Baru saat aku merasa sangat tidak nyaman, Wu Lili tiba-tiba meraih tanganku.
Pada saat itu, wajahnya memerah, dan buah persiknya yang menggoda naik turun seiring napas beratnya. Butiran-butiran keringat kecil muncul di ujung hidungnya.
Dia mengulurkan tangan ke perutnya yang bagian bawah, tersenyum, dan berkata, "Mmm, harus kamu. Keterampilan memijatmu bukan hanya untuk pamer; aku merasa jauh lebih baik sekarang."
"Oh ya, aku ada bengkak di kakiku, kena benturan. Bisakah kamu bantu?"
Ketika dia berbicara, dia menarik tanganku ke paha mulus dan halusnya.
Jariku dengan lembut meluncur di atas pahanya; sentuhan yang menyenangkan membuat anggota tubuhku yang sudah keras semakin membengkak.
"Ah!"
Tiba-tiba, Wu Lili, seolah-olah menemukan sesuatu, menutup mulutnya dengan kaget, matanya yang besar terbelalak lebar.
Kemudian, dia malah mengulurkan tangan dan mencubit selangkanganku dengan jarinya.
Dengan senyum nakal, dia berkata, "Hehe, Master Xu, kamu ini tidak profesional."
