Chereads / Thorn Cage / Chapter 2 - Gadis Mawar Putih

Chapter 2 - Gadis Mawar Putih

Matahari bersinar terang di musim semi membuat senyuman kecil yang saat ini tidak sabar akan segera datang ke kediaman pria yang melamarnya sejak seminggu lalu.

jantungnya berdegup kencang dalam hal yang pasti sementara tangannya sedikit meremas gaun yang sangat ramai di penuhi bunga-bunga yang menempel erat di gaun berwarna merah muda tersebut.

entah sejak kapan senyuman kecilnya terus tersungging di bibir mungilnya tetapi yang penting saat ini adalah kini ia akan segera menjadi tunangan pria yang memimpin wilayah Lovita. menurutnya itu sangat keren.

Cecil yang ada di seberangnya tersenyum lebar melihat bagaimana nona nya terus tersenyum bersemu sedari tadi entah sejak kapan ketika nona terus menerus menampilkan wajah merekah.

perlahan tangan cecil menyenggol lembut lengan sissy dengan mencoba menggodanya"bahkan jika lebah melewati mawar dan nona seperti lebah akan lebih memilih nona karena nona sangat manis dan cantik,""apa kau sedang menggoda ku Cecil?"

kekehan kecil terpampang di wajah cecil sembari sedikit menggenggam erat-erat tangan Sissy"apakah perkataan saya seperti gurauan nona? saya mengatakan sejujurnya, anda sangat cantik dan manis seperti bunga yang bermekaran di musim semi ini!"

matanya menatap Cecil penuh kelembutan dan secercah sinar di bola mata saat merasakan kehangatan atas pujian pelayan pribadinya yang selalu membuatnya terus bahagia dan tertawa.

"baiklah jika itu pendapat mu cecil, kau juga sangat cantik hari ini."

keduanya tertawa bersama ketika saling memuji. itu hal biasa bagi seorang gadis bangsawan dan pelayan pribadi yang sudah sangat dekat seperti saudari dengan melihat bagaimana saling menjaga bahkan memuji satu sama lain dengan penuh ketulusan.

sepertinya ketika Cecil dan sissy asik berbincang membuat waktu terasa singkat hingga tanpa sadar kini kereta kudanya telah sampai di kediaman Benedict, kereta kuda memasuki kediamannya dengan perkebunan bunga yang cantik serta labirin yang indah.

mata biru langitnya menatap berbinar melihat keindahan di kediaman tersebut, itu sangat menakjubkan di mata seorang sissy yang baru menemui dunia luar.

kereta terhenti dengan sopir kuda membukakan pintu kereta kuda sebelum melihat ayah sissy—frederick berada di depan pintu untuk membantu putrinya turun dari kereta kuda.

itu membuat senyuman kecil mengambang di wajahnya ketika melihat ayahnya merentangkan tangan untuk membatu keluar dirinya dari kereta. perlahan tangan nya memegang erat-erat tangan ayahnya sebelum turun dari kereta kuda bersama Cecil mengikuti di belakang.

perlahan Sissy mendongak melihat ke atas sana ketika keluarga Duke Benedict menyambut nya dengan juga Benjamin di sana dengan pakaian yang rapih dan rambut tertata sangat rapuh meninggalkan kesan wibawa di sertai ketegasan.

melalui mata Benjamin dia melihat calon tunangannya yang akan segera menjadi istrinya, matanya menatapnya dari atas ke bawah melihat gaun serta topi yang di kenakan oleh sissy.

'gadis yang sangat norak.'

kata terlewat di benaknya saat melihat bagaimana gaun serta topi Sissy yang sangat ramai oleh bunga-bunga yang melilit tubuhnya.

sementara di sisi lain sissy sedikit tidak nyaman atas tatapan Benjamin yang di layangkan olehnya, itu sangat tidak sopan baginya.

tatapannya terus menatap ke arahnya tanpa ada niatan di wajahnya untuk menjemput calon tunangannya, tentu saja karena ini semua hanya pertaruhan yang di buat oleh temannya.

lengannya tersenggol oleh wanita yang sudah mulai menimbulkan beberapa lipatan di wajahnya, wajahnya sangat damai dan ramah saat matanya bergerak berbicara bahasa kontak.

Benjamin tidak bisa menolak jika ibunya—duchess Benedict sudah melakukan ini kepadanya. kakinya yang tegap dan kokoh menuruti setiap tangga untuk menjemputnya, tetapi, wajahnya tersirat lain.

kalau saja di dunia ini kejujuran boleh di katakan langsung seperti Benjamin sangat tidak mau menjemput gadis yang masih belia itu, baginya Sissy ini adalah aib yang akan segera hadir di kehidupannya nanti.

ia mengulurkan tangan ke arah Sissy, matanya berlangsung ke arah kontak mata beberapa saat.

Sissy mengedip bingung apa yang di lakukan oleh pria yang akan menjadi tunangannya, dia masih belajar tata krama bangsawan sebelum tangannya tertarik secara tegas oleh Benjamin.

rasa aneh muncul saat merasakan sebuah yang lembut di punggung tangannya, itu benar-benar mengejutkan badannya.

