Setelah beberapa saat mereka mengendap-endap mereka bertemu dengan ,sopir jet boat dan menyuruh mereka cepat untuk kabur,karena alasan mereka kesini kemungkinan mencari mereka berempat yang pernah , melewati mereka di tengah laut kemaren,karena saat awal mereka datang ke pulau ini , kegaduhan muncul dengan seseorang berteriak, "dimana kalian , cepat kesini diriku tahu kalian disini". Kata orang itu yang merupakan Jack .
"kau-kau tau 2 orang bocah dan 2 orang badan besar yang menaiki jeat boat yang datang kesini, pria tua ",kata Jack sambil menatap orang itu dengan intimidasi yang kuat sampai pria tua itu ketakutan."he-h tidak berguna,cepat berpencar cari mereka !", perintah Jack kepada bawahan nya.
Lalu suara tembakan dan teriakan panik dari para pengunjung menggema di sekitar mereka. Antonio mempercepat langkahnya, meski hatinya terasa sakit mendengar kekacauan di belakang mereka. Namun, ia tahu bahwa mereka tidak punya banyak pilihan selain menyelamatkan diri.
Di sisi lain, Rafel tampak gelisah. Napasnya terengah-engah, bukan hanya karena berlari, tetapi juga karena perasaan bersalah yang mulai menyeruak dalam dirinya. Ketika mereka tiba di dermaga, seorang pria bertubuh kekar dengan wajah tegang—sopir jet boat mereka—sudah menunggu.
"Cepat masuk ke perahu!" perintah si sopir dengan nada mendesak sambil melambaikan tangannya. "Kalau kita tidak segera pergi, kita akan tertangkap!"
Antonio tanpa banyak bicara langsung melompat masuk ke dalam jet boat. Namun, Rafel ragu-ragu di tempatnya. Ia menatap ke arah penginapan yang kini semakin kacau, lalu kembali memandang Antonio dan sopir itu.
"Kenapa kita kabur?!" seru Rafel, suaranya penuh emosi. "Seperti kabur dari masalah sendiri dan melempar kesalahan ke orang lain! Mereka... mereka butuh bantuan kita!"
Antonio menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. "Rafel, dengar. Kalau kita kembali ke sana sekarang, kita hanya akan makin membahayakan orang-orang karena kita yang membuat mereka marah."
"karena itulah, kita yang memulai ini!" balas Rafel, hampir berteriak. Ia mengepalkan tinjunya.
Sopir jet boat itu mendengus kesal. "Hei, dengarkan aku, bocah. Hidup itu soal bertahan. Kalau kau ingin jadi pahlawan, lakukan di tempat dan waktu yang tepat. Sekarang, naik atau aku pergi tanpamu."
Rafel memandang Antonio dengan penuh keraguan, berharap sahabatnya akan membelanya. Namun, Antonio hanya menunduk sejenak sebelum mengulurkan tangan ke arah Rafel.
"Aku juga merasa bersalah," kata Antonio pelan. "percayalah, kalau kita bertahan sekarang, kita akan punya kesempatan untuk memperbaikinya nanti. Percayalah padaku, Rafel."
Rafel menggigit bibirnya, mencoba melawan rasa bersalah yang terus menghantui pikirannya. Akhirnya, dengan enggan, ia meraih tangan Antonio dan naik ke jet boat.
Begitu mereka naik, si sopir langsung menyalakan mesin dan melaju cepat meninggalkan dermaga. Angin kencang menyapu wajah mereka, namun perasaan berat di hati Rafel tidak juga hilang. Ia menatap jauh ke arah penginapan yang kini hanya tampak sebagai bayangan di kejauhan, suara tembakan dan jeritan masih terngiang di telinganya.
"Aku harap kau benar, Antonio," gumam Rafel pelan. "Karena kalau tidak, aku tidak tahu apakah aku bisa memaafkan diriku sendiri."
"Tenang saja ini masih sesuai rencana ia, dan aku sudah meninggal kan sesuatu agar mereka pergi ke tempat kita",kata antonio.
