Chereads / Destiny and Allegiance - Indonesian / Chapter 2 - Chapter 2: The Repairman's Dilemma

Chapter 2 - Chapter 2: The Repairman's Dilemma

 

Part 1

 

=Odelia, Azerot=

Di saat sebelum Iwasaki membawa Amira ke Rudger. Iwasaki, Luna, dan Harun terlihat sedang mendiskusikan sesuatu di lorong penginapan. Di dekat mereka, terdapat tubuh Amira yang masih terkapar di lantai.

Luna: Kerja bagus Harun.

Iwasaki: Iya lemparanmu tadi benar-benar tepat sasaran.

Harun: Aku berhutang penjelasan kepada kalian.

Tiba-tiba pintu kamar penginapan yang berada di depan mereka terbuka. Keluar dari kamar tersebut seorang pria berambut keriting yang membawa secangkir kopi

Pria itu: Oyy, ada apa kok ribut-ribut?

Pria itu melihat wanita yang pingsan terkapar tepat di depan kamarnya.

Pria itu: Oh, ... Srrrruupt.

Pria tersebut menyeruput kopi yang dibawanya kemudian menutup dan mengunci pintu kamarnya dari dalam.

Iwasaki: Akan aku bereskan tempat ini.

Harun: Jadi apa yang sebenarnya terjadi?

Iwasaki: Aku dapat perintah dari prajurit kera....

Luna: Iwasaki (bisik)

Luna menyilangkan kedua tangannya menunjukkan tanda silang.

Iwasaki: D-Dia ini baru saja merampok salah satu pelanggan kadai. Aku akan segera menyerahkannya ke prajurit kerajaan.

Harun: Benarkah seperti itu? Apa kamu bisa panggil pelanggan yang baru dirampoknya?

Iwasaki: ....

Luna: Mmm.... Dia baru saja pergi ke kedai yang lain. Ia tidak sadar kali kalau dompetnya sudah dicuri.

Harun: Mencurigakan. Aku tidak suka jika kedai ini ada campur tangan dari prajurit kerajaan. Memangnya siapa sebenarnya kamu, Iwasaki?

Luna terlihat khawatir dengan jawaban yang akan diberikan Iwasaki. Luna hendak menjawab pertanyaan dari Harun namun Iwasaki segera menghentikannya dengan menjulurkan tangan kanannya ke depan muka Luna.

Iwasaki: Kamu tidak perlu khawatir. Aku ini utusan dari sebuah desa terpencil dari negeri sebelah.

Harun: Negeri mana yang kau maksud?

Iwasaki: Dalaran

Harun: Dalaran...wa-.... Memangnya ada manusia yang tinggal di Dalaran?

Iwasaki mengangguk

Harun: Hah, kau pasti berbohong. Tidak mungkin ada manusia yang tinggal di Dalaran, ya kan Luna?

Luna: Tidak, itu mungkin. Bukankah Ashkan si ilmuan terkenal Azerot juga pernah tinggal di Dalaran, Jikalau tuan Ashkan dan para Lizardman dapat tinggal di Dalaran. Aku yakin desa tempat tinggalnya Iwasaki dapat hidup selama ini tanpa kendala dan mereka pasti mengirim Iwasaki kesini karena suatu alasan.

Harun: Luna.....

Harun terdiam

Harun: Ya sudah. Aku akan mengurus ternak. Jika kalian mencariku, aku ada di kandang ayam.

Harun langsung pergi menuju ke belakang penginapan meninggalkan Iwasaki dan Luna. Terlihat di belakang kedai terdapat sebuah kandang besar yang berisi belasan ekor ayam. Harun memasuki kandang tersebut ditemani sekarung pakan ayam dan sebuah penyiram tanaman. Di dalam kandang, Harun terlihat memikirkan sesuatu sambil mengisi tempat minum ayam-ayam di sana dengan menggunakan penyiram tanaman. Tidak lama, terdengar suara teriakan seorang pria dari luar kandang.

???: HEI!!!.... HEI!!!

Terlihat pak Farhan dari tadi sedang mengamati Harun dari luar pagar kandang.

Farhan: Kau mengisi airnya kebanyakan.

