"""
Namun, tepat saat aku telah mengambil kuncup tersebut ke dalam mulutku dan sebelum aku bisa mulai menghisap, tiba-tiba ponsel Liang Lu berbunyi.
Dia mengeluarkannya, meliriknya, lalu dengan tergesa-gesa menekan kepalaku, memberi isyarat untuk aku tetap diam.
"Halo, suami, ada apa?" dia menjawab.
Suara pria itu terdengar dari ujung telepon lain, menanyakan dengan tidak ramah mengapa dia belum pulang ke rumah.
Mendengar nadanya, Liang Lu awalnya terkejut sebelum sepertinya mengambil keputusan, tiba-tiba menghidupkan speakerphone.
"Saya masih di kantor, bagaimana saya bisa pulang? Ngomongin anak terus, anak, semuanya tentang anak buat kamu, aku ini apa sih buat kamu? Apakah aku hanya alat buat kamu dan anak?" teriaknya dengan marah ke telepon.
Mendengar suara pria di telepon, tiba-tiba aku merasa dorongan untuk melanjutkan menghisap, agar dia tahu bahwa persik istrinya sedang dipegang di mulut pria lain.
Tapi kemudian aku berpikir lebih baik.