Ketegangan di Kastil Arin tidak mereda bahkan setelah Lys kembali dari Perpustakaan Arcanis. Duke Arin semakin menekan Lys dengan latihan fisik dan mental, sementara Duchess Lirien semakin khawatir melihat putranya terbebani.
"Dia masih terlalu muda, Arin!" seru Duchess Lirien suatu malam.
"Dia bukan hanya anak kita, Lirien," jawab Duke Arin tegas. "Dia adalah pewaris keluarga Argent. Jika dia tidak siap, dia akan hancur oleh dunia ini."
"Apakah itu alasan yang cukup untuk membuatnya kehilangan masa kecilnya?" balas Duchess Lirien.
Lys, yang mendengar dari balik pintu, hanya menatap lantai. Dia memahami kedua sisi—ibunya yang ingin melindunginya, dan ayahnya yang ingin mempersiapkannya. Namun, dia merasa bahwa jalan yang dia tempuh kini sudah tidak bisa dihindari.
---
Beberapa hari kemudian, keputusan besar diumumkan. Lys akan dikirim ke Akademi Astra Veritas, sebuah tempat legendaris yang hanya menerima calon pejuang terbaik dari seluruh Daratan Misteri.
"Akademi ini adalah tempat di mana leluhur kita ditempa menjadi pahlawan," kata Duke Arin saat mereka berkumpul di ruang pertemuan keluarga. "Ini adalah tradisi keluarga Argent, dan kau akan meneruskannya."
Duchess Lirien tampak tidak senang, tapi dia tahu ini bukan keputusan yang bisa dia ubah. "Kau harus menjaga dirimu, Lyran. Jangan biarkan tekanan di sana membuatmu kehilangan siapa dirimu."
Lys hanya mengangguk. "Aku mengerti, Ibu."
---
Beberapa minggu kemudian, Lys tiba di gerbang Akademi Astra Veritas. Bangunan itu menjulang tinggi di atas bukit batu, dengan menara-menara berujung emas yang bersinar di bawah matahari pagi. Di atas gerbang utama, tertulis dalam huruf besar:
"Astra Veritas: Di Bawah Bintang, Menuju Kebenaran."
Lapangan utama penuh dengan calon siswa dari berbagai wilayah. Mereka mengenakan pakaian sederhana, membawa pedang, tongkat sihir, atau senjata lain, masing-masing menunjukkan keahlian mereka.
Seorang pria tua berjubah hitam berdiri di atas podium besar. Wajahnya dipenuhi kerutan, tapi matanya tajam seperti elang. "Aku adalah Kepala Akademi Astra Veritas, Archon Varelian," suaranya menggema di seluruh lapangan.
"Angkatan ke-107," lanjutnya, "Selamat datang di tempat di mana kalian akan ditempa menjadi pejuang sejati. Namun, hanya mereka yang kuat, cerdas, dan bermoral yang akan meninggalkan tempat ini dengan kehormatan. Akademi ini bukan hanya tentang kekuatan, tetapi juga kebijaksanaan."
--
Setelah upacara penyambutan, para calon siswa diarahkan ke Aula Evalis, tempat di mana tes kekuatan sihir akan diadakan. Tes ini bertujuan untuk menentukan tingkat kekuatan mereka dan asrama yang paling cocok untuk masing-masing siswa.
"Kekuatan sihir kalian akan diukur dengan Kristal Veritas," jelas seorang instruktur. "Kristal ini akan memancarkan cahaya yang sesuai dengan tingkat energi kalian, mulai dari tingkat terendah, Bronze, hingga tingkat tertinggi, Platinum."
Lys mengamati para siswa yang satu per satu maju ke depan untuk menempatkan tangan mereka di atas kristal. Cahaya mulai berkedip-kedip, menunjukkan tingkat sihir mereka.
"Auryn, tingkat Silver," umumkan instruktur dengan nada hormat.
"Mirena, tingkat Gold," seru yang lain, disambut tepuk tangan kagum dari penonton.
Saat giliran Lys tiba, semua mata tertuju padanya. Dia meletakkan tangannya di atas kristal, merasakan aliran energi yang menusuk. Kristal itu berkedip beberapa kali sebelum memancarkan cahaya putih lembut.
"Lyran Argent, tingkat Silver rendah," kata instruktur tanpa emosi.
Suasana menjadi hening. Beberapa siswa mulai berbisik, dan beberapa lainnya tertawa kecil. "Dia dari keluarga Argent, tapi cuma tingkat Silver rendah?" kata seseorang di belakang.
Lys mundur dari kristal tanpa menunjukkan ekspresi. Dia tidak peduli dengan komentar mereka, tapi dalam hati, dia tahu bahwa hasil ini akan membuat hidupnya di akademi jauh lebih sulit.
---
Asrama Lyra: Tempat yang Diremehkan
Lys ditempatkan di Asrama Lyra, asrama keempat dari lima, yang dikenal sebagai tempat bagi siswa dengan tingkat kekuatan yang dianggap "biasa saja." Sementara asrama lain seperti Asrama Solis dan Asrama Aurion dihuni oleh siswa-siswa berbakat, Asrama Lyra sering diremehkan.
"Kau benar-benar ditempatkan di Lyra?" kata seorang siswa dari asrama lain saat melihat Lys membawa barang-barangnya ke kamar. "Kupikir pewaris keluarga Argent akan berada di Aurion atau Solis."
"Tidak semua orang dilahirkan istimewa," balas Lys datar.
Namun, komentar-komentar itu hanya membuat Lys semakin bertekad. Dia tahu bahwa berada di Asrama Lyra adalah tantangan baru—tantangan untuk membuktikan bahwa nilai seseorang tidak ditentukan oleh tingkat sihir awal mereka.
Di kamarnya yang sederhana, Lys merenung. Akademi ini adalah tempat di mana dia akan membuktikan dirinya, bukan hanya sebagai pewaris keluarga Argent, tetapi sebagai seseorang yang mampu menciptakan jalannya sendiri.
Dia menatap keluar jendela, melihat menara-menara tinggi Akademi Astra Veritas yang bersinar di bawah sinar bulan. "Mereka akan tahu," pikirnya. "Bahwa aku lebih dari sekadar pewaris nama besar."