Wadah minum ayam yang diisi Harun terlihat sudah dipenuhi air yang terus mengalir keluar karena luber.

Harun: Woouwaah.

Harun panik dan segera menaruh penyiram tanaman yang ia gunakan.

Farhan: Bagaimana sih kau ini? Meskipun airnya mentah tatap akan mubazir jika terbuang.

Harun: BERISIK LAGIPULA KENAPA PAMAN ADA DI SINI?!

Farhan: Aku diminta Rini untuk mengajakmu berburu Crawler, ia bilang kalau kamu ada di belakang sedang mengurus ayam. Ternyata kamu malah lagi bengong di kandang ayam.

Harun: Bilang bibi aku sedang sibuk dan tidak bisa diajak bicara.

Farhan: Haah kau ini malah membuatku jadi khawatir.

Harun keluar dari kandang ayam sambil membawa penyiram tanaman yang tadinya ia gunakan untuk mengisi wadah minum ayam.

Farhan: Sebenarnya apa yang kau pikirkan? Ceritakan pada paman Farhan ini!

Harun: Ini tidak ada kaitannya dengan paman.

Farhan: Biar kutebak, masalah asmara kah?

Harun: Sudah kubilang ini tidak ada kaitannya dengan paman!

Farhan: Hei hei hei, meskipun paman sudah tua begini paman cukup berpengalaman dalam dunia asmara.

Harun: Memangnya paman tahu apa tentang Harun?

Farhan: Apa ini ada kaitannya dengan Iwasaki?

Harun: Paman tahu tentang Iwasaki?

Farhan mengangguk.

Farhan: Ia pendatang yang kebetulan bertemu dengan Luna kemarin kan? Entah kenapa dia bertingkah baik dengan orang yang baru dikenalnya.

Harun: Kenapa kok orang sepertinya harus tinggal di kedai kami sih?

Farhan: Kalo tidak salah dia itu tamu kerajaan bukan?

Harun: Tamu kerajaan?

Farhan: Iya, entah kenapa kerajaan mengundang orang sepertinya ke sini.

Harun: Jadi paman juga mencurigainya.

Farhan: Jika dilihat, pakaiannya berbeda dari kebanyakan orang. Aku belum pernah melihat orang berpakaian seperti itu.

Harun: Dia bilang dia berasal dari Dalaran. Padahal Dalaran kan zona bekas perang.

Farhan: Dalaran ya?.....

Farhan terlihat memikirkan sesuatu. Tangan kanannya memegang dagunya dan matanya terlihat sedang menatap langit.

Harun: Paman?..... PAMAN?!

Farhan: Oi-oi-oi (Kaget). Kau membuatku kaget saja.

Harun: Apa paman pernah pergi ke Dalaran?

Harun mengambil sekarung pakan ayam dari luar kandang kemudian kembali memberi makan ayam sambil berbicara dengan Farhan.

Farhan: Pernah. Kawasan itu dipenuhi oleh Kobold, Gnoll, Ogre dan sebagainya. Jika si Iwasaki itu memang berasal dari sana. Ia pasti sangat kuat.

Harun: Aku curiga kalo dia ada kaitannya dengan prajurit kemarin. Aku khawatir ia akan memberikan dampak buruk ke kedai ini dan Luna.

Farhan: Aku juga berpikiran seperti itu tapi Rini bilang Iwasaki bukanlah orang yang perlu dikhawatirkan.

Harun: Kalo bibi mah selalu mengandalkan perasaan.

Farhan: Aku yakin jika kau sering berlatih lebih giat, kau akan lebih kuat dari pada Iwasaki dan bahkan mungkin lebih kuat dari pada kebanyakan prajurit Azerot.

Harun: Bilang saja sih mudah. Tapi paman selalu menolak memberikanku pistol untuk berlatih.

Farhan: Haah kau ini masih belum mengerti juga ya. Teknik sihir itu jika dilatih di pertempuran sungguhan bisa melebihi segala pistol yang ada di Azerot ini.

Harun terlihat sudah selesai memberi makan ayam. Ia lalu meletakan karung ayam yang ia bawa kemudian keluar dari kandang ayam sambil menatap Farhan.

Harun: Kalo begitu paman, ayo kita berburu Crawler.