Semua orang yang mendengar omongan Antonio kaget sampai jet boat berhenti dan sopir kapal gemetar takut dan bertanya kenapa Antonio lakukan hal yang berbahaya, tapi Antonio tetap positif karena rencana ini berasal dari seseorang yang sangat kuat prediksinya dan orang yang paling pintar iya kenal, ya walau nyawa/hidup tetep udah ada yang atur, dan kita hanya perlu berusaha untuk merubah nya dengan kearah benar bukan ke yang jahat atau salah, tapi sopir jet boat masih kurang yakin dengan perkataan Antonio, Rhidos dan rafel hanya bisa terdiam, "percaya lah ini lebih baik dari pada tidak melakukan apapun", kata antonio.
"Ok,tapi satu syarat!", kata sopir itu dan Antonio bertanya apa syarat nya "panggil aku senior Ricky" ,jawab Ricky sambil mengganti baju nya .
"Senior Ricky ,yang suka ikut campur urusan orang lain ", kata mereka bertiga.
Ricky mengangguk kesal sambil melepas topinya. "Ya, Ricky yang kalian tahu, tapi tidak disangka malah negatif ya rumornya".
Rhidos, yang biasanya tenang, kini terlihat kebingungan. "Tunggu... jadi, kau tahu siapa kami sejak awal? Kenapa tidak bilang dari awal?"
"Rahasia itu penting, Nak," balas Ricky santai. "Kalau aku bilang dari awal, kalian mungkin tidak akan mendengarkan perintahku. Tapi sekarang, situasinya berubah. Kita akan menghadapi bahaya, jadi lebih baik kalian tahu siapa yang membawa kalian."
Antonio akhirnya tersenyum tipis, mengangguk dengan rasa hormat. "Baiklah, Senior Ricky. Aku harap kau siap."
Ricky tertawa kecil sambil menyalakan kembali mesin jet boat. "Aku selalu siap. Tapi kalian harus tahu satu hal..."
"Apa itu?" tanya Rafel pelan.
Ricky menoleh ke mereka dengan ekspresi penuh percaya diri. "Aku hanya punya satu aturan: jangan sampai kalian membuatku menyesal mengikuti rencana orang yang kau bilang ,walau aku sendiri belum tau rencananya".
"Tenang kalau ada bahaya kita masih bisa menghubungi ia" jawab Antonio.
Jet boat pun melaju kembali, kali ini dengan tujuan yang jelas. Dalam perjalanan Rhidos bertanya tentang siapa yang Antonio bilang rencana ia, Antonio menjawab hanya seorang yang ia kenal akan kehebatan taktiknya ,di pertahanan negara, Rhidos yang mendengar pertahanan negara kemungkinan ialah tentara , Rhidos pun merasa aman ,kalau tentara kemungkinan bakal datang nanti, kenyataan bukan lah tentara, dan rencana itu hanya tentang pengalihan.
Malam itu ketika sesudah pertengkaran Rhidos dan rafel serta sudah tidur terlelap Kembali tiba tiba ada suara yang memanggil Antonio dan yang lain "halo-o Antonio, rafel, Rhidos kalia-n di-sa-na ,halo ". Panggilan dari seseorang yang berasal dari suatu chip, karena suara itu sangat dekat dengan Antonio ia pun bangun dari tidur nya .
"Haww-h suara siapa itu !", kaget Antonio.
"Chip Fahmi menyala ?", tanya Antonio lalu suara tadi muncul kembali ,"owh-h anto-ni akhirnya ada yang jawa-b ini Fahmi " jawab Fahmi.
"Fahmi! , Owalah ternyata ini gunanya chip ukuran gede banget ini?",jawab Antonio.
"Ya bisa dibilang gitu lah,tapi gaada waktu lagi ! Aku nanya apakah kau pernah melewati bajak laut sekitar situ ?"tanya Fahmi dengan serius.
""Ya, pernah, kenapa?" tanya Antonio, suaranya terdengar penasaran.
"Hmm, oke, sesuai perkiraanku. Tapi Antonio, ada sesuatu yang harus kubilang," jawab Fahmi sambil menatap tajam, lalu mulai menjelaskan.
