Chereads / Nirvana Silver And The Eswoot Diamonds / Chapter 2 - 2. Gadis pemecah kutukan

Chapter 2 - 2. Gadis pemecah kutukan

Empat tahun telah berlalu. Pagi lainnya yang indah di rumah sederhana milik orang tua Daisha yang telah tiada. Burung berkicau dan matahari melewati tirai kamar tidur Daisha dan Lucifer, cahayanya mengenai wajah Lucifer yang masih tidur dengan lelap bertelanjang dada. Daisha masuk dari pintu kamar tidur menuju tirai, dia perlahan membuka tirai yang membuat Lucifer mengernyit dengan cahaya yang langsung mengenai wajahnya.

"Hmm bangun, tukang tidur, matahari bahkan bisa bangun lebih awal darimu," ucap Daisha sambil duduk di samping Lucifer dan memberi kecupan selamat pagi di kening Lucifer. Lucifer bergumam sedikit saat merasakan kecupan kecil di pipinya.

"Dasar tukang tidur, kuharap Nirvana tidak menjadi tukang tidur sepertimu," kata Daisha. dia berdiri dan menarik selimut Lucifer untuk merapikan tempat tidur mereka. Dada telanjang kekar Lucifer terbuka, juga dengan sinar matahari yang mengenai tubuhnya membuatnya terlihat sangat menawan, tentu saja dia selalu menjaga tubuhnya.

Lucifer menggosok matanya dan merenggangkan otot-ototnya. "Hm aku bangun sekarang, liat mataku sudah terbuka," katanya dengan nada main-main.

Daisha terkekeh dengan protes main-main Lucifer. "Kamu tukang tidur, ayo cepat bangun, Nirvana dan Zeus sedang menunggu sarapan sekarang," ujar Daisha.

"Ratuku yang cantik, kenapa tidak bisa meluangkan waktu sebentar? Mereka bisa makan terlebih dahulu," ucap Lucifer. Dia bangkit untuk duduk dan bersandar di sandaran tempat tidur dengan memberikan senyuman hangat pada Daisha.

Daisha memberikan senyuman dan menggelengkan kepala. "Nanti saja, rajaku, pergi mandi cepat, semuanya sudah kelaparan menunggumu." Daisha mendengus main-main dan memberikan seringai sebelum dia berbalik untuk meninggalkan ruangan.

Saat Daisha hendak meninggalkan ruangan, Lucifer bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju lemari, dia membuka lemari itu dan membuka laci kecil yang ada di dalam lemari tersebut. "Tunggu, sepertinya aku ingin memberikan sesuatu pada Nirvana, mungkin sudah waktunya," pikir Lucifer ragu sejenak.

Langkah Daisha terhenti mendengar panggilan Lucifer, dia berbalik menuju Lucifer dengan penasaran. "Apa itu?" tanyanya.

Lucifer mengangkat dari dalam laci itu sebuah kalung dengan sebuah berlian kecil berwarna putih yang bentuknya seperti sebuah kristal. "Ini rahasia terbesar yang leluhurku harus simpan dan ini sekarang berada padaku," katanya pelan. Dia berbalik menghadap Daisha dan berkata, "Aku pikir kita harus berikan pada Nirvana, karena aku percaya bahwa Nirvana bisa menjaga ini."

Daisha sedikit terkesiap mendengar ujaran Lucifer, karena dia tahu seberapa berharga kalung itu. "Tapi Nirvana masih kecil, mungkin suatu saat nanti dia akan lupa tentang kalung itu," ucapnya, dia memiringkan kepalanya.

Lucifer mengangguk. "Aku mengerti, tapi untuk sekarang kita akan berikan kalung itu pada Nirvana dan menyelipkan berlian itu dalam baju Nirvana. Saat Nirvana sudah mengerti segalanya, kita akan memberitahunya kalung apa itu sebenarnya."

