"Kamu...!"
Dia mengikuti arah jariku, dan wajahnya seketika menjadi merah, rasa malu sampai pada puncaknya.
Melihat raut wajahnya yang canggung, aku dengan kikuk menggaruk kepala, "Aku bilang padamu bahwa kamu tidak akan bisa membantuku, jadi... mungkin kita harus melupakannya, mengingat kamu seorang wanita."
"Apa salahnya menjadi wanita?"
"Buka celanaku!"
Sepertinya dia terprovokasi oleh kata-kataku, matanya terbelalak saat dia langsung meraih celanaku.
"Saudari Liu, jangan, jangan lakukan itu... Ini tidak pantas."
Aku berpegangan pada celanaku seolah-olah nyawa tergantung padanya, memasang wajah siap untuk melawan sampai mati, menolak untuk melepaskan tidak peduli apa pun yang terjadi.
"Zzzrip..."
Kesabaran Liu Piaopiao benar-benar bisa bikin kaget; dengan satu tarikan kuat, celanaku robek.
"Ah!"
"Ah!"
Kami berdua terpekik bersamaan.
"Guru Xu, itu... benda itu..."
Dia menatap benda di bawahku dengan penuh perhatian, bola matanya hampir meloncat keluar.