Fahmi membeberkan bahwa dia sudah lama mencurigai gerak-gerik para bajak laut itu. Mereka bukan sekadar kumpulan perampok biasa—mereka memiliki tujuan besar. Fahmi melanjutkan, dia punya seorang mata-mata di tengah-tengah mereka. Namun, identitas mata-mata itu dirahasiakan olehnya. Dengan informasi yang didapat dari mata-mata tersebut, Fahmi mengetahui bahwa target berikutnya para bajak laut adalah mereka bertiga. Bajak laut itu tahu tentang keberadaan mereka dan alasan kenapa flashdisk tersebut begitu penting.
"Jadi, begini. Para bajak laut itu berkumpul di sekitar Pulau Seribu karena ada rumor tentang bagian peta harta karun VOC yang dicuri dari sebuah pelelangan. Salah satu bajak laut berhasil mendapatkan bagian peta itu," kata Fahmi dengan suara serius. "Tapi yang mereka nggak tahu, aku punya mata-mata di antara mereka. Dan pria misterius yang kita temui waktu itu? Dia adalah mata-mataku."
Rhidos mendengarkan dengan alis berkerut. "Jadi... maksudnya flashdisk yang kita tukar sama pria itu adalah bagian dari rencanamu?" tanyanya bingung.
Fahmi mengangguk. "Tepat. Itulah kenapa aku butuh kalian pergi sekarang. Cari harta karun itu lebih dulu, dan jangan lupa bawa chip ini supaya kita tetap terhubung. Kalau kalian sampai tertangkap, mereka bisa menggunakan kalian sebagai umpan untuk menekanku."
Antonio yang sejak tadi mendengarkan akhirnya angkat bicara, suaranya terdengar kesal. "Tunggu, tunggu. Kau ingin kami kabur, mencari harta karun, sambil menghindari bajak laut? Itu rencana yang... nggak jelas! Dan bagaimana kau ingin kami menghadapi bajak laut kalau mereka berhasil mengejar kami?"
Fahmi menatap Antonio dengan pandangan tenang namun tegas. "Kau bisa mengatasi mereka, Antonio. Aku tahu kau bisa. Dengan tekad kepemimpinan mu, aku percaya pada kemampuanmu."
Antonio mendengus marah, tapi sebelum dia sempat membalas, suara dari chip mendadak terputus. "Hei! Fahmi! Apa maksudmu?" teriak Antonio, namun hanya keheningan yang menjawab.
Karena itu Antonio pun tidak tidur kembali dan memasukkan barang-barang mereka untuk persiapan nanti dan tidak menghalanginya kaburnya mereka , dan karena itu mereka bergegas pergi ke sebuah pulau dengan modal banyak dan peta lengkap ke tempat harta itu berada walau-u mereka sendiri masih bingung maksud dari kata-kata di peta itu.
Tapi pada akhirnya mereka turun sebentar di sebuah pulau yang terlihat masih alami dan tidak berpenghuni. Pasir putihnya berkilau diterpa sinar matahari, dan suara deburan ombak menjadi satu-satunya tanda kehidupan di tempat itu.
"Kita berhenti di sini dulu," ujar Senior Ricky. "Persediaan air kita harus diisi ulang, dan kita perlu memastikan pulau ini aman sebelum melangkah lebih jauh."
Mereka membagi tugas. Antonio dan Rafel ditugaskan untuk menjelajah area hutan, sementara Rhidos dan Ricky tinggal di tepi pantai untuk mendirikan kemah dan mengamankan kapal.
"Aku tidak suka ini," gumam Rafel pelan sambil berjalan di belakang Antonio. "Pulau ini terlalu sunyi. Bahkan burung pun tidak terdengar."
"ya ,rasanya terlalu santai," jawab Antonio sambil terus melangkah. Matanya tajam mengamati setiap sudut, mencari tanda-tanda yang mungkin sesuai dengan petunjuk di peta.
Setelah berjalan cukup jauh, mereka menemukan sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik semak-semak tebal. Di pintu masuk gua itu, terdapat ukiran simbol yang mirip dengan yang ada di peta.
"Kau melihat ini?" tanya Antonio kepada Rafel.
"Ini dia… Tapi apa artinya?" balas Rafel sambil memandangi simbol itu dengan bingung.
