suara Jihan sedikit meninggi, tanda ia kesal. Namun Reno justru tak langsung menjawab.

Pemuda itu berdiri dari duduknya dan melangkah pergi seraya mengucapkan kalimat singkat, "Maaf, lebih baik kau tak mengetahui lebih dalam tentangku dan jangan memperkeruh suasana dengan hal yang baru kau ketahui. Aku pamit."

Meninggalkan Jihan beserta keheranan yang bergelung dalam pikirannya mengenai semua tentang lelaki itu, "Apa dia marah padaku? Astaga, kau sungguh bodoh, Jihan Naura!" seru gadis itu dengan suara pelan.

^.^

"Pangeran?"

Tubuh yang baru direbahkan itu mengangkat kepalanya sedikit untuk menatap Jay yang baru saja memanggilnya, "Saya baru saja siapkan air hangat untuk anda, lebih baik anda mandi dan berendam sebelum beristirahat," ujar pria itu.

"Ah, aku malas!"

"Apa saya harus menghubungi pengawal lain agar segera kesini untuk memandikanmu?" tanya Jay dengan santainya, yang entah mengapa membuat Minho panik mendengarnya.

 "Jangan bodoh, kak! Aku bukan bayi lagi kalau kau lupa. Dan ingatlah dimana kita berada, kau harus lebih menjaga kata-katamu walau itu terdengar seperti hal kecil," omel pemuda itu, dan membuat Jay lantas menunduk merasa bersalah.

Sementara pemuda itu sendiri segera pergi ke kamar mandi setelah mengambil handuk untuk dirinya mandi, tak lagi peduli dengan tingkah Jay setelah ini, karena dirinya tahu Jae takkan berdiri selama itu.

Itu terbukti, setelah dirinya selesai mandi Jay sudah tak ada ditempatnya, hanya meninggalkan sepasang pakaian diatas kasur. Jay tak pernah dirundung rasa bersalah dalam waktu yang cukup lama jika itu menyangkut dirinya, karena mengetahui jika Reno tak terlalu suka pria itu bersikap demikian.

Tak lama setelah Reno memakai bajunya, terdengar suara ketukan pintu dari luar disusul kalimat yang terlontar, "Pangeran, apa kau telah selesai? Jika ya, silakan segera makan malam, saya sudah memasak untuk anda," ujarnya.

"Baiklah!"

Reno segera menyusul Jay ke ruang makan dan mengambil tempat duduk disana. Netra kelamnya menangkap kehadiran Jay yang hendak pergi setelah meninggalkan beberapa makanan diatas meja.

Pemuda itu lantas menghentikannya, "Tunggu, kau mau kemana? Makanlah bersamaku! Astaga, kau selalu saja kaku, kau tak bisa mengabulkan permintaanku yang pertama ketika aku menginjakkan kaki di negara ini?" ujar Reno menahan kesal.

Jay terpaku, tak mampu menjawab sang Tuan. Ia tak percaya bahwa Reno masih mengingat hari dimana dirinya pergi dari Negeri tercintanya, padahal itu terbilang sudah cukup lama, "Setelah berniat pergi, sekarang kau malah melamun dan mengacuhkanku? Astaga," lanjut Reno yang terlanjur kesal.

Membuat Jay tersadar dan langsung merasa bersalah, "Astaga, maafkan saya, Pangeran. B-baik, saya akan mengusahakannya mulai sekarang. Dan setelah ini, ada yang harus saya bicarakan dengan anda. Saya harap anda tak terlalu gegabah setelah ini, terlebih desas-desus tanah kelahiran anda masih menjadi perbincangan," ucap Jay panjang lebar.

"Baiklah, sekarang silakan makan makananmu," jawab Reno singkat. Meski sedang tidak di Negerinya, Jay masih sangat menjaga sopan santunnya walau Reno berkali-kali menegur untuk jangan terlalu formal padanya.

Setelah beberapa menit makan dengan hening, akhirnya keduanya pun selesai. Keadaan pun masih hening selama beberapa detik, Reno menunggu Jay yang mencoba berbicara, entah kenapa pria itu terlihat gugup sekarang.

"Dia kembali."

^.^