Farhan: Itu semangat yang aku tunggu-tunggu.

Harun: Akan aku tunjukan pada Luna bahwa aku lebih kuat daripada Iwasaki.

Farhan: Meskipun itu bukan semangat yang ku maksud tapi... ya sudahlah.

Terlihat dari jendela kedai, Ibunya Luna sedang mengamati Harun dan Farhan mempersiapkan tunggangan mereka.

 

Beberapa saat kemudian di suatu tempat di padang pasir, terlihat seekor kadal besar sedang menarik gerobak yang dikendarai oleh Farhan dan Harun. Di gerobak itu terlihat sejumlah senjata dan karung yang digunakan untuk berburu.

Harun: Bagaimana bisnis paman akhir-akhir ini?

Farhan: Baik seperti biasa, memangnya kenapa kamu bertanya?

Harun: Tidak apa-apa, aku hanya heran kenapa pria sesukses paman belum mendapatkan pasangan hidup.

Farhan: Rezeki itu bukan kita yang menentukan, Harun. Dulunya aku bahkan tidak tahu bahwa pengetahuanku membuat penjernih air dapat menyelamatkan Odelia dan memberikanku kesempatan untuk terjun lebih dalam ke dunia bisnis.

Harun: Sayang sekali ya, paman belum bisa menjernihkan penampilan paman. Jika penampilan paman tidak seburam itu, aku yakin akan ada wanita yang naksir ke paman.

Farhan: Haah, Kau ini.

Gerobak yang dikendarai oleh Farhan dan Harun berhenti

Farhan: Sepertinya kita sudah sampai.

Farhan dan Harun turun dari gerobak yang semula ditarik kadal tersebut sambil membawa panah. Farhan kemudian mengeluarkan sebuah teropong untuk melihat kejauhan. Terlihat di kejauhan terdapat puluhan kadal seukuran anjing sedang mengerubungi sebuah danau.

Farhan: Crawler terlihat di arah jam 2. Kita akan berjalan kaki. Popo sepertinya sudah hampir mencapai batasnya

Terlihat Harun mengelus kadal besar yang tadi ditungganginya.

Harun: Untuk seekor Gharwal, dia cukup hebat untuk bisa berjalan sejauh ini. Beristirahat sejenak ya Popo!

Popo: Grawl-grawl!

Harun dan Farhan mendekati sekumpulan Crawler itu sambil membawa busur, sejumlah anak panah, dan senjata jarak dekat mereka masing-masing. Mereka kemudian bersembunyi di balik semak-semak dekat danau yang telah dikerubungi oleh Crawler.

Harun: Mereka terlihat lebih kecil dari biasanya.

Farhan: Harun, apa kau siap untuk beraksi?

Harun: Aku tidak tahu paman tapi sepertinya berburu seperti biasa tidak akan membuatku lebih kuat.

Farhan: Bagaimana kalo kau melawan mereka sendirian.

Harun: Paman sudah gila ya? Bisa-bisa aku dicabik-cabik oleh mereka.

Farhan: Tidak jika kau menggunakan geokinesis.

Harun: Geokinesis?

Farhan: .... Ada apa bukankah elemen dasarmu tanah? Tinggal lempar peluru batu saja ke mereka

Harun: Aku belum sekuat itu. Aku baru bisa menggunakan sihir alkemis tanah dasar.

Harun menunjukkan sarung tangan kirinya yang terdapat simbol alkimia tanah.

Farhan: Haaduh bagaimana sih kamu? Kalo begitu kita lawan mereka bersama seperti biasanya. Kau siapkan perangkapnya.

Harun terdiam.

Harun: Tidak,.. aku akan melawan mereka sendirian.

Farhan: Itu cukup berbahaya, apa kau yakin?

Harun: Paman duduk di sini dan lihatlah!

Harun terlihat mendekati sekumpulan Crawler itu. Ia langsung mengeluarkan busurnya kemudian menembakkan anak panah yang ia bawa ke salah satu Crawler. Crawler-Crawler yang lain terlihat marah kemudian berlari ke arah Harun. Harun terus menembakkan panahnya ke sekumpulan Crawler-Crawler itu. Saat salah satu Crawler sudah dekat dengan Harun, ia langsung membuang busurnya kemudian berganti ke palunya. Harun memegang palunya dengan kedua tangannya

Harun: LINK HAMMER!!

