Napas menjadi semakin sulit bagi Ewan, terlebih dengan tatapan intens yang diarahkan kepadanya dari segala sudut—termasuk dari para tetua.
Apa yang telah ia perbuat? Dia bertanya-tanya, menahan amarah yang dia rasakan terhadap teman-temannya. Bukankah mereka telah mencoba mengingatkannya sebelumnya? Namun di sini dia berada, memilih untuk percaya pada peretas yang sembrono.
Dia merapatkan lututnya dengan erat, memaksakan diri untuk mengambil napas dalam-dalam untuk mengurangi rasa sakit yang berdenyut di kepalanya.
Dia mencuri pandang pada Fiona, dan mengerutkan kening saat melihat Fiona menggaruk telapak tangannya yang dalam—tanda jelas dari kegelisahannya untuknya.
Ewan menghela napas lembut, memiringkan kepalanya ke arah Fiona, dan berbisik, "Jangan khawatir untukku; semuanya akan baik-baik saja."
Fiona berhasil mengangguk sedih. "Aku berharap begitu. Aku berharap kamu memenangkan hak asuh anak-anak."