Daisha mengangguk dan membawa kalung itu di tangannya. Dia berbalik dengan rasa sedikit khawatir dan membawa kalung itu ke meja makan bundar di dapur sementara Lucifer sedang mandi di kamar mandi kamarnya. Daisha masuk ke dalam dapur dengan senyum ceria melihat Nirvana yang tertawa terbahak-bahak dengan pamannya yakni Zeus.

Zeus memiliki tubuh begitu kurus dan kecil, susah untuknya mendapatkan baju yang pas dengannya, dia selalu harus mengecilkan bajunya untuk membuatnya pas dengan tubuhnya, dia memiliki rambut putih terang yang lebat tapi rapi, dia juga memiliki mata hazel yang begitu terang.

Daisha memberikan kecupan ke pipi Nirvana dari belakang kursi Nirvana. "Gadis mama? Apakah ada yang lucu? Kenapa tertawa terbahak-bahak?" Daisha mengambil tempat duduk di kursi samping Nirvana.

Nirvana tidak bisa menghentikan tawanya. Zeus tersenyum lega melihat keponakannya merasa begitu bahagia. Zeus kemudian menggelengkan kepala pada Daisha. "Tidak ada yang seru, kakak. Aku hanya menceritakan tentang seekor tikus yang masuk ke markas tempatku bekerja, dan temanku pikir itu penyusup, dan Nirvana tertawa terbahak-bahak," saut Zeus.

"Oh benarkah?" ucap Daisha dengan senyum berbinar. "Dia memang gadis yang ceria." Daisha mengacak rambut Nirvana. "Hmm Nirvana, mama punya sesuatu untukmu," kata Daisha.

Nirvana berhenti tertawa dan melihat pada Daisha, dia membelak bersemangat. "Apa itu? Apa itu?" ucap Nirvana dengan semangat yang terlihat dari senyum wajahnya.

Daisha mengulurkan tangannya dan membuka tangannya di mana kalung yang diberikan Lucifer padanya berada di sana. "Tadah."

Nirvana terlihat sangat kegirangan melihat kalung itu, dia bertepuk-tepuk tangan sambil terkikik senang. Sementara itu, disisi lain, Zeus terkejut ketika melihat Daisha menunjukkan kalung itu. "Itu kan kalung...," gumamnya pelan.

"Ya, saya tahu." Daisha menoleh ke Zeus dan mengangguk. "Tapi kakakmu mempercayakan ini pada Nirvana, dan jika kakakmu percaya, aku pun juga," kata Daisha.

Zeus mengangguk sambil menghela nafas. "Oh, baiklah." Tapi, masih ada sedikit kekhawatiran dalam hati Zeus. Dia memperhatikan dari sisinya saat Daisha memasangkan kalung itu pada leher Nirvana, dan melihat Nirvana yang begitu kegirangan.

Lucifer datang melalui pintu dapur dan mengangkat Nirvana dari belakang dan memutarnya dalam pelukan Lucifer, membuat Nirvana terkejut pada awalnya tapi kemudian terkikik kegirangan saat mengetahui itu Lucifer. Lucifer menaruh Nirvana kembali ke kursinya dan berkata, "Wah, tuan putri daddy cantik sekali, suka kalungnya?" tanya Lucifer.

Nirvana mengangguk dengan senyum lebar. "Iya, ini sangat bagus."

"Jaga itu dengan baik, jangan sampai hilang, jangan sampai di pinjam, kalung itu harus tetap di lehermu," kata Lucifer, "mengerti gadis pintar?"

"Mengerti Daddy!" Seru Nirvana dengan semangat. Lucifer memberikan kecupan dalam di pipi Nirvana yang membuat Nirvana terus menerus terkikik. Lucifer lalu duduk di satu kursi di sebelah Daisha dan bergabung dalam sarapan. Di meja hari ini terdapat brokoli, dan beberapa sayur kacang lainnya, tentu dengan nasi. Dan satu hal lagi di meja itu yakni sebuah buah favorit Nirvana yakni buah persik, di meja makan itu tidak pernah tertinggal buah persik. Mereka bersama menikmati sarapan dengan santai berbincang beberapa hal.