Antonio memeriksa peta dengan seksama, mencoba mencocokkan petunjuknya. "Sepertinya kita harus memecahkan teka-teki nya dulu," katanya. "Barat Goa, bawah batu keempat, jalan 3 arah ,bulan hitam menggelapkan dan bintang menyinari, harta atau nyawa muncul ke atas". "Mungkin kata ini hanya bisa diungkap saat bulan hitam, tapi kapan ?", tanya Rafel.
Mereka pun bingung tentang bulan malam.
Sementara itu, di pantai, Rhidos dan Ricky sedang menyelesaikan tenda terakhir mereka. Namun, mata Rhidos tertuju pada sesuatu di kejauhan. "Ricky, kau melihat itu? Ada bayangan di hutan."
Ricky berbalik, mengamati dengan cermat. "Mungkin itu hanya imajinasimu."
Disaat sudah sore menjelang malam di pulau bidadari, seseorang sedang kesal karena ia tidak menemukan orang iya cari , padahal informan mengatakan orang itu kearah sini ,dan kalau ia berarti mereka bisa kabur, Jack menjadi malu untuk bertemu kapten ace karena tidak menyelesaikan tugas dengan cepat, disaat bersamaan dalam kegelapan hutan yang hampir gelap total, muncul seseorang dengan jubah hitam menghampiri Jack, Jack yang melihat orang itu ia tau, bahwa orang itu iyalah informan nya sekaligus queen ,yang merupakan seorang informan serta ahli penembak jitu di bajak laut ace ,dan walau ia diberi julukan Queen tapi ia seorang pria.
"Queen sialan kau , memberikan informasi yang tidak benar!", kata Jack.
Jack yang sudah terbakar emosi melangkah maju dengan amarah yang meluap-luap. Tangannya mengepal erat, sementara wajahnya memerah. Tubuh besar Jack bergerak cepat seperti badai yang mengancam. "Queen sialan! Kau akan menyesal telah mengkhianatiku!" teriaknya sambil mengayunkan tinjunya ke arah Queen.
Namun, Queen, dengan tubuhnya yang lebih kecil dan gerakan yang gesit, berhasil menghindar dengan mudah. Dengan langkah yang cepat, Queen merunduk dan menyapu kaki Jack dengan tendangan rendah yang terarah sempurna. Jack yang tidak menduga serangan itu langsung kehilangan keseimbangan dan jatuh keras ke tanah.
Queen berdiri di atasnya dengan santai, menatap Jack yang kesal sambil tersenyum tipis. "Kau gagal karena dirimu sendiri, Jack," katanya dengan nada tajam tapi tenang. "Siapa juga yang bodoh datang menyerang langsung tanpa memblokir pintu keluar lebih dulu? Kau terlalu ceroboh."
Jack menggeram, mencoba bangkit, namun Queen sudah mengambil langkah mundur dengan sigap, tetap berada di posisi yang siap bertarung. "Kalau kau ingin menang, Jack," lanjut Queen sambil menatapnya dengan tatapan tajam, "belajarlah menggunakan otakmu, bukan hanya ototmu."
Jack disana benar-benar sudah kesal diperlakukan begitu oleh queen, sampai queen bilang kalau kapten ace kecewa, dengan performa Jack dan ingin diganti ,disaat itu Jack kaget dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh queen
Jack benar-benar sudah berada di puncak amarahnya setelah diperlakukan dengan buruk oleh Queen. Selama ini, ia telah berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang anggota kepercayaan, meskipun sering kali harus menelan hinaan dan tekanan dari Queen. Namun, momen yang benar-benar membuat Jack terkejut adalah ketika Queen dengan dingin menyampaikan bahwa Kapten Ace, sosok yang sangat dihormati oleh Jack, merasa kecewa dengan performanya. Lebih dari itu, Queen bahkan menambahkan bahwa Ace mempertimbangkan untuk menggantikan Jack dengan seseorang yang dianggap lebih layak.
Pernyataan itu menghantam Jack seperti petir di siang bolong. Ia kaget, tidak percaya, dan merasa seolah-olah seluruh dunia runtuh di hadapannya. Sosok Ace yang selama ini menjadi panutannya, yang ia jadikan motivasi untuk terus maju, tiba-tiba terasa begitu jauh. Jack mencoba mencari kejujuran di wajah Queen, tetapi yang ia temukan hanyalah senyuman licik yang penuh dengan rasa puas.