"eh...! apa yang tuan-""kau tidak sekolah tata krama? kau benar-benar bodoh?"

sepertinya kali ini suasana benar-benar sunyi, sekitar hening saat mendengar perkataan Benjamin yang secara tidak langsung menghina Sissy.

Frederick membeku tidak menyangka akan ucapan penghinaan Benjamin kepada putrinya, itu menyingung harga dirinya.

tangannya langsung menarik tegas sissy ke arahnya, Frederick meragukan untuk menyerahkan putrinya kepada manusia seperti Benjamin.

ketegangan sekitar akhirnya menyadarkan kembali sissy dan tanpa berlangsung lama ia segera langsung menggeser tubuhnya sedikit sati ayahnya untuk berhadapan kepada Benjamin. setidaknya ia berusaha untuk bersikap tegar.

"maafkan saya Duke Benedict, itu benar-benar tak terduga akan apa yang terjadi, saya merasa bingung karena baru saja gugup atas antisipasi pertunangan ini.."

permintaan maaf itu tulus terhadap Benjamin tetapi pria seperti Benjamin sepertinya menganggap permintaan maaf ini adalah sebuah pertarungan duel"ya kau benar, wajar saja bukan gadis bangsawan kelas bawah gugup saat menerima surat lamaran dari bangsawan kelas tinggi?"

duchess Benedict menajamkan alis melihat tingkah laku sikap putranya yang sangat kurang ajar"Benjamin.."itu bukan memanggil Benjamin saja itu melainkan adalah peringatan kepada Benjamin atas sikap tidak pantasnya yang baru saja dia lakukan kepada calon tunangannya.

sementara Benjamin diam, diam namun matanya menatap tajam kepada Sissy sebelum menghunuskan nafas tajam seperti belati saat mengalah akibat teguran ibunya.

***

kalau saja tempat yang menurut orang-orang paling menegangkan adalah rumah angker sepertinya ini jauh lebih angker dengan bagaimana benjamin menatap tertuju kepada sissy tajam di seberangnya.

keheningan ini berlangsung selama tiga jam lamanya dengan melihat bagaimana peluh keringat menetes di dagu mungil sissy yang terkena matahari langsung hingga membuatnya kepanasan dan beberapa kulitnya memerah padam.

benar, sissy sangat sensitif pada sinar matahari yang langsung tertuju kepada tubuhnya, kulitnya begitu tipis membuatnya menjadi sangat sensitif jika terkena sinar matahari.

sementara posisi benjamin? tentu saja dia di tempat yang teduh dimana pohon menutupi seluruh tubuhnya dan beberapa sekitar dengan santai. sepertinya ia sengaja melakukan ini. menyenangkan bagi Benjamin melakukan hal kejam kepadanya yang menerima tanpa mengeluh dan terus memasang wajah tabah.

pandangannya terukir mengamati gerak-gerik yang di lakukan saat terus menutup mulutnya dengan rapat. sekilas di raga benjamin dia merasa takjub atas kegigihan yang ia lakukan disana tanpa mengeluh apapun, padahal ia bisa saja memprotes sikap penghinaan yang benjamin lakukan.

"kau benar-benar gigih bukan? tidakkah itu terasa perih di kulit susu itu?"benjamin mulai perbincangan nya, untuk kali pertama keheningan yang panjang tadi"saya baik-baik saja duke.."

kilas bibirnya melengkung samar, ucapan yang ia keluarkan tidak sesuai dengan kondisi yang dia alami"aku tidak suka gadis pembohong."itu sangat terang-terangan"saya sungguh-"

"Sissy Bernard....?"

seperti yang bisa kalian tebak, sissy membeku dalam terkesiap saat suara datar tajam keluar dari bibir tipis benjamin penuh peringatan.

"kalau saja di dunia tidak ada perasaan sakit hati sudah ku yakini bahwa perkataan ku akan terlampir dalam hal yang tidak menyenangkan pada hatimu."

hati yang berkecamuk dan pikiran yang rumit seperti benang kusut terus mengitari pada setiap perasaan yang sissy hadapi kali ini. perkataannya bukan lagi seperti tersirat, ini jelas-jelas berkata langsung tanpa harus menyembunyikan kata-kata yang kejam saat benjamin berucap seperti itu.

jarinya di sisi lain meremas pelan gaun yang dia kenakan, apakah rasa penyesalan mulai muncul? tetapi entah kenapa hatinya begitu naif. sissy ingin pergi melarikan diri sekarang juga tetapi sepertinya Benjamin bukanlah seseorang yang mudah melepaskan sesuatu yang telah mengikat pada dirinya.

mata birunya menghunus ke dalam tubuh sissy. tidak ada celah. tidak ada kesempatan melarikan diri dari belenggu benjamin kini. ia,sissy mulai merasakan ketakutan yang muncul dalam sebuah firasat buruk yang akan terjadi ke depannya.

end.