Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

One Dream Two Person: OF The Child Prodigy

Raizel_De_Abyss
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
29
Views

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Project.

Pagi hari, 6 Desember 2009 adalah pagi yang cerah, matahari menyinari dunia dengan sinar nya yang hangat

Jam 7.15 pagi, orang tua Raizel dan kakaknya Lucia sudah pergi untuk bekerja seperti biasanya, Raizel yang baru berumur 5 tahun itu keluar dari kamar nya dengan ekspresi mengantuk, dia menguap sambil berjalan ke dapur

Di dapur, dia melihat kakaknya, Lucia yang berumur 18 tahun itu sedang memasak, aromanya sangat enak

"Kakak sedang masak apa?"

Lucia menengok kebelakang, dia melihat adik kecilnya yg manis yaitu Raizel dengan ekspresi yang masih mengantuk karena baru bangun tidur

Lucia tidak bisa menahan tawa kecilnya, dia membungkuk ke Raizel

"Kesukaan mu Raizel, apa lagi kalau bukan nasi goreng?"

Dia tersenyum

Mendengar kata Nasi Goreng, Mata Raizel terbuka lebar

"Nasi goreng?!!!"

Dia mengulangi, kemudian Lucia mengangguk

"Iya nasi goreng, udh kmu mandi sana, jangan mentang mentang libur kamu mandi siangan, nanti kamu selesai mandi pasti nasi goreng nya udh jadi, okay?"

Dia tersenyum, kemudian Raizel mengangguk dengan senang

"Okay kak!!!"

Dia berlari ke kamarnya untuk mencari handuk, setelah mendapat handuk, dia berlari ke kamar mandi

Melihat itu, sang kakak hanya tersenyum dengan bahagia, dan dia pun lanjut memasak

"Raizel-Raizel, betapa beruntungnya aku punya adik semanis kamu di dunia ini"

Dia pun lanjut masak...

Beberapa menit kemudian, Raizel kembali setelah mandi dan ganti baju, dia langsung berjalan ke Lucia dengan membawa setangkai bunga mawar yang dia sembunyikan di belakang nya

"Kak! Boleh menunduk sebentar?"

Dia tersenyum bahagia, Lucia pun berbalik badan dan tersenyum, kemudian dia menunduk hingga dia setinggi Raizel

"Yaaa?"

Dia tersenyum, kemudian Raizel memasangkan setangkai bunga mawar itu ke telinga Lucia sambil tersenyum

Melihat perilaku adiknya itu, Lucia sedikit tersipu, tapi kemudian dia tertawa dan tersenyum sambil mencubit kedua pipi Raizel

"Ada saja kelakuan adikku yg manis iniiiii"

Raizel hanya tertawa saat kedua pipinya di cubit oleh kakaknya

"Itu untuk kakak ku tercinta~"

Lucia pun tertawa lagi

"Ada Ada saja kamu iniiiii"

Dia tersenyum

"Oh ya, bisa tolong ambilkan piring? Nasi goreng nya sudah jadi" Dia tersenyum

Raizel pun mengangguk

"Oke kak!!"

Dia pun berlari menuju ke tempat dimana piring berada dan mengambilnya

Lucia hanya tersenyum, dia masih sedikit tersipu sambil memegang bunga mawar di telinganya...

Saat Lucia larut di perasaan nya, tiba tiba terdengar suara kegaduhan di luar rumah mereka, seperti orang yg berteriak...

"Suara apa itu?" Tanya Raizel

Lucia terdiam sejenak

"Kakak akan cek, kamu di sini sebentar ya, jangan kemana mana"

Raizel mengangguk

"Baik kak, hati hati" Katanya sambil meletakkan piring di tangannya di meja dapur

Lucia tersenyum kemudian dia berjalan keluar rumah

Secara diam diam, Raizel mengikuti kakaknya dari belakang...

Di luar, Lucia melihat ada 3 orang sedang membunuh dan memutilasi seseorang tak jauh dari depan rumahnya... Lucia membeku di tempat...

Ketiga org itu pun tiba tiba melihat ke arah Lucia dan berlari ke arah Lucia, dengan panik, Lucia berlari ke dalam rumah dan menutup pintu

Karena mereka berlari ke Lucia, dia tidak sempat mengunci pintu dan menahan pintu itu dengan punggungnya sendiri

Kemudian dia sadar kalau Raizel dan Amare ada di dalam rumah, melihat situasi ini Raizel juga panik, dia kebingungan

"K-Kak?! Apa yg terjadi? Ada apa di luar sana??!"

Tanya Raizel dengan panik

"Dengar aku Raizel! Pergi ke kamar adikmu-"

Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, pintu di belakang nya di gedor-gedor dengan cukup keras, tapi Lucia masih menahannya

Raizel terlihat semakin panik

"K-Kak!! S-siapa di luar sana?!"

