Di bawah langit biru yang cerah, Kerajaan Langitwirya terhampar luas, dikelilingi pegunungan dan hutan lebat. Di pusat kerajaan berdiri istana yang megah, dengan menara-menara tinggi yang menyentuh langit. Namun, meskipun tampak damai, kerajaan ini menyimpan banyak rahasia, dan di balik keindahan itu, ada ancaman yang terus mengintai.
Dewi Anjani, putri kerajaan yang kini memegang takhta sebagai penjaga kerajaan, berdiri di balkon istana, memandangi pemandangan indah di bawah sana. Setiap hari, dia memerhatikan para petani yang bekerja keras di ladang, pedagang yang sibuk di pasar, dan prajurit yang berlatih untuk menjaga kerajaan. Semua itu adalah bagian dari hidup yang tak bisa ia raih. Sebagai seorang penjaga kerajaan, tanggung jawab besar menantinya. Tapi dalam hatinya, Dewi merasa terjebak dalam takdir yang telah ditentukan untuknya.
Sejak kecil, Dewi selalu dididik untuk menjadi pemimpin yang bijaksana, namun seiring bertambahnya usia, ia merasa semakin terasing. Tidak ada ruang untuk kebebasan, hanya tugas dan tanggung jawab yang harus dipikulnya. Setiap kali ia berdiri di balkon ini, ia merasa ada sesuatu yang hilang—keinginan untuk menjelajah dunia luar, untuk merasakan kehidupan yang lebih sederhana.
Namun pagi itu, ada sesuatu yang berbeda. Perasaan gelisah menghinggapinya, sebuah intuisi yang sulit dijelaskan. Ada sesuatu yang sedang mendekat, sesuatu yang tak bisa ia hindari. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir perasaan itu.
Ketika ia hendak kembali ke dalam, pintu besar ruang istana terbuka. Surya, pengawal setianya yang sudah lama mengabdi, muncul dengan ekspresi yang serius.
"Tuan Putri," katanya, suara rendah namun tegas. "Ada tamu yang ingin bertemu dengan Anda. Dia mengaku membawa pesan penting dari kerajaan tetangga, dan dia mengatakan bahwa takdir Anda terjalin."
Dewi mengerutkan kening. "Takdir saya terjalin? Siapa dia?"
"Namanya Raden Mahendra, Tuan Putri," jawab Surya. "Sepertinya dia tahu lebih banyak daripada yang kita ketahui."
Dewi merasa penasaran. Nama itu terdengar asing, namun ada sesuatu dalam kata-kata Surya yang membuat hatinya berdebar. Takdir yang terjalin? Apa maksudnya?
Dewi mengikuti Surya menuju ruang tamu, di mana seorang pria menunggu. Raden Mahendra tampak tenang, mengenakan pakaian sederhana namun penuh wibawa. Tato hitam di lengannya memberi kesan bahwa pria ini bukanlah sosok biasa. Matanya yang tajam dan penuh misteri menatap Dewi tanpa ragu.
"Tuanku Dewi Anjani," kata Raden Mahendra dengan suara dalam. "Saya telah menunggu saat ini. Takdir kita terjalin, dan saya di sini untuk memberi tahu Anda apa yang akan datang."
Dewi memandang pria itu dengan kebingungan. "Takdir kita terjalin?" tanya Dewi, berusaha memahami kata-kata tersebut.
Raden Mahendra mengangguk perlahan. "Kerajaan Langitwirya dalam bahaya, Tuan Putri. Kelompok Serigala Gelap sedang bergerak menuju sini. Mereka datang dengan tujuan yang lebih besar daripada sekadar menjarah. Mereka ingin menggulingkan kerajaan ini."
Dewi terdiam. Kelompok Serigala Gelap yang selama ini hanya dianggap sebagai ancaman kecil kini menjadi nyata. Dalam benaknya, Dewi merasa cemas. Namun, ia juga merasa ada sesuatu yang lebih besar yang sedang dipersiapkan.
"Tapi saya hanya seorang wanita biasa, Raden Mahendra," kata Dewi, suaranya bergetar. "Apa yang bisa saya lakukan? Saya bukan seorang pejuang."
Raden Mahendra menatapnya dengan serius. "Anda lebih dari itu, Dewi. Anda adalah keturunan dari garis kerajaan yang memiliki kekuatan yang luar biasa—kekuatan yang kini mulai terbangun dalam diri Anda. Takdir Anda lebih besar daripada yang Anda bayangkan. Anda adalah penjaga Langitwirya, dan hanya Anda yang bisa menyelamatkan kerajaan ini."
Dewi merasa bingung. Kekuatan tersembunyi dalam dirinya? Apa maksudnya? Dia merasa tak siap dengan segala yang baru saja diungkapkan oleh Raden Mahendra. Namun, sebelum ia bisa mengajukan pertanyaan lebih lanjut, Surya bergegas masuk dengan wajah pucat.
"Tuan Putri," kata Surya dengan terburu-buru. "Ada kabar buruk. Kelompok Serigala Gelap telah mulai bergerak menuju kerajaan!"
Dewi terdiam, seolah waktu berhenti sejenak. Semua yang ia rasakan, semua yang diramalkan Raden Mahendra, kini menjadi kenyataan. Tidak ada lagi waktu untuk ragu. Takdirnya telah tiba, dan sekarang ia harus menghadapi tantangan yang jauh lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan.
Dalam kepanikan itu, Dewi merasakan suatu perasaan yang kuat di dalam dirinya—sebuah panggilan yang tak bisa ia abaikan. Ia bukan hanya seorang putri, bukan hanya seorang penjaga kerajaan. Ia adalah bagian dari takdir besar yang akan menentukan nasib Langitwirya.