Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Chronicles of the Crimson Prophecy

nayemon
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.6k
Views
Synopsis
Dunia dimana vampire berkuasa, muncul suatu orakel atau ramalan masa depan bahwa mereka akan lenyap ditangan salah satu ras mereka sendiri, namun mereka menganggap orakel ini hanyalah ancaman belaka, di suatu sisi orakel ini memiliki harapan untuk ras lain karena lelah dengan kekuasaan dan kekejaman vampire mereka mulai mengembangkan alkimia dan alat" untuk memerangangi vampire. Kai yang mulanya seorang manusia yang kehidupan damai dengan keluarganya di suatu desa manusia menjadi berbanding terbalik ketika usianya 11 tahun, sekerombolan vampire mendatangi desanya dan membantai habis seluruh desa manusia itu termasuk keluarga Kai. Melihat ini kai berusaha melawan dengan mengigit kaki vampire itu. Katanya, jika kamu meminum darah vampire maka akan menjadi bagian dari mereka. Kai lupa dengan itu, dia hanya mengerahkan tubuhnya untuk berfikir mengalahkan vampire itu. Vampire yang kakinya digigit oleh Kai menarik kerah baju kai dan menatapnya “Oi, manusia bodoh. Apa kau begitu ingin menjadi budakku? Jika kau meminum darah Vampire maka kau bukan manusia lagi." Ucapnya sembari tertawa terbahak. Akankah Kai bisa membalaskan dendam keluarga dan semua orang di desanya?
VIEW MORE

Chapter 1 - ARC 1, 01

"Lagi?" desis suara serak itu, penuh arogansi, menusuk gendang telinga Kai. Pria itu masih menggenggam cairan merah menjijikkan. Mata merahnya menyala penuh kebencian, bagai bara api yang membara. "Hei, budak, minum ini atau kau akan mati!" ucapnya, seakan menganggap Kai hanya bisa menatapnya dengan tatapan tajam.

Kai menepis botol itu dengan kekuatan penuh. Cairan merah itu memercik ke tanah, bau busuknya memenuhi ruangan. Lima tahun ia habiskan di tempat menjijikkan ini, dan tentu saja, ia tidak sudi meminumnya. Ia menatap pria itu dengan tatapan penuh dendam.

"Makhluk hina? Hah, lucu sekali. Jika aku adalah makhluk hina, maka kau adalah makhluk hina yang paling rendahan!" Pria itu memegang wajah Kai dan memaksa membuka mulutnya. "Lihat taring ini, dan mata itu. Hei, budak, sadarlah! Meskipun kau adalah budak, kau tetap seorang vampir," ucapnya dengan senyum sinis, lalu melepaskan kepala Kai dari cengkramannya.

"Bodoh sekali. Aku tidak mengerti kenapa Tuan Alfred membawa budak yang tidak patuh sepertimu ke sini," gerutu pria itu, menghela napas dan menggelengkan kepala sebelum meninggalkannya sendirian.

Kai menyenderkan tubuhnya ke dinding. Ia membenci keadaannya, tetapi ucapan vampir itu benar. Ia membenci dirinya sendiri, taring yang ada di mulutnya, dan mata merah itu. Semuanya ia benci.

Lima tahun lalu, Desa Eldoria, tempat Kai dibesarkan, adalah desa yang damai, dihuni oleh ras manusia. Desa yang aman dan damai, tempat ia hidup tenang dan tentram bersama keluarganya. Hingga suatu hari, desa itu diserang oleh segerombolan bangsawan vampir yang dipimpin oleh seorang vampir bernama Alfred. Saat Kai pulang dari hutan setelah berburu, desanya telah hancur. Penduduk desa berbaring tak bernyawa, tubuh mereka dipenuhi luka akibat benda tajam.

Melihat pemandangan mengerikan itu, Kai bergegas pulang untuk memeriksa keadaan orang tuanya dan kakak perempuannya. Namun, harapannya sirna. Di depan rumahnya, ia menemukan Klara, kakak perempuannya, tergeletak dengan gigitan di lehernya. "Kak Klara...!!"

Kai terdiam, lalu masuk ke dalam rumah. Ia melihat ibunya dan ayahnya digigit oleh vampir. "Ibuu...!! Ayah...!!" Ibunya, dengan mata lesu, perlahan menyebut namanya, "K... Kai...". Ayahnya, mendengar panggilan itu, berteriak sekuat tenaga, "Kai, cepat lari! Aku tidak bisa menyelamatkan Klara, jadi setidaknya aku harap kau hidup." Vampir itu mendengarnya, tetapi bersikap acuh tak acuh.

"Uaghhhhhhh!!!!!" Ayahnya menjerit kesakitan saat vampir itu melemparkan tubuhnya ke dinding rumah. Ibunya sudah mulai lemas dan tak berdaya. Kedua vampir itu menjilati bibir mereka sambil bergumam, "Terima kasih atas makanannya."

Seharusnya saat itu Kai lari, tetapi ia malah mengikuti nalurinya, mendekati vampir itu dan menggigit kakinya. Ia berniat melumpuhkannya. Namun, pikirannya sangat naif. Ia lupa bahwa vampir memiliki kemampuan regenerasi.

"Ahahaha, Oi. Dasar manusia bodoh, apa kau begitu ingin menjadi budakku dengan meminum darahku atas kemauanmu sendiri? Jika kau meminum darah vampir, maka kau bukanlah manusia lagi," ucap vampir itu terbahak-bahak, lalu menendang Kai hingga tubuhnya membentur dinding.