Saat Jack masih tercengang dan merasa pusing mendengar ucapan Queen, suasana yang tegang tiba-tiba pecah oleh suara berat dan penuh wibawa yang datang dari dalam kegelapan hutan.
"Diam kau, Queen! Kalau kau terus mengoceh seperti itu, jangan-jangan kau yang akan diganti!" seru suara misterius itu, menggelegar di antara pepohonan.
Jack langsung mengangkat wajahnya dengan kaget, sementara Queen hanya mendengus, meskipun raut wajahnya menunjukkan sedikit kekhawatiran. Dari arah kegelapan, muncul King, sosok tenang namun selalu memancarkan aura intimidasi. Ia berjalan dengan langkah mantap, matanya yang tajam langsung menatap Queen.
"King," kata Queen dengan nada mencibir. "Kau selalu saja datang di saat-saat seperti ini, mengganggu percakapan pentingku."
"Percakapan penting?" balas King dengan nada dingin. "Menghina anggota kru sendiri bukanlah percakapan penting. Dan kau tahu, Jack sudah melakukan yang terbaik selama ini. Jangan mengotori nama Ace dengan kebohonganmu."
Jack, yang masih bingung dengan semua situasi ini, mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Ia memandang Queen dengan tatapan bertanya-tanya. "Apa maksudmu tadi, Queen? Apa benar Kapten Ace kecewa padaku?"
Queen tertawa kecil, mengangkat bahunya dengan santai. "Oh, ayolah, Jack. Jangan terlalu serius. Aku hanya ingin memberimu sedikit dorongan. Lagipula, aku tidak sepenuhnya berbohong. Kapten Ace memang ingin memastikan semua anggota siap untuk misi besar kita kali ini."
"Misi besar?" tanya Jack, kini merasa sedikit lebih lega namun masih penasaran.
King menyilangkan lengannya, memandang Queen dengan tajam. "Jangan membuat semuanya terdengar lebih rumit daripada yang sebenarnya. Jelaskan saja, Queen."
Queen mendesah, meskipun terlihat senang menjadi pusat perhatian. "Baiklah, baiklah. Jadi begini, setelah berbulan-bulan berburu informasi dan menyusun potongan demi potongan peta kuno itu, akhirnya kita mendapatkan peta lengkap menuju harta karun VOC. Kau tahu, harta yang katanya hilang ratusan tahun lalu? Nah, Kapten Ace memutuskan ini adalah kesempatan emas untuk kru kita."
"Harta karun VOC?" ulang Jack, matanya membelalak. "Kudengar itu hanya legenda."
"Legenda yang sangat nyata," potong Queen sambil menyeringai. "Dan kini, kita punya petanya. Masalahnya, peta ini hanya menunjukkan lokasi secara kasar. Kita harus pergi ke sana lebih dulu dan memastikannya sebelum seluruh armada datang."
"Jadi, kita akan jadi tim pendahulu?" tanya Jack.
King mengangguk. "Benar. Aku, kau, dan Queen akan pergi malam ini. Armada Kapten Ace akan menyusul dua hari lagi. Tugas kita adalah memastikan lokasinya aman dan mencari tahu sebanyak mungkin tentang medan di sana."
Queen menambahkan, "Kapten Ace tidak ingin kita membuang waktu. Ini adalah kesempatan besar untuk mengubah segalanya. Jika kita berhasil, harta itu akan membuat kru kita menjadi yang terkuat di lautan ini."
Jack mengangguk, meskipun pikirannya masih penuh dengan berbagai pertanyaan. Namun, ia tidak bisa menyangkal bahwa semangat mulai tumbuh dalam dirinya. Misi ini bukan hanya tentang membuktikan dirinya, tetapi juga tentang membuat sejarah bersama kru Kapten Ace.
"Baiklah," katanya, suaranya kini tegas. "Aku siap. Katakan saja apa yang harus kulakukan."
Queen tersenyum lebar, sementara King menepuk bahu Jack dengan penuh kepercayaan. Malam itu, ketiganya bersiap untuk pergi menuju harta karun yang telah lama terkubur dalam misteri.