WUUSH

Terlihat palunya Harun bersinar terang. Ia kemudian memukul kepala Crawler yang sudah di dekatnya dengan palu membuat Crawler itu mati seketika. Harun dengan susah payah melawan Crawler-Crawler itu dengan palunya. Tiba-tiba salah satu Crawler hendak menyerangnya dari samping kiri. Harun dengan sigap mengarahkan tangan kirinya ke tanah

Harun: EARTH SPHERE!!

BLARRH

Pasir-pasir di sebelah kiri Harun mengeras dan membentuk penghalang berbentuk setengah lingkaran. Penghalang itu menghalangi serangan Crawler yang hendak menyerang Harun. Tanpa sepengetahuan Harun, beberapa Crawler mencakar pundak Harun dan menggigit tangan kanan Harun.

Harun: AWW!!

Palunya Harun tidak lagi bersinar dan terlepas dari tangan kanannya Harun. Harun segera menaruh tangan kirinya lagi ke tanah

Harun: EARTH PILLAR!!

THUMPH

Pasir-pasir di sebelah kanan Harun mengeras dan membentuk pilar yang kemudian memukul dagu Crawler yang menggigit tangan kanan Harun, membuatnya terpental jauh dari Harun. Crawler-Crawler lain terlihat menggigit palunya Harun kemudian melemparnya ke danau.

Harun: HEY!!

Farhan yang dari kejauhan menyadari kalau Harun sedang dalam masalah. Ia dengan sigap menembak salah satu Crawler dengan panahnya yang telah dialiri sihir udara, mengalihkan perhatian sebagian Crawler-Crawler itu dari Harun. Beberapa Crawler terlihat beralih mengejar Farhan. Farhan tidak lari ia menembak semua Crawler yang berlari ke arahnya dengan panah. Ia kemudian melempar sebuah tombak ke arah Harun. Tombak itu kemudian menancap di pasir dekat Harun berdiri.

Farhan: Gunakan tombak itu!

Harun segera menarik tombak itu dari tanah dan menggunakannya untuk melawan Crawler-Crawler di dekatnya.

Harun: HYAAH

2 Jam kemudian, terlihat Farhan dan Harun telah selesai melawan para Crawler. Keduanya terlihat kelelahan dan berbaring di atas pasir

Farhan: Risiko perbuatan yang kau lakukan tadi cukup besar. Beruntung aku sedang bersamamu.

Farhan berdiri.

Farhan: Baiklah, mari kita bawa hasil buruan ini ke gerobak.

Saat Harun hendak berdiri tiba-tiba di kejauhan muncul kadal berukuran raksasa sebesar rumah dari dalam pasir. Kadal itu bersuara dengan kencangnya menarik perhatian Harun dan Farhan yang berada di kejauhan.

Farhan: Crawler Rex!

Harun: Akhirnya lawan yang sangat kuat.

Harun terlihat bersemangat. Harun kemudian terlihat ingin berjalan ke arah Crawler Rex. Saat Harun hendak menghampiri kadal tersebut, Farhan menepuk pundak kirinya dari belakang

Farhan: Apa kau yakin kau ingin melawannya? Kita sudah membunuh anak-anaknya. Ia pasti akan marah besar.

Harun: Ayolah paman! Ini saat-saat yang langka. Jarang sekali Crawler Rex keluar dari sarangnya.

Farhan: Iya, tapi amunisimu sudah habis dan kita juga masih belum memasang perangkap.

Harun: Tapi.... Baiklah kalo begitu.

Ternyata di salah satu tumpukan Crawler terdapat seekor Crawler yang masih hidup. Crawler itu berteriak mengeluarkan suara kencang, menarik perhatian Crawler Rex dari kejauhan. Crawler Rex terlihat marah dan berteriak dengan kencang. Ia segera berlari ke arah Farhan dan Harun.

Harun: Cepat sekali larinya

Harun menggenggam tombaknya dengan satu tangan dan hendak melemparnya ke Crawler Rex yang berlari ke arahnya

Harun: LINK SPEAR!!