"Hiraukan itu zel, sekarang pergi kamar adik mu dan jaga dia, jangan keluar kamar sampai kakak yg membuka kamar kalian oke?!"

Raizel menggelengkan kepalanya

"Tidak!! Aku tidak mau meninggalkan kakak!!"

Lucia pun menghela nafas, kemudian Lucia merasa kalau mereka sudah tidak menggedor-gedor pintu lagi, dia sedikit rileks, tetapi dia tetap waspada

Kemudian dia berkata

"Kumohon zel, dengarkan kakak, ini permintaan kakak!! Kamu masih terlalu kecil untuk mengetahui apa yg terjad-"

Tiba tiba mata Raizel terbuka sangat lebar, ekspresi nya berubah dari panik menjadi takut, ngeri, dan sedih, itu semua bercampur aduk...

Mulut Lucia mengeluarkan darah, pengelihatannya mulai kabur...

"K-Kak?..."

Raizel berkata dengan nada bergetar... Dia melihat sebuah parang yang tajam nan lancip dari luar rumah menembus pintu dan menusuk perut Lucia dari belakang sampai menembus ke perut bagian depannya...

Dengan tenaga yg dia miliki, dia berkata

"Z-Zel... L-Lari..."

Raizel mulai menangis, kemudian org di sisi lain dari pintu itu menarik parang nya itu, dan parang itu sudah berlumuran darah...

Lucia pun terjatuh ke lututnya, darah mengalir keluar dari perutnya seperti air terjun...

Raizel pun berlari ke Lucia sambil menangis dan memeluknya

"K-Kak!!! J-Jangan t-tinggalkan aku!!"

Dengan sisa tenaganya, Lucia mengembalikan pelukan Raizel...

"M-Maaf..."

Dia berbisik ke ke telinga Raizel

"TIDAK!! A-Aku t-tidak akan memaafkan k-kakak k-kalau k-kakak m-meninggalkan ku!!"

Raizel menangis sesenggukan

Kemudian terdengar suara sirine polisi dari luar rumah... Lucia pun tertawa kecil

"Y-ya... I-itu tidak m-masalah b-bagi k-kakak... K-kakak akan s-selalu m-menyayangi d-dan m-memaafkanmu..."

Mendengar itu, Raizel pun semakin menangis dan memeluk Lucia sangat erat

"T-Tidak tidak, aku memaafkan kakak!! K-kuhomon..."

Kata kata terjeda karena tangisannya

"t-tetaplah di sisiku kak... J-Jangan t-tinggalkan adikmu ini..."

Kemudian Lucia menatap ke mata Raizel dengan senyum lemahnya itu...

"K-kakak a-akan s-selalu ada di s-sisi mu d-dimanapun kakak berada...

Dia kemudian meletakkan dagunya ke pundak Raizel...

"K-kakak masih b-bisa berbicara d-dengan mu seperti ini i-itu semua karena d-dirimu... T-terima kasih..."

"D-Dan selamat tinggal... K-kakak menyayangi mu... S-selalu..."

Kemudian Lucia mengambil bunga di atas telinga nya yg tadi di pasangkan oleh Raizel, dan memasangkannya ke telinga Raizel... Dengan itu, Lucia menghembuskan nafas terakhirnya

Raizel menangis histeris sambil masih memeluk tubuh kakaknya yg tak bernyawa itu...

Dia bahkan tidak berani bergerak karena dia takut kehilangan kehangatan dari pelukan kakaknya dan kakaknya tidak akan memeluknya lagi...

"K-Kak... B-bangun kak... J-Jangan t-tinggalkan adek... K-kakak s-sudah berjanji u-untuk t-terus bersama adek..."

Raizel masih menangis... Tetapi Lucia sudah tidak bergerak, dia benar benar mati...

Tak lama kemudian, beberapa polisi membuka pintu rumah mereka, mereka sangat terkejut dengan apa yg mereka lihat...

Seorang kakak yang mati demi melindungi adiknya dengan berpelukan dengan adiknya sebagai momen terakhirnya...

Mereka juga melihat luka tusukkan yang menembus perut Lucia dan juga seberapa hancurnya Raizel... Sebagian polisi tidak kuat, mereka ikut menangis dan keluar dari rumah.

Menyisakan satu polisi yang juga menangis tetapi dia berusaha untuk tegas...

"Nak..."

Kata polisi itu dengan nada bergetar saat dia menghampiri Raizel...

Raizel menghiraukannya dan fokus kepada tubuh kakaknya yang tak bernyawa itu...

Tak lama kemudian, Yuder... Sahabat seumuran Raizel datang... Dia sama terkejutnya

"Zel?! Kak Cia?!!!" Teriak nya

Tak lama bagi nya untuk ikut menangis... Dia berlari ke Raizel dan memeluknya...