Saat menelan makanan, Lucifer berpikir sejenak, dan berkata pada Zeus, "Zeus, kapan kamu akan kembali bekerja?"

Zeus mendongak dari piringan dan menjawab. "Nanti malam, sekitar jam satu pagi setelah merayakan ulang tahun Nirvana aku akan kembali ke pekerjaan ku."

Lucifer mengangguk, "kalau begitu, sore hari tolong jaga Nirvana sebentar, aku dan Daisha sedang ada urusan, dan sekalian saja kami membutuhkanmu menghias kamar Nirvana untuk ulang tahun Nirvana malam ini."

Mata Nirvana membelak dengan ujaran Lucifer. "Ulang tahun ku? Jadi, ibu memberikan kalung ini karena ulang tahun ku?" tanya Nirvana dengan bersemangat sambil menoleh ke Daisha.

"Iya, Nirvana," jawab Lucifer, "nanti sore kamu ada di rumah sama paman Zeus, ya? Daddy and mama ada urusan yang penting," katanya.

"Aku tahu kalian mau membelikan hadiah ulang tahun untukku, kebohongan ini sudah tidak bagus lagi. Aku tahu, seseorang akan berpura-pura memiliki urusan sedangkan mereka ternyata menyiapkan kejutan untuk mereka," kata Nirvana sambil terkikik.

Lucifer memberikan senyum sombong. "Oh, Nirvana kita sudah tahu saja."

"Tapi, aku ingin ikut!" ujar Nirvana, "aku janji tidak akan melihat hadiahnya sebelum jam dua belas malam."

Lucifer mengeluarkan desahan kecil. "Nirvana, itu tidak akan jadi kejutan jika kamu ikut, Daddy dan mama tidak akan lama, setelah kita selesai belanja dan yang lainnya juga, kami akan langsung pulang."

Nirvana kecewa karena dia tidak bisa ikut, senyum nya hilang dan hanya cemberut di bibirnya. Dia berkata dengan suara pelan, "Baiklah, janji?" Nirvana menyodorkan kelingkingnya untuk berjanji kelingking.

Lucifer pun mengikat kelingking mereka satu sama lain dengan Nirvana. "Janji!"

⚔️⚔⚔️

Hari sudah sore, dimana langit berubah menjadi oren kemerahan dengan burung-burung yang berterbangan kembali pulang ke sangkar mereka. Lucifer yang berjalan di samping Daisha menoleh kebelakang ke arah Nirvana yang ada di depan rumah mereka dan melihat mereka berjalan menjauh. Lucifer melambaikan tangan pada Nirvana saat Nirvana juga membalas lambaiannya.

Saat Lucifer dan Daisha sudah tak terlihat di depan mata Nirvana, Nirvana menoleh ke sekitarnya untuk melihat apakah ada orang yang melihatnya. Saat Nirvana yakin tidak ada orang di sana, dan pamannya sibuk membersihkan rumah, Nirvana berjalan perlahan-lahan mengikuti kedua orang tuanya dari semak-semak.

Orang tuanya terus berjalan menuju tengah hutan yang membuat Nirvana kebingungan. "Mengapa mereka pergi ke hutan?" batin Nirvana. Tentu saja Nirvana tahu tidak ada toko hadiah di tengah hutan.

Saat mereka sudah berjalan-jauh menuju tengah hutan, Nirvana melihat kedua orangtuanya berjalan menuju sebuah kastil kerajaan dengan nuansa yang dingin serta hitam. Cat yang melapisi tembok-tembok kastil itu berubah yang dulunya emas yang mengkilap dan elegan menjadi kastil berwarna gelap.

Lucifer melihat dengan mata sedih, dia sedih karena tidak bisa mempertahankan kerajaan leluhurnya, dia merasa gagal sebagai keturunan Silver. "Betapa berubah nya istana ini," gumam Lucifer.