WUUSH

Terlihat tombak yang di genggam Harun berubah menjadi bercahaya. Harun segera melempar tombak tersebut ke Crawler Rex.

Harun: HYAAH

JLEPP

Tombak yang dilempar Harun berhasil menancap di pundak Crawler Rex. Setelah menancap, tombak tersebut tidak lagi bercahaya.

Harun: YESS

Crawler Rex tidak terlihat kesakitan sama sekali. Ia dengan mudah mencabut tombak yang menancap di pundaknya dan mematahkannya dengan mulutnya

CRACK

Farhan: Kau harus membayar itu nanti!

Harun: Maaf.

Terlihat Crawler Rex semakin dekat dengan Harun dan Farhan.

Farhan: Astaga apa boleh buat, Harun ambil ini!

Farhan melempar sebuah senapan besar berbentuk meriam ke arah Harun. Harun menangkapnya dengan kedua tangannya.

Farhan: Tembakkan itu ke kakinya!

Farhan mengambil sebuah senapan laras panjang kemudian membidiknya ke arah Crawler Rex.

Harun: Dari mana paman mendapatkan banda-benda ini?

Farhan: Dari penjara.

Harun: Haah?

Terlihat Crawler Rex semakin dekat dengan Harun dan Farhan. Harun pun segera menaruh senapan yang diberikan Farhan ke pundaknya. Ia terlihat masih ragu dalam menggunakan senapan yang diberikan oleh Farhan kepadanya.

Farhan: TEMBAK!!

BANG

Harun dan Farhan menarik pelatuk senapan mereka bersamaan. Senapan-senapan itu berhasil ditembakkan. Senapan yang dipakai Farhan menembakkan sebuah peluru besi yang sangat cepat. Peluru itu tidak bisa melukai Crawler Rex namun peluru itu berhasil membuat Crawler Rex kehilangan keseimbangannya. Sedangkan senapan yang dipakai Harun menembakkan 2 buah bola besi yang terhubung satu sama lain oleh sebuah rantai besi. Dengan cepat, 2 buah bola besi yang berhasil ditembakkan tersebut mengikat kedua kaki depan Crawler Rex dan membuatnya terjatuh. Crawler Rex masih dapat berjalan meskipun kedua kaki depannya diikat.

Harun: Apa dia masih bisa bergerak?

Farhan: Sial, Tembakkan benda itu lagi!

Farhan mengisi ulang senapannya sementara Crawler Rex terlihat semakin dekat dengan Harun dan Farhan. Kadal raksasa itu berjalan dengan kedua kakinya sambil mengangkat bagian depan tubuhnya berulang kali. Harun kembali menarik pelatuknya. Senapan itu berhasil ditembakkan lagi. Senapan itu kembali menembakkan 2 buah bola besi yang terhubung satu sama lain oleh sebuah rantai besi. Tidak lama, 2 buah bola besi yang baru ditembakkan tersebut mengikat kedua kaki belakang Crawler Rex. Kadal raksasa itu pun terjatuh tepat di depan Harun dan Farhan. Crawler Rex berusaha melepas bola-bola besi yang mengikat kaki depannya dengan mulutnya namun tidak bisa sehingga ia terus meraung-raung menunjukkan kemarahannya.

Farhan: Yes kita berhasil. Sekarang kita tinggal membunuhnya.

Farhan berlari ke arah gerobaknya mengambil sebuah tombak kemudian melumurinya dengan sebotol racun.

Harun: Apa yang paman lakukan?

Farhan: Mempersiapkan senjata untuk membunuhnya.

Farhan kemudian berjalan menuju ekor Crawler Rex sambil membawa tombak yang telah dilumuri racun.

Farhan: Harun, kau boleh mengambil semua Crawler-Crawler kecil itu. Untuk yang besar ini biar kubawa ke pasar untuk kujual.

Harun: Baik, terimakasih paman

Farhan berhenti di dekat ekor Crawler Rex dan hendak menusukkan tombaknya di pangkal ekor Crawler Rex namun tiba-tiba Crawler rek menyerang Farhan dengan ekornya membuat Farhan terjatuh dan tergeletak di pasir. Sebuah bola mata sintetik terlihat terjatuh dari mata kanan Farhan. Harun segera berlari ke arah Farhan.