Lalu mereka pun melakukan persiapan dengan menggunakan kapal barang , dan disana queen sedang melakukan sebuah kontak dengan seseorang yang tidak diketahui oleh Jack maupun king , "lapor-pak " jawab queen di telpon itu sambil sembunyi-sembunyi.
Malam itu, suasana di camp kelompok Antonio masih dipenuhi dengan obrolan ringan di sekitar api unggun. Para anggota saling bertukar cerita sambil menikmati ikan panggang hasil tangkapan mereka. Namun, kehangatan itu sedikit terganggu ketika suara chip milik Fahmi kembali berbunyi, memecah keheningan.
"Halo, Fahmi. Ada sesuatu yang terjadi?" tanya Antonio dengan nada serius sambil melirik Fahmi yang buru-buru memeriksa chipnya.
Fahmi menatap layar kecil itu dengan alis berkerut sebelum akhirnya berkata, "Para bajak laut itu… mereka sudah bersiap untuk mencari harta karun VOC!"
Mendengar itu, Antonio tampak kaget. "Apa? Secepat itu?"
"Ya," Fahmi mengangguk. "Tapi tenang, mereka menggunakan kapal yang jalannya lambat. Menurut data ini, paling cepat mereka baru akan tiba besok sore."
Antonio menghela napas lega. "Kalau begitu, kita masih punya waktu. Kita akan lebih dulu sampai di lokasi dan memulai pencarian sebelum mereka sempat menyusul."
Namun, ia tiba-tiba tersenyum kecil, seolah memikirkan sesuatu. "Ngomong-ngomong, aku ingin memperkenalkan krunbaru yang membantu ekspedisi ini yaitu senior Ricky, yang merupakan 5 angkatan sebelum kita", kata Antonio.
Fahmi yang sejak tadi fokus bahas bajak laut kaget . "Senior Ricky? Lima angkatan sebelum kita?" Tanya Fahmi.
"Betul," jawab Antonio santai, seolah itu hal yang biasa.
Namun, wajah Fahmi kini tampak ragu. Ia menyandarkan tubuhnya sambil berpikir keras di otaknya. "Senior Ricky?aku sering membaca jurnal angkatan sebelumnya. Aku tahu cukup banyak nama-nama terkenal, tapi aku tidak pernah mendengar nama Ricky di angkatan lima sebelumnya. Bahkan… aku yakin dia tidak tercatat di jurnal manapun." Bicara dalam hati.
Senior Ricky pun mengambil chip tersebut dan mengatakan sesuatu. "Kau pasti bingung ,Tentu saja kau tidak tahu, Fahmi. Ada beberapa nama yang tidak pernah dicatat di jurnal atau dokumen resmi, Dan Ricky adalah salah satunya, ya karena saya pernah melakukan sebuah insiden dan agar nama Academy tidak tercemar nama saya pun di hapus tapi tetap bisa lulus." Jawab Ricky.
Fahmi mendengarkan penjelasan Ricky dengan seksama, mengangguk-angguk sesekali meski masih terlihat sedikit ragu. "Hmm, aku mengerti," ujarnya pelan, tetapi keraguan masih terpancar dari sorot matanya. "Jadi, meskipun namamu dihapus dari jurnal resmi, kamu tetap lulus, ya? Tapi kenapa tidak ada yang tahu tentang itu sebelumnya?" tanya Fahmi sambil sedikit mengerutkan keningnya. Ricky menghela napas pendek, seolah mencoba menenangkan perasaannya yang mulai sedikit terbebani oleh pertanyaan Fahmi. "Ada alasan tertentu yang membuat semuanya begitu rahasia, Fahmi. Aku hanya tidak ingin menimbulkan masalah baru. Percayalah, ini sudah berlalu dan aku hanya ingin melanjutkan hidup seperti biasa," jawab Ricky. Fahmi mengangguk sekali lagi, meski jelas terlihat bahwa pikirannya masih penuh tanda tanya.
Akhirnya telpon chip selesai Ricky dan antonio kembali ke camp, tapi Fahmi yang masih bingung dia teringat sesuatu "suara itu terasa familiar,jangan bilang kalau !", kata Fahmi.