Melihat yuder yang ikut menangis sambil memeluk Raizel, membuat polisi polisi di sana semakin tidak kuat dan menangis lebih keras...

Seperti mereka melihat dua anak kecil yang kehilangan sosok pelindung dan pahlawan di hidup mereka... Mereka tau kalau ini akan membuat mereka trauma seumur hidup mereka...

Kemudian seorang polisi wanita memberanikan diri untuk memasuki Rumah mereka, dia mengecek semua ruangan

Dan ada satu ruangan yg tertutup, dengan perlahan dia membuka ruangan itu... Dan ternyata ruangan itu adalah sebuah kamar...

Dia melihat ada seorang gadis kecil yang tertidur pulas di kasur tanpa tau apa yg terjadi di luar... Dan gadis kecil itu adalah Amare... Dia masih berusia 2 tahun...

"M-Masih ada lagi..."

Melihat Amare, polisi wanita itu menjadi semakin hancur...

Sementara di luar, polisi yg lain masih mencoba untuk menenangkan Raizel dan Yuder sementara mereka sendiri menangis...

Seorang polisi juga menghubungi orang tua Raizel melewati handphone milik Lucia... Dan mereka menjelaskan situasinya...

{ Singkat cerita, Raizel di bawa ke Rumah sakit untuk di rawat mental dan emosinya karena trauma itu, karena mereka tau kalau Raizel akan di penuhi oleh amarah dan dendam... Dan mereka tidak mau Raizel menjadi seorang pembunuh... Dan mereka juga membawa Amare untuk menemani Raizel... }

{ Tak terasa 7 Tahun berlalu }

Raizel masih di rawat di rumah sakit itu, dia sekarang berusia 12 Tahun, dan adiknya, Amare, berusia 9 Tahun... Dan Amare selalu setia menemani nya, mereka tinggal bersama di rumah sakit itu...

Di rumah sakit itu, Raizel dan Amare di ajari semua hal yg di ajarkan di sekolah agar mereka tetap mempunyai kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi yg tinggi

Tetapi di luar dugaan semua dokter, guru yang mengajarnya dan bahkan orang tuanya sendiri, kecerdasan intelektual dan Emosi Raizel dan Amare sangat cepat berkembang, tentu mereka sangat bingung akan hal ini, dia bahkan melampaui anak ke usianya...

Tetapi Raizel masih tidak bisa menghilangkan traumanya... Meskipun dia tidak dapat menghilangkan traumanya, dia masih mempunyai adik yang juga sangat dia sayangi...

Sosok yang dia pandang berbeda dari kakaknya tetapi masih sangat dia sayangi... Dia adalah obat paling berefek baginya... Dan adiknya juga sudah tau semua tentang apa yg terjadi 7 tahun lalu...

Dan Raizel akan melindungi adiknya seperti Kakaknya yg melindunginya 7 tahun lalu...

Sekarang Raizel sedang duduk di kasurnya seperti biasa sambil membaca sebuah buku filsafat...

"Kakak~"

Panggil adiknya dari kejauhan yang berjalan ke arahnya sambil membawa boneka beruang

"Ohh? Amare? Kamu sudah bangun aja, masih jam 5 pagi loh"

Dia tersenyum

Kemudian Amare merangkak ke kasur Raizel dan duduk di pangkuan Raizel, menatap buku yg dia baca...

"Aku kebangun kak... Kakak masih suka baca buku filsafat?"

Raizel mengangguk

"Iya, kakak sukaaa"

"Hmphhh! Kakak selalu saja baca buku, aku di abaikan!" Memalingkan wajah

"Ehhh? Aku dalam masalah?" Raizel berbicara dalam hati

"Ya maaf, ywdh deh..."

Dia menutup buku nya dan meletakkannya di meja dekat kasur

"Kamu mau mainnn?"

Amare menganggukkan kepalanya

"Iya, tapi aku yakin kakak belum sikat gigi kannnn?"

Raizel tertawa dengan sedikit canggung

"Iya... Kamu sendiri?"

Amare menggelengkan kepalanya

"Belum juga"

"SAMA AJA"

Raizel sedikit memukul kepala Amare

"Ow!!"

Dia memegangi kepalanya

"Ga usah di pukul juga aku nyaaa"

Raizel pun tertawa, dia kemudian mengangkat Amare dan menggendong nya sembari beranjak dari tempat tidur, Amare tentu terkejut

"A-Aku bisa jalan sendiri!!"

"Tidak"

Raizel menghiraukannya dan tetap berjalan ke kamar mandi, setelah sampai di kamar mandi, dia menutup pintu di belakangnya

Dia pun meletakkan Amare kembali ke kakinya... Amare pun memasang wajah cemberut/merengut ke Raizel, wajahnya sangat merah karena malu habis di gendong oleh Raizel seperti anak kecil...