"Ah, dasar! Padahal aku ingin menghisapmu setelah ini, tapi kau menawarkan dirimu sendiri untuk menjadi bawahan ku," ucap vampir itu, mendekati Kai, membuka paksa mulutnya. "Ahahaha, lihat, itu taring~! Dan mata merah itu, wah... Sekarang kau bukan manusia lagi," ucapnya sambil tersenyum.

Kai terkejut. Niatnya bukanlah seperti itu. Ia melihat cermin di sampingnya dan melihat perubahan yang terjadi: matanya bukan lagi hitam, melainkan merah, dan giginya pun berubah. Ia terdiam sejenak. Tubuhnya sudah bukan lagi tubuh manusia, kecuali rambutnya yang hanya berubah setengah.

"Hmm... Tapi rambutmu hanya berubah setengah. Apa ini karena kau belum meminum darah dari rasmu sebelumnya~? Menarik, aku belum pernah mengangkat bawahan dari manusia sebelumnya. Jadi, aku akan membawamu!" Vampir itu memukul perut Kai dengan sangat kuat.

Darah keluar dari mulut Kai, dan penglihatannya mulai kabur. Ia hampir pingsan.

Ketika Kai sadar, ia sudah berada di ruangan sel yang sempit. Setelah membawanya ke sini, vampir bernama Alfred tidak pernah menampakkan diri lagi, hanya menyuruh bawahannya membawakan botol berisi darah dan menyuruhnya meminumnya. Selama lima tahun, Kai berhasil menolaknya.

Namun, penolakan itu kadang membuatnya merasakan rasa lapar yang hampir membuatnya gila. Kali ini pun rasa lapar itu datang lagi! Ia melihat seekor tikus berlarian di ruangan selnya. Dengan sigap, ia menangkap tikus itu dan meminum darahnya.

Darah tikus bisa membuatnya bertahan sekitar sepuluh hari. Untungnya, vampir bisa meminum darah hewan. Setidaknya, ini membuatnya tidak merasa kelaparan, meskipun lima tahun lalu, setelah meminumnya, ia memuntahkan hampir seluruh darah tikus itu.

Suara gemuruh dan teriakan menggema dari luar, mengguncang dinding-dinding sel penjara kecilnya. Getarannya terasa sampai ke tulang. Apakah itu Hunter? Ia pernah mendengar dari bawahan Alfred tentang sekelompok organisasi yang memburu vampir, yang disebut Hunter.

Alfred dan para vampir lainnya pasti sedang bertempur. Jantung Kai berdebar tak karuan, bukan karena takut, tetapi karena kesempatan. Lima tahun terperangkap di sini, lima tahun rasa lapar yang tak pernah padam, lima tahun melawan Alfred dan cairan darahnya yang menjijikkan. Tikus tadi hanya cukup untuk beberapa hari.

Ia meringkuk di pojok sel, mendengarkan hiruk pikuk pertempuran di luar. Suara senjata, teriakan manusia dan vampir bercampur aduk. Bau darah—darah manusia—tercium samar-samar, menusuk hidungnya dan membuat perutnya bergemuruh. Ini kesempatan emas. Kekacauan ini bisa menjadi jalan keluar.

Ia bangkit, otot-ototnya terasa kaku setelah bertahun-tahun terkurung. Ia mendekati dinding sel, mengetuk-ngetuk batu-batu kasar dengan jari-jarinya. Harus ada celah, harus ada jalan keluar. Jika tidak ada, ia akan membuatnya. Vampire memiliki tubuh yang cukup kuat, dan darah tikus tadi memberinya energi. Ia harus memanfaatkan kesempatan ini.

Ia mulai mengumpulkan tenaga di tangannya, lalu memukul dinding sel itu.

"Berhasil...!" gumamnya, lalu merangkak keluar dari ruang sel. Cahaya matahari terasa asing setelah sekian lama. Ia mencari sesuatu seperti jubah untuk menutupi tubuhnya, lalu berjalan menjauh dari ruangan sel itu.

Suara gemuruh semakin reda. Apakah pertempurannya selesai? Semoga para Hunter itu menang, agar ia mudah kabur dari sini.

"Berhenti! Di sana, kau siapa?!" Suara seorang wanita membuat Kai tersentak. Ia membeku, takut dan panik. Apakah wanita itu menyadari keberadaannya? Ia harus kabur. Ia berbalik untuk lari, tetapi tangan wanita itu sudah mencengkeram pundaknya.

"Hei, kan sudah kubilang tunggu!" Suara wanita itu keras, tetapi ada sedikit kekagetan dalam nadanya saat ia menatap mata Kai. "Kau... vampir?" Senjatanya sudah terarah tepat ke arah Kai.

"Aku bukan seperti mereka!" Kai berusaha melepaskan diri, tetapi genggaman wanita itu sangat kuat. "Aku hanya... aku hanya ingin pergi dari sini!"

"Jangan berbohong!" Wanita itu menatap mata Kai dengan tajam. "Matamu merah, dan... apa itu? Taring?" Ia menunjuk ke arah mulut Kai. "Dan rambutmu... hitam dan putih? Aku belum pernah melihat vampir seperti kau."

"Sudah kubilang, jangan samakan aku dengan mereka!" Kai mendorong bahu wanita itu dengan keras, mencoba melepaskan diri. Amarah dan keputusasaan bercampur aduk dalam dirinya. "Aku bukan seperti mereka, aku korbannya!"

"Korban? Hei, apakah kau sebelumnya adalah manusia?" Wanita itu akhirnya menurunkan senjatanya. "Aku tidak pernah mendengar ada sesuatu yang disebut setengah manusia dan setengah vampir. Jangan-jangan kau belum pernah meminum darah manusia? Mustahil, manusia yang menjadi vampir tidak akan bisa bertahan hidup tanpa meminum darah manusia," tanya wanita itu heran.

To be continued