1. Langkah Pertama
Kim Woo-jin pemuda asal Korea Selatan, yang kini menjadi Fujimoto Ren, karakter yang tak pernah ada dalam karya aslinya, berpikir tentang rencana yang akan dilakukan terperangkap di dunia komik Jepang yang sudah menjadi nyata.
Kurogawa Ryuji berjalan perlahan di koridor sekolah dengan langkah lesu. Matanya yang sedikit sayu dan kantung matanya yang samar terlihat jelas membuat Shimizu Miyuki, teman masa kecilnya, langsung membuka percakapan.
"Ryuji-kun, kamu kelihatan sangat lelah. Jangan bilang kalau kamu begadang main game lagi?" tanyanya dengan nada khawatir.
Ryuji menggaruk tengkuknya, sedikit tersenyum canggung. "Ah, iya. Game baru itu memang terlalu bagus untuk dilewatkan—"
Sebelum Ryuji sempat melanjutkan, suara langkah kaki mendekat dari belakang. Fujimoto Ren, salah satu teman sekelas mereka, telah berdiri tak jauh dari keduanya. Obrolan mereka yang cukup riuh rupanya menarik perhatiannya.
Mereka berdua segera menyingkir untuk memberikan jalan bagi Ren yang lewat. Kehadiran Ren, yang selalu terlihat mondar-mandir di sekitar mereka, sering kali membuat Miyuki merasa heran. Namun, dengan cepat ia mengabaikan pikiran itu dan menganggap kemunculan Ren hanya kebetulan belaka.
Miyuki kemudian kembali berbicara dengan Ryuji, yang tampaknya enggan membahas hobinya dan justru lebih asyik bermain-main tanpa henti.
"Kalau kamu terus seperti ini, aku tidak akan memberikan salinan PR-ku," kata Miyuki dengan nada tegas.
"Ayolah, Miyuki-chan, jangan jahat begitu. Kalau aku tidak menyalin PR-mu, aku pasti akan kesulitan nanti," rengek Ryuji sambil tersenyum memohon.
Ren berjalan melewati mereka tanpa sepatah kata pun, hanya melirik sekilas sebelum melanjutkan langkahnya. Miyuki memperhatikan punggung Ren yang semakin menjauh, lalu menghela napas pelan.
"Aku tidak mengerti orang itu," gumamnya lirih.
Ryuji, yang masih berusaha melunakkan hati Miyuki agar memberinya salinan PR, ikut melirik ke arah Ren. "Dia memang agak misterius. Aku jarang melihatnya bergaul dengan siapa pun di kelas."
Miyuki mengangguk setuju. "Tapi akhir-akhir ini dia sering muncul di sekitar kita, kan? Rasanya seperti... dia mengamati sesuatu."
Ryuji mengangkat bahu, tak terlalu ambil pusing. "Mungkin dia cuma kebetulan lewat. Kamu terlalu banyak berpikir, Miyuki-chan."
Miyuki membuka mulut untuk membantah, tetapi suara bel tanda masuk pelajaran pertama memotong pembicaraan mereka.
"Ah! Gara-gara kamu, aku jadi lupa menyiapkan buku catatan!" seru Miyuki, buru-buru merogoh tasnya.
Ryuji tertawa kecil. "Tenang saja, Miyuki-chan. Kalau sampai dimarahi guru, aku akan pura-pura jatuh sakit untuk mengalihkan perhatian mereka!"
"Dasar bodoh!" balas Miyuki sambil memukul lengan Ryuji pelan, tapi tak bisa menahan tawa kecilnya.
Di sisi lain koridor, Ren berhenti sejenak di dekat jendela, mengamati interaksi mereka dengan ekspresi kosong. Dalam hati, dia mengevaluasi langkah berikutnya.
Tidak boleh ceroboh. Semua harus berjalan sesuai rencana.
Ren mengepalkan tangan di saku seragamnya sebelum melanjutkan perjalanan menuju kelas. Namun, tatapannya sesaat kembali mengarah pada Miyuki dan Ryuji. Sesuatu tentang mereka membuatnya merasa tidak tenang dan seolah ada potongan cerita yang belum ia ketahui sepenuhnya.
Ren menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya.
"Melihat semuanya yang tampak tak berbeda di awal, aku hanya bisa berharap ceritanya akan berubah menjadi 'Cinta Murni,' bukan harem. Akan sangat disayangkan jika Miyuki harus berakhir seperti di karya aslinya."
Saat Ren melangkah menuju bangkunya, pandangannya secara tak sengaja bertemu dengan Miyuki. Namun, Miyuki segera memalingkan wajahnya dan beralih berbicara dengan Kurogawa Ryuji.