Kemudian Raizel pun mulai menggosok gigi nya menggunakan sikat gigi dan pasta gigi...

Sedangkan Amare masih menyiapkan miliknya...

Saat Raizel menggosok gigi nya, dia tiba tiba menyaut sikat gigi milik Amare sementara sikat giginya masih ada di mulutnya

Tentu saja Amare terkejut

"Hey!! Itu sikat gigi milikku!!

"Kamu lamaaaaa"

Kemudian, Raizel memegang dagu dan pipi Amare, membuka mulutnya, kemudian Raizel mulai menyikat gigi Amare...

"H-hmmm?!!"

Amare terkejut, wajahnya berubah sangat merah... Tetapi dia tidak melawan, dia membiarkan Raizel menyikat giginya... Wajah Raizel sangat dekat dengannya...

Setelah selesai, mereka pun berkumur dan membilas mulut mereka

"I-itu tadi tidak perlu"

Amare berkata dengan nafas yg sedikit sesak... Raizel hanya sedikit tertawa

"Kamu sih nyikatnya lamaaa~"

"AKU BARU MAU NYIKAT GIGI KU SEBELUM KAKAK SAUT SIKAT GIGI KU!!"

Amare berkata sambil memberikan wajah cemberut, bukannya merasa bersalah, Raizel malah merasa kalau wajah cemberut Amare itu sangat imut

"Haha~ iya kahhh~"

Dia kemudian mencubit kedua pipi Amare

"Aaaa~ h-hentikan itu kakkk~!!"

Raizel hanya tertawa kemudian dia mencium pipi Amare dengan cukup lama...

Pipi Amare menjadi sangat sangat merah...

"H-hentikan kak~ i-itu g-geli~"

Dia sedikit tertawa ketika Raizel tidak berhenti menekan ciuman di pipinya, pipi Amare...

Setelah itu Raizel pun melepaskan ciumannya

"Manis banget sih adikku iniii"

Mendengar itu, Amare hanya memasang wajah cemberut dengan pipi yg sudah sangat merah...

"Udh ayuk main"

Raizel tersenyum, kemudian dia menggandeng Raizel dan berjalan keluar dari kamar mandi untuk bermain bersama...

Mereka bermain bersama di kasur mereka dimana mereka tidur bersama...

Mereka sangat dekat ke satu sama lain, saking dekatnya mereka, pasti banyak yg mengira kalau mereka adalah seorang sahabat ataupun pacar, dan bukan seorang saudara

Kemudian, seorang dokter perempuan bernama Lana menghampiri mereka

"Halo anak anak ku" Panggil nya sambil tersenyum manis

Raizel dan Amare pun melihat ke arah Lana, mereka tersenyum kembali ke Lana, kemudian Amare menjawab

"Lanaaa, ada apa menemui kami? Ada pelajaran?" Tersenyum

Lana menggelengkan kepalanya

"Tidak tidak, hari ini kan hari libur kalian, tidak akan ada pelajaran" Katanya dengan lembut dan pelan

Raizel sedikit menaikkan alisnya

"Lalu, ada apa kamu kesini?"

Lana kemudian tersenyum

"Aku hanya ingin bertanya, apakah kalian tertarik untuk mulai latihan fisik?"

"Latihan Fisik?" Raizel dan Amare berkata secara bersamaan

"Iya, latihan fisik, kalian sangat cerdas dalam hal intelektual dan emosi..." Dia berhenti sejenak

"Jadi aku, para dokter dan para guru memiliki ide untuk melatih fisik kalian, kami tidak akan memaksa, jadi ini pilihan kalian sendiri, bagaimana menurut kalian?" Tersenyum manis

Raizel dan Amare terdiam sejenak, mereka melihat ke satu sama lain, mereka bingung... Kemudian Lana berkata lagi

"Tenang saja, latihannya tidak akan terlalu keras, ini hanya untuk melatih fisik kalian dan menjaga kebugaran tubuh kalian, jadi bagaimana?"

Raizel dan Amare seperti memiliki pikiran yang sama, mereka mengangguk secara bersamaan

"Kami Terima" Mereka berkata secara bersamaan

Lana terlihat senang, dia tersenyum lebar

"Bagusss, latihan fisik kalian di jadwalkan setelah pelajaran kalian yg biasanya"

Raizel dan Amare mengangguk

"Baiklah"

Dengan itu, Lana pergi dengan senang...

Kemudian dia sedikit mengangkat jubahnya dan berkata

"Project Prodigy siap di jalankan"

Raizel dan Amare tidak mendengar itu... Sama sekali tidak... Mereka lanjut bermain bersama tanpa tau apa apa...