Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

ANTARA ASFALT DAN AFEKSI

nath37
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
35
Views
Synopsis
Ferry adalah tokoh utama 1 yg memiliki sifat ketos, dingin, dan cuek. berpenampilan berandal. dia juga anak geng motor. umur 17. Naza adalah tokoh utama 2 yg memiliki sifat kebalikan dari Ferry. umur 16.

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - BAB 1: PERTEMUAN

Saat di parkiran salah satu SMA negeri di Kalimantan, hanya ada dua siswa siswi yang hampir telat. Ferry adalah anak baru di sekolah itu, dari Jakarta. Ia yang kala itu mengendarai motor besar dengan knalpot brong, baru saja sampai.

"Ini mana ruang gurunya?" tanya Ferry pada dirinya sendiri sembari mengedarkan pandangan. Saat ia mengedarkan pandangan, tampak terlihat siswi cantik yang berjalan menuju ke kelas nya. "Nah ada orang tu tanya dia aja deh" gumam ferry. "Woi mba!" panggil Ferry agak teriak.

Wanita itu tidak menoleh sedikitpun hingga membuat Ferry emosi. Ia pun menghampiri wanita tersebut dengan sedikit berlari.

"Kalo di panggil tu noleh" ucap Ferry dengan wajah datarnya yang membuat Naza terkejut bukan main.

Ya, wanita yang ia panggil adalah Naza, siswi cantik segudang prestasi dan juga anti pacaran.

"Astaghfirullah aku kira setan sekolah, apaan sih dateng dateng ngagetin orang aja, kalo aku jantungan gimana coba kaya mau tanggung jawab aja. Minimal kalo dateng tu ngucap salam dulu, terus senyum kek bukan tiba-tiba di depan orang nya, mana muka dah kek triplek tiga lapis lagi" omel Naza panjang lebar.

"Udah ngomelnya?" tanya Ferry

"Udah" sahut Naza singkat.

"Sekarang giliran gua. Tadi gua manggil lu kenapa ga noleh sedikit pun?" tanya Ferry singkat.

"Ha? kamu manggil aku?" tanya Naza dengan nada santai dan tidak merasa bersalah sedikit pun.

Jawaban dari Naza membuat Ferry naik pitam, namun ia harus mengendalikan emosinya karena masih ditempat baru "Lu budek apa gimana sih" Ferry merasa geram.

"Cih dateng dateng malah ngatain orang budek" ujar Naza yang tidak ada terima dibilang budek.

"Ya lagian lu dipanggil noleh dikit aja kaga" ucap Ferry.

''Emang kamu manggilnya kaya gimana?" tantang Naza yang membuat Ferry diam. "kenapa diem hm" lanjut Naza sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Apaan sih lu" sahut Ferry.

"Kok aku yang apaan, makanya kalo mau manggil tu minimal datengin dulu orang nya baru ngucap salam. Bukan way woy way woy, aku juga punya nama kali" ujar Naza panjang lebar.

Ferry menghembuskan nafas kasar "Iya iya sorry".

"Kali ini dimaafin"

"Awas aku mau masuk kelas keburu telat bisa habis aku"

"Bentar, gua mau nanya ruang guru dimana?" tanya Ferry yang masih betah dengan muka dinginnya.

"Ruang guru? bangunan ini ruang guru. kamu anak baru ya kok bisa gatau ruang guru" Naza menunjukkan dan bertanya lalu dibalas anggukan oleh Ferry.

"Oalah pantesan, yaudah kalo gitu kamu kesana aja aku duluan ya assalamu'alaikum bye" Naza lanjut berjalan.

Lengkungan tipis terbit di sudut bibir Ferry yang sering menampilkan wajah dengan ekspresi dingin dan datar.

'Kenapa dia beda dari cewe lain ya' batin Ferry memperhatikan Naza yang berlalu pergi. Lalu ia pun tersadar. "Apaan sih malah mikirin tu cewe ga jelas" gumam Ferry.

"Ehh bentar, anterin dulu" sahut Ferry menghentikan langkah Naza.

"Kan udah aku kasih tau, kalo ruang guru ada disitu" ucap Naza menunjuk ruang guru.

"Anterin. Gamau tau!" ucap Ferry final.

Naza menghembuskan nafas kasar. "Yaudah ayo, cepetan ih" dibalas anggukan kecil oleh Ferry.

•••

Hening. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan suasana mereka berdua saat menuju ke ruang guru.

