Chereads / Argenath: The Last Wanderer / Chapter 2 - Dunia yang Tidak Aku Kenal

Chapter 2 - Dunia yang Tidak Aku Kenal

Liam berdiri tertegun, menatap pedang bercahaya di tangannya. Tubuhnya masih terasa gemetar setelah pertarungan barusan. Namun, tak ada waktu untuk bersantai. Udara di sekitarnya terasa semakin dingin, dan angin malam membawa bisikan aneh yang tak dimengerti.

"Argenath, huh?" gumamnya, mencoba mencerna situasinya.

Dia melihat ke langit, di mana aurora ungu tadi mulai memudar, meninggalkan langit gelap dengan taburan bintang. Dunia ini jelas bukan tempat yang dia kenal. Rerumputan di sekelilingnya, meskipun mirip dengan yang ada di bumi, memancarkan cahaya redup, seolah memiliki energi sendiri.

Liam menunduk, memeriksa pedang di tangannya. Cahaya di bilahnya mulai meredup, meninggalkan ukiran simbol-simbol misterius di permukaannya. Pedang itu terasa ringan, tapi kekuatannya tak diragukan lagi.

"Kalau pedang ini benar-benar milikku... apa artinya semua ini?" pikirnya sambil menyarungkan pedang itu, meskipun dia tak tahu dari mana sarung pedangnya muncul.

Langkahnya mulai membawa dia menjauh dari tempat pilar tadi berdiri. Setiap langkah terasa asing, seolah dunia ini memiliki gravitasi yang sedikit berbeda. Di kejauhan, bayangan sesuatu yang mirip dengan hutan terlihat samar-samar.

"Aku harus mencari perlindungan. Kalau ada makhluk aneh lagi seperti tadi..." Liam menggigil membayangkannya.

Namun, sebelum dia sempat mengambil keputusan, suara langkah kaki terdengar dari belakangnya. Suara itu tak menyeramkan seperti bayangan sebelumnya, tapi tetap saja membuat tubuh Liam siaga. Dia berbalik dengan cepat, tangan siap di gagang pedangnya.

Dari balik rerumputan, sosok muncul. Seorang pria tua berjubah cokelat dengan tongkat kayu di tangannya. Jubahnya penuh tambalan, dan wajahnya dipenuhi keriput. Tapi matanya, biru cerah, memancarkan kebijaksanaan sekaligus rasa penasaran.

"Ah, jadi kau yang terpilih kali ini," kata pria tua itu dengan suara serak, tapi tenang.

"Siapa kau?" tanya Liam, tetap siaga.

Pria itu mengangkat tangan kirinya perlahan, memberi isyarat damai. "Tenanglah, anak muda. Aku di sini untuk membantumu, bukan mencelakaimu."

"Bantu aku? Maksudmu apa?"

Pria tua itu mendekat, menancapkan tongkatnya ke tanah. "Namaku Elren. Aku adalah penjaga pilar, salah satu dari sedikit yang masih tersisa di dunia ini. Dan kau, Liam Von Gracias, adalah Pengembara terakhir yang dipanggil oleh Argenath."

Liam menatap pria itu dengan bingung. "Pengembara? Kenapa aku? Dan bagaimana kau tahu namaku?"

Elren tersenyum tipis. "Argenath tidak memilih sembarang orang. Kau memiliki darah yang spesial, sesuatu yang hanya dimiliki oleh sedikit orang di duniamu. Itulah mengapa kau dipanggil ke sini."

"Darah spesial?" Liam menggeleng. "Aku cuma orang biasa. Aku bahkan nggak tahu cara bertarung sampai tadi tiba-tiba pedang ini muncul."

"Itu karena pedang itu adalah bagian dari dirimu," kata Elren sambil menunjuk pedang di pinggang Liam. "Itu adalah warisan dari leluhurmu, sesuatu yang hanya akan muncul saat kau membutuhkannya."

Liam terdiam sejenak, mencoba mencerna semua informasi ini. "Jadi... apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku ada di sini?"

Elren menghela napas panjang, menatap ke langit. "Dunia ini sedang runtuh, Liam. Argenath dulu adalah dunia yang penuh kehidupan, tapi sekarang perlahan dihancurkan oleh kegelapan. Kau dipanggil untuk mengembalikan keseimbangan, untuk melawan kegelapan yang telah menyebar."

"Kegelapan?"

Elren mengangguk. "Bayangan yang kau lawan tadi hanyalah permulaan. Mereka adalah ciptaan salah satu Raja Kegelapan, makhluk yang mencoba menguasai Argenath. Kau akan menghadapi lebih dari itu."

Liam menelan ludah. "Dan aku sendirian dalam hal ini?"

"Untuk sekarang, ya. Tapi perjalananmu akan membawamu bertemu dengan sekutu, mereka yang akan membantumu di sepanjang jalan. Namun ingat, tidak semua orang yang kau temui adalah teman. Dunia ini penuh tipu daya."

Elren mengetukkan tongkatnya ke tanah, dan sebuah cahaya kecil muncul di udara. Cahaya itu berubah menjadi bola biru terang yang melayang di sekitar Liam.

"Ini adalah Lentera Pandu. Ia akan membawamu ke tempat aman pertama," kata Elren. "Ikuti cahayanya, dan kau akan menemukan apa yang kau butuhkan untuk memulai perjalananmu."

Liam menatap bola cahaya itu dengan ragu. "Dan kau? Apa kau nggak ikut denganku?"

Elren tersenyum lemah. "Tugasku hanya membimbingmu sampai titik ini. Sisanya adalah tanggung jawabmu."

Sebelum Liam sempat bertanya lebih jauh, tubuh Elren mulai memudar seperti kabut yang tertiup angin.

"Tunggu! Apa aku bisa kembali ke duniaku?" teriak Liam.

Suara Elren bergema samar. "Jawabannya ada di akhir perjalananmu, Pengembara. Selamatkan Argenath... dan kau akan menemukan jalan pulang."

Liam menatap ke arah di mana Elren berdiri, sekarang hanya rerumputan kosong yang tersisa. Dia menghela napas, lalu menatap Lentera Pandu di hadapannya.

"Baiklah," gumamnya. "Kalau ini satu-satunya cara, aku akan melakukannya."

Dengan langkah pasti, Liam mulai mengikuti cahaya biru itu, memasuki hutan yang menanti di depan.

---

To Be Continued...