Hari-hari berlalu dengan lambat di gua tempat Ranz tinggal. Semakin hari, dunia di sekitarnya semakin terasa asing. Portal-portal yang muncul di langit semakin banyak, seolah memberi tanda bahwa waktu yang dia tunggu-tunggu telah tiba. Namun, meskipun Ranz merasa terdorong untuk keluar, dia masih belum tahu apa yang harus dilakukan atau ke mana harus pergi. Rasa ingin tahu yang menggelora di dalam dirinya semakin kuat, tetapi tidak ada petunjuk yang jelas tentang apa yang harus dia cari.
Suatu pagi, setelah berjam-jam memandangi gelombang laut yang bergulung di luar gua, Ranz memutuskan untuk mengambil langkah pertama. Dia tahu bahwa dia tidak bisa lagi hanya berdiam di tempat. Dunia ini telah berubah, dan dia harus berada di tengah-tengah perubahan itu. Dengan langkah tegas, Ranz melangkah keluar dari gua dan menatap horizon yang luas di hadapannya. Portal-portal yang terbenam dalam cahaya biru mulai muncul kembali, lebih terang dan lebih menonjol daripada sebelumnya. Mereka seperti garis-garis terang yang memotong langit, membentuk sebuah pola yang tak terduga.
Ranz berdiri diam, menatap langit yang penuh dengan cahaya. Ada kekuatan yang mengalir dari portal-portal itu, sebuah dorongan yang tidak bisa dijelaskan. Sekilas, dia merasa seolah dunia ini sedang memanggilnya untuk melangkah lebih jauh. Apakah dunia yang dilihatnya itu nyata, atau hanya sebuah ilusi yang menuntut untuk dibuka? Dalam kebisuan laut, hanya suara desiran angin dan deru gelombang yang terdengar. Namun, perasaan itu tidak bisa diabaikan. Ranz tahu, dia harus melangkah lebih jauh.
Dengan cakarnya yang tajam dan kekuatan tubuh yang tak terbendung, dia merangkak mendekati portal pertama yang terdekat. Saat mendekat, sebuah suara lembut mengalir dalam pikirannya, seperti bisikan yang memanggil. Tanpa berpikir panjang, Ranz memasuki portal itu, dengan hati yang penuh harapan dan kekhawatiran yang bercampur. Setiap langkah yang dia ambil seolah membawa dia lebih dekat pada sesuatu yang lebih besar, namun tidak ada kepastian tentang apa yang akan dia temui di sisi lain.
Begitu memasuki portal itu, Ranz merasakan sensasi yang luar biasa—seperti tubuhnya ditarik ke dalam ruang yang tak berbatas. Semua hal di sekitarnya berputar dengan kecepatan yang tak dapat diukur. Pemandangan laut yang luas menghilang, digantikan dengan kegelapan yang dalam. Namun, tidak ada rasa takut yang menghantui dirinya. Sebaliknya, ada sebuah perasaan baru yang tumbuh di dalam dirinya. Perasaan bahwa dia sedang menuju tempat yang telah ditakdirkan untuknya.
Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, Ranz tiba-tiba merasa tubuhnya terlempar ke dalam cahaya yang terang. Sebelum dia sempat menyadari apa yang terjadi, tubuhnya terjatuh ke tanah yang keras. Dengan gemuruh yang menggema di sekitarnya, Ranz membuka matanya dan menemukan dirinya berada di tempat yang sangat berbeda. Dunia yang dia lihat sangat asing—di hadapannya terbentang sebuah padang luas, dipenuhi dengan pepohonan yang tak dikenalnya. Di kejauhan, Ranz bisa melihat sebuah kota besar yang tampak menjulang tinggi, dengan menara-menara yang menjulang ke langit.
Tapi, yang lebih mencolok adalah sesuatu yang lebih dekat—di sekitarnya, terdapat banyak makhluk yang tidak dia kenal. Beberapa tampak seperti hewan, sementara yang lainnya tampak lebih mirip manusia. Mereka saling berbicara dalam bahasa yang tidak bisa dimengerti oleh Ranz, namun dia merasakan kehadiran mereka di sekitar tubuhnya. Dunia ini sangat berbeda dari dunia yang telah dia kenal, dan Ranz merasa cemas, tetapi juga penuh rasa ingin tahu.
Ranz bangkit dengan perlahan dan melihat sekelilingnya. Dia berada di sebuah padang rumput yang luas, dengan pohon-pohon besar dan semak belukar yang tumbuh liar. Namun, dari kejauhan, dia bisa melihat tanda-tanda kehidupan yang lebih maju—bentuk bangunan yang tinggi dan struktur-struktur yang rumit. Dengan hati yang berdebar, dia mulai berjalan menuju kota yang tampak di kejauhan. Meskipun banyak hal yang tidak dia mengerti, dia merasa tergerak untuk mengetahui lebih banyak tentang tempat ini.
Saat dia berjalan menuju kota, Ranz mulai merasakan beberapa pandangan yang tertuju padanya. Makhluk-makhluk yang ada di sekitarnya tampak berbeda dengan dirinya—sebagian besar dari mereka berjalan dengan dua kaki dan memiliki penampilan yang sangat mirip dengan manusia. Namun, ada beberapa di antaranya yang memiliki ciri-ciri hewan, mirip dengan dirinya. Beberapa dari mereka tampak mengenakan pakaian yang rumit, sementara yang lain tampak lebih alami, seperti makhluk dari alam liar. Ranz merasa terasing, tetapi dalam dirinya, ada perasaan bahwa dia adalah bagian dari dunia ini.
Semakin dekat dia ke kota, semakin banyak pandangan yang tertuju padanya. Beberapa makhluk tampak terkejut dengan penampilannya, namun ada juga yang tampak penasaran dan bahkan memberi salam. Ranz merasa bingung, namun dia tahu bahwa ini adalah bagian dari dunia baru yang harus dia hadapi. Ini adalah awal dari petualangannya yang lebih besar, dan dia harus siap menghadapi segala hal yang datang.
Akhirnya, setelah beberapa jam berjalan, Ranz sampai di pintu gerbang kota besar itu. Di depan gerbang, ada beberapa penjaga yang tampaknya memerhatikan kedatangannya. Mereka mengenakan perlengkapan logam yang mengkilap dan membawa senjata yang tajam. Namun, meskipun mereka tampak waspada, tidak ada yang tampak agresif. Salah satu dari mereka, seorang pria dengan janggut lebat dan pakaian perunggu, melangkah maju untuk berbicara.
"Siapa kamu?" tanya pria itu dengan suara tegas namun tidak kasar.
Ranz merasa sedikit canggung. Tidak ada cara untuk menjelaskan siapa dirinya, apa yang dia cari, atau mengapa dia ada di sana. Namun, dia tahu satu hal: ini adalah awal dari perjalanan yang akan mengubah hidupnya selamanya.
Dengan suara dalam yang terdengar berbeda dari yang biasa, Ranz menjawab, "Aku... Ranz Vorn."