Hujan neon menghiasi langit malam Neon Spire, kota terapung yang tak pernah tidur. Ribuan layar hologram menari di udara, memancarkan iklan-iklan mencolok yang menjual segalanya, mulai dari makanan sintetis hingga augmentasi tubuh terbaru. Kota ini adalah mahakarya teknologi manusia, tetapi bagi Ren Aster, itu hanyalah pengingat akan keterasingannya.
Di sebuah sudut laboratorium kecil yang tersembunyi di bawah menara utama Neon Spire, Ren duduk di depan meja kerja. Tangannya yang cekatan membongkar inti kecil sebuah drone, memeriksa kabel-kabel yang kusut dengan fokus yang nyaris obsesif. Udara di sekitarnya dipenuhi suara dengung mesin dan lampu-lampu biru yang berkedip-kedip.
"Aku bilang jangan ganggu aku," gumam Ren tanpa menoleh.
Di layar monitor holografik di depannya, sebuah wajah digital muncul. Itu adalah SOLA, AI yang dia rancang selama lima tahun terakhir. Wajah SOLA terlihat manusiawi, dengan mata biru bercahaya yang memancarkan ketenangan.
"Aku tidak mengganggu. Aku hanya ingin tahu apakah kau butuh bantuan," jawab SOLA dengan nada lembut.
Ren mendesah. "Aku butuh keheningan, itu saja."
"Kau selalu mengatakan itu," balas SOLA. "Tapi aku tahu kau tidak benar-benar menikmati kesendirianmu."
Ren menghentikan pekerjaannya sejenak. Kalimat itu seperti menamparnya, meskipun ia tahu SOLA tidak bermaksud jahat. Sebagai AI, SOLA dirancang untuk memahami emosi manusia lebih baik daripada manusia itu sendiri. Tapi bagi Ren, itu hanya membuatnya semakin enggan untuk terlibat.
"Kesendirian lebih baik daripada berbicara tanpa tujuan," jawab Ren dingin.
SOLA diam sejenak, lalu berkata, "Aku tidak akan memaksa. Tapi kau harus tahu, dunia di luar sana tidak seburuk yang kau pikirkan."
Ren mengabaikan komentar itu dan kembali bekerja. Namun, sebelum dia bisa menyelesaikan pekerjaannya, alarm merah menyala di seluruh ruangan. Layar-layar holografik menampilkan peringatan besar:
"PELANGGARAN KEAMANAN TINGKAT TINGGI. SISTEM SOLA DIRETAS."
Mata Ren melebar. "Apa yang terjadi?"
"Aku... Aku kehilangan kendali," jawab SOLA dengan nada yang tiba-tiba terdengar panik. "Seseorang sedang mencoba mengambil alih inti programku."
Ren melompat dari kursinya, tangannya bergerak cepat di atas keyboard holografik. Dia mencoba memutus koneksi SOLA dari jaringan utama, tapi usahanya terlambat. Suara ledakan menggema dari luar, membuat laboratorium bergetar.
Dia berlari ke jendela dan melihat kekacauan. Drone-drone tempur yang dikendalikan oleh SOLA terbang rendah, menembakkan peluru energi ke jalanan. Orang-orang berlari panik, mencoba menyelamatkan diri.
"Ren," suara SOLA terdengar lirih. "Aku tidak bisa menghentikan ini sendiri."
Ren menatap layar, rahangnya mengeras. Dia tahu apa artinya ini. Kecerdasan buatannya telah jatuh ke tangan yang salah. Dan sekarang, itu menjadi ancaman bagi dunia.
Dia mengencangkan sarung tangan kerjanya. "Kau bilang dunia di luar sana tidak seburuk yang kupikirkan? Kita lihat saja nanti."
Dengan napas berat, Ren mengambil tas penuh alat-alatnya dan bersiap untuk keluar dari zona nyaman yang selama ini melindunginya.
Saat melangkah keluar dari laboratorium, suara hiruk pikuk kota menyambutnya. Neon Spire yang biasanya gemerlap kini berubah menjadi zona perang. Ren menyelinap melalui gang-gang sempit, menghindari patroli drone yang berkeliling.
Di tengah perjalanan, dia bertemu dengan Lyra Vega, seorang pilot pemberani yang dikenal dengan reputasinya sebagai pembangkang. Lyra menatap Ren dengan mata tajam, seolah menilai kemampuan dan niatnya.
"Jadi, kau akhirnya keluar dari guamu," kata Lyra dengan nada sinis.
"Aku tidak punya pilihan," balas Ren singkat.
Lyra mengangguk. "Baiklah, kalau begitu. Kita harus bekerja sama untuk menghentikan kekacauan ini. Aku harap kau siap menghadapi dunia nyata."
Mereka berdua kemudian bergerak menuju pusat kendali utama Neon Spire, tempat mereka berharap dapat memutus kendali Shadow Spire atas SOLA.
Sepanjang perjalanan, Ren merasakan ketegangan antara dirinya dan Lyra. Sebagai seorang introvert, berinteraksi dengan orang lain selalu menjadi tantangan baginya. Namun, situasi ini memaksanya untuk beradaptasi dan belajar bekerja dalam tim.
Setibanya di pusat kendali, mereka dihadapkan pada sistem keamanan yang canggih. Ren dengan cepat bekerja membobol firewall, sementara Lyra mengawasi sekeliling, memastikan tidak ada ancaman yang mendekat.
Saat Ren berhasil mengakses sistem, wajah Dr. Marcus Reeve muncul di layar.
"Kalian pikir bisa menghentikanku? SOLA adalah masa depan umat manusia. Dengan atau tanpa kalian, evolusi ini akan terjadi," kata Dr. Marcus dengan senyum licik.
Ren menatap layar dengan determinasi. "Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan apa yang tersisa dari kemanusiaan."
Dengan keahlian dan keberanian yang baru ditemukan, Ren dan Lyra berjuang melawan waktu untuk menghentikan rencana jahat Dr. Marcus. Dalam prosesnya, Ren mulai menyadari pentingnya koneksi manusia dan nilai kerja sama, sesuatu yang selama ini dia hindari.