Lucifer dan Daisha menaiki dua anak tangga depan kastil dan menyuruh seorang penjaga memanggil seorang pria dengan nama Donomie.

Beberapa saat menunggu, Donomie keluar dari pintu utama yang besar terbuat dari perak dengan memakai jubah seorang raja yang begitu besar berwarna hijau zamrud dengan bulu-bulu di sekitar leher, jubahnya menyapu lantai saat dia berjalan keluar. "Kenapa kamu kembali lagi, Lucifer?" tanya Donomie dengan nada sombong.

Rahangnya mengencang saat melihat wajah Donomie, dia juga mengepalkan tinjunya, rasanya ingin mengakhiri hidup pria di depannya pada saat itu juga. "Kita belum selesai!" seru Lucifer, "aku akan merebut kembali apa yang menjadi milikku, aku tak bisa melawanmu pada saat itu, karena kamu menjadikan Daisha sebagai alat untuk mengancamku, sedangkan di situ Daisha sedang hamil!" ujar Lucifer, "kedatanganku kesini sebagai ancaman dan permulaan, sebaiknya kamu menyerah, aku akan mengumpulkan semua cara untuk merebut yang menjadi milik Silver! Aku tak takut jika kamu mengambil nyawaku, aku punya seorang putri, dan dia yang akan membalas semua nya," tegasnya.

Terlihat seringai tajam terbentuk di pipi Donomie. Sebuah cahaya bersinar menyambar dari belakang Lucifer dan Daisha. Sebelum Lucifer dan Daisha bisa menoleh ke belakang, cahaya itu memukul tubuh Lucifer dan Daisha. Saat cahaya nya menghilang mereka berdua terjatuh tak bernyawa di tanah. di belakang mereka adalah Morana dengan seringai tajam yang telah mengangkat tongkatnya pada mereka dan merapalkan mantra kematian.

Nirvana yang berada di balik salah satu pohon jati yang besar akan berteriak memanggil kedua orang tuanya. Tapi untungnya seseorang langsung membungkam mulut Nirvana dari belakang. "Shhh, tidak, Nirvana, tidak." Terdengar suara bisik seseorang yang tak asing di telinga Nirvana, dan itu adalah pamannya yakni Zeus.

Saat di mana Nirvana meninggalkan teras, Zeus tidak menemukan Nirvana di mana pun di dalam rumah. Zeus pun berpikir bahwa Nirvana mengikuti Lucifer dan Daisha. Di saat itu Zeus teringat bahwa kakaknya berkata padanya bahwa kakaknya harus pergi ke Donomie untuk mengambil kembali apa yang menjadi milik Silver. Zeus dengan tergesa-gesa mengikuti jalan menuju istana sambil diam-diam di balik pohon-pohon jati yang besar. Zeus tidak jauh dari belakang Nirvana saat monara datang dari belakang Lucifer dan Daisha, hingga pada waktu yang tepat dia membungkam mulut Nirvana dan membawa Nirvana kembali ke balik pohon jati besar itu.

Donomie dan Morana langsung menoleh ke arah pohon saat mereka mendengar sedikit suara dari balik pohon jati besar itu. Morana menyipitkan mata. "Sepertinya ada seseorang." Morana pun perlahan mendekati pohon besar itu, saat Morana sudah dekat dengan pohon itu dan hampir melihat Zeus dan Nirvana. Terdengar suara anak laki-laki dari belakang Morana yang memanggilnya, "ibu, aku merasa aneh," ucapnya dengan pelan dan nada dingin.

Morana langsung berbalik ketika mendengar suara putranya yakni Thomas Hela, seorang anak laki-laki dengan tubuh yang berisi dan pendek, rambutnya hitam pekat dan berantakan, matanya hitam tajam sebagaimana mata ibunya.

"Apa yang kamu rasakan?" tanya Morana dengan lembut pada Thomas.

"Seperti kekuatan yang besar, dan hubungan," katanya. "Aku merasa kekuatan yang ada dalam diriku lebih membara."