"Kamu pindahan dari mana?" tanya Naza mencoba mencairkan suasana.

"Jakarta" jawab Ferry singkat.

"Oalah, bukannya disana enak ya"

"Ga juga"

'Ga asik banget sih ni orang, berasa ngomong sama es batu. Eh kulkas delapan pintu. Tapi lebih tepatnya antartika sih' batin Naza yang merutuki Ferry.

"Kayanya sebelum kamu ketemu sama guru lebih baik benerin dulu baju kamu. Dimasukin, terus rambut kamu lain kali dicukur sebelum di botakin sama pak Dharma mending kalo cuma di botakin, ada yang dicukur ga rapi juga. Btw pak Dharma itu kepsek sini dan orang nya tu galak banget. Ga peduli sama siapa dia berhadapan. Yang beliau tau kalo orang itu salah ya harus ditegur" ujar Naza yang menyuruh Ferry lebih disiplin.

Jadi penampilan Ferry memang terlihat berantakan, rambut yang dibiarkan panjang dan acak acakan. Lalu baju seragam yang dikeluarkan, ditambah memakai kalung yang jelas tidak diperbolehkan oleh peraturan sekolah manapun. Beruntung ia tidak tindikan jadi tidak ada bekas tindik ditelinga.

''Segitunya?" tanya Ferry dan dibalas anggukan oleh Naza yang lebih meyakinkan ucapan nya tadi.

"Bodoamat gua!" sambung Ferry yang menghiraukan ucapan dari Naza.

"Ih dibilangin ngeyel ya, yaudah aku gamau nganterin. Mending masuk kelas daripada ngadepin triplek antartika" ujar Naza yang tampak semakin kesal dengan Ferry.

"Triplek antartika? Siapa yang lu katain triplek antartika?" tanya Ferry dengan polosnya.

"Menurut kamu aja deh, aku mau ke kelas" sahut Naza.

"Iya iya gua bakal nurutin apa yang lu minta asalkan jangan tinggalin gua" Ferry yang tampak pasrah mengalah daripada dirinya jadi orang linglung diluar.

Lalu Ferry pun mulai merapikan penampilan nya walaupun rambut panjang nya yang tidak bisa disembunyikan.

Lalu suasana pun kembali hening saat itu.

"Lu ambil jurusan apa'' tanya Ferry lagi menghancurkan keheningan.

"IPS" jawab Naza singkat.

"Kelas?"

"Sebelas"

"Jangan jangan kita sekelas" sahut Ferry menerka nerka.

"Gausah sok tau, kelas IPS ga cuma satu ya" tukas Naza.

Ferry melirik sekilas kearah Naza. "Kali aja"

"Ohiya dah sampai, kalo gitu aku ke kelas ya" ujar Naza.

"Tunggu" Ferry menghentikan langkah Naza.

"Apa lagi? Jangan bilang suruh izinin masuk" ucap Naza dan dibalas anggukan oleh Ferry, ia sudah tahu arah jalan pikir Ferry, si manusia dingin.

'Ngapain sih aku ketemu sama orang kaya gini' batin Naza sambil menggaruk kepala yang dibaluti hijab putih nya walaupun tidak gatal.

Sebelumnya, Naza mengetuk pintu terlebih dahulu baru setelah itu ia mengucapkan salam. "Assalamu'alaikum ibu, bapak, maaf mengganggu waktunya"

"Ada apa Naza?" tanya salah satu guru bernama Sari yang mengenal Naza, karena beliau wali kelas Naza.

"Jadi begini bu, ada siswa baru tapi tidak berani kemari sendiri jadi saya wakilkan untuk bertemu dengan guru yang bersangkutan" jelas Naza.

"Suruh masuk saja" tukas bu Sari mempersilahkan siswa baru yang tak lain adalah Ferry untuk masuk ke ruang guru.

Naza hanya memberikan isyarat mata kepada Ferry, namun Ferry justru memalingkan wajah nya pura pura tidak mengerti kode dari Naza.

'Nyebelin banget sih, pake pura pura gatau segala' gerutu Naza dalam hati. Tak ingin membuang waktu yang percuma, akhirnya Naza langsung menarik kemeja seragam milik Ferry dan bukan tangan dikarenakan agar tidak bersentuhan langsung dengan yang bukan mahram.

Karena tidak fokus pada jalan, Naza pun tersandung lantai yang lebih tinggi. Bruntung Ferry dengan sigap menangkapnya.

...