"Mungkin kekuatanmu mulai meningkat, sudahlah, ayo masuk," ujar monara.

Donomie, Morana dan Thomas pun masuk kembali ke dalam istana meninggalkan dua tubuh tak bernyawa itu di depan kerajaan mereka. Zeus kemudian menggosok batang pohon jati itu dan berbisik ke pohon itu. "Bawa raja dan ratu Silver ke tepi danau."

Zeus kemudian berdiri dan menggendong Nirvana membawanya ke tepi danau yang sedikit jauh dari istana. Pohon jati itu mencondongkan batangnya untuk mengangkat tubuh Lucifer dan Daisha. Penjaga yang berdiri di sana sangat kaget dengan apa yang mereka lihat, mereka ketakutan dan berlari. Daun-daun dan batang-batang pohon jati yang besar-besar itu saling meng imbal-imbal membawa tubuh Lucifer dan Daisha ke tepi danau. Pohon-pohon itu tahu siapakah raja dan ratu sebenarnya, dan hanya mendengarkan perintah keturunan Silver. Lucifer dan Daisha diturunkan perlahan dari dedaunan dan batang-batang pohon di tepi danau.

Zeus juga menurunkan Nirvana, hingga Nirvana pun berlari dan memeluk tubuh kedua orang tuanya. Nirvana masih tidak mengerti kenapa orang tuanya tidur di tanah, dia pikir mereka tidur. "Daddy, mama? bangun, ayo pulang," Nirvana berbalik melihat ke Zeus.

Zeus tak bisa bicara apa-apa, saat dia membuka mulut rasanya suara tangisan akan keluar, pipinya sudah dibasahi oleh air mata. Zeus hanya bisa memalingkan muka dari Nirvana sambil menutup mulutnya.

"Paman?" gumam Nirvana pada Zeus, "kenapa daddy dan mama tidur di lantai?" tanya Nirvana.

Zeus tak bisa menahan tangisannya. Suara tangisannya memecah begitu saja keluar dari mulutnya mendengar suara kecil polos Nirvana. Zeus berjalan menuju Nirvana dan memeluknya, air matanya membasahi bahu Nirvana.

"Paman, bangunkan daddy dan mama, paman!" teriak Nirvana. Nirvana mendorong Zeus dan masih berusaha membangun kan kedua orang tuanya, mengguncang tubuh mereka. "Daddy! daddy sudah janji, ayo pulang. Daddy, kamu bilang kita tidak boleh mengingkari janji, bangun..." Bibir Nirvana mulai mengkerut ke bawah dengan wajah sedih, air mata sudah jatuh membasahi pipinya saat dia berusaha membangunkan kedua orang tuanya. Nirvana tidak tahu kenapa orang tuanya tidak mau bangun, gadis kecil itu begitu polos untuk mengerti. Zeus mengangkat Nirvana ke dalam pelukannya, mendekapnya dengan erat. Tubuh Lucifer dan Daisha di bawah oleh pohon-pohon jati itu, di bawa ke sebuah lahan dengan rumput hijau penuh dengan batu nisan yang sangat mewah.

"Disini semua leluhur kita Nirvana, tidak ada yang bisa melihat pemakaman ini, kecuali mereka yang memiliki hubungan dengan keluarga Silver, orang yang tak memiliki hubungan dengan keluarga Silver akan melihat lahan ini hanya lahan kering biasa," ucap Zeus.

Nirvana hanya diam saja, dia tidak lagi menjadi seorang gadis yang bersemangat. Tidak ada lagi Nirvana yang ceria melainkan hanya Nirvana yang sedikit bicara dan bahkan hanya diam saja. Bahkan di malam hari saat Zeus menyalakan kue ulang tahun Nirvana, Nirvana terus merengek meminta orang tuanya. Namun, Zeus akhirnya bisa menenangkan Nirvana dan membuatnya tertidur. Zeus tak bisa kembali ke tempat kerjanya dan akhirnya harus mengurus Nirvana, gadis pemecah kutukan keturunan Silver.