Harun: Paman tidak apa-apa?

Farhan: Iya

Farhan segera bangkit, mengambil tombaknya. Ia kemudian menusuk Crawler Rex di bagian pangkal Ekornya

Farhan: EUGH!!

Crawler Rex menjerit kesakitan, ia berusaha melepaskan tangan dan kakinya dari jeratan namun tidak bisa. Puluhan detik kemudian, Crawler Rex perlahan terdiam seperti tertidur. Farhan segera mengambil mata sintetiknya dan memasukkannya ke dalam sakunya

Farhan: Akan ku ikatkan dia ke gerobak, kau bawa ini!

Farhan menyerahkan tombaknya ke Harun kemudian berjalan ke arah gerobaknya.

 

Pada malam harinya di dapur 'Kedai & Penginapan Bulan Sabit', terlihat Luna dan ibunya yang sebelumnya sedang memasak sedang mengobrolkan sesuatu.

Ibunya Luna: Jadi itu alasannya mengapa ibu sudah kenal dengan Umar.

Luna: Oh begitu.

Tiba-tiba Harun dengan basah kuyup masuk ke kedai dari pintu belakang. Ia masuk ke dapur sambil membawa kulit dan daging Crawler yang sudah ia buru. Luna dan ibunya yang sebelumnya sedang mengobrol terkujut dengan Harun yang memiliki luka cakar di punggung, tangan, dan kakinya.

Harun: Bibi, kali ini Aku berhasil mendapat... Oh, hi Luna. Kau ingin melihat hasil buruanku ya?

Luna: Harun, apa yang terjadi padamu?

Luna terlihat khawatir, ia segera menghampiri Harun dan memeriksa lukanya Harun.

Harun: Ini hanya luka cakar biasa.

Luna: Kamu terluka cukup parah dan pakaianmu basah kuyup. Apa yang terjadi?

Harun: Aku mencoba berburu Crawler sendirian, namun salah satu Crawler melempar paluku ke danau. Jadinya aku terpaksa menyelam untuk mengambilnya.

Luna: Kamu tidak perlu senekat itu. Kamu bisa saja terbunuh.

Harun: Tapi lihat aku! Aku hanya mengalami luka kecil.

Ibunya Luna: Sudah-sudah! Luna, kamu bersihkan meja-meja yang ada di kedai! Harun, kamu ambil perban di kotak P3K! Akan kuobati lukamu itu.

Luna: Baik.

Luna pun pergi ke kedai, meninggalkan ibunya dan Harun di dapur.

Ibunya Luna: Haah, kau ini. Sebenarnya apa yang kamu pikirkan? Membahayakan dirimu seperti ini tidak akan ada baiknya untukmu.

Ibunya Luna memindahkan hasil buruan Harun ke dalam sebuah lemari

Harun: Aku tidak suka bi jika setiap hari harus bertemu dengan orang seperti Iwasaki. Sedangkan Harun hanya bisa sebagai tukang bersih-bersih, tidak seperti ayah dan ibu.

Ibunya Luna: Kamu iri dengan Iwasaki?

Harun: Bukan, Harun hanya teringat dengan teman-teman Harun yang sudah menjadi prajurit kerajaan. Mereka sudah lupa dengan jasa ayah dan ibu. Padahal tanpa mereka berdua, Odelia ini mungkin sudah hancur.

Terlihat Harun mengambil perban dari kotak P3K.

Ibunya Luna: Bibi mengerti kekesalanmu terhadap para prajurit kerajaan tetapi membahayakan dirimu sendiri bukanlah hal yang tepat. Coba kamu bayangkan, wajah bapak ibumu jika mereka mengetahui anaknya ini mengorbankan dirinya hanya untuk sepotong daging.

Harun menyerahkan perban ke ibunya Luna.

Ibunya Luna: Luna pernah berkata pada bibi bahwa ia suka orang yang pekerja keras sepertimu.

Harun: Luna berkata seperti itu?

Ibunya Luna: Iya dan jangan khawatir, Luna telah mengurungkan niatnya untuk menjadi prajurit kerajaan kok. Aku yakin dia tidak ingin meninggalkan kamu dan bibi sendirian menjaga kedai.

Harun: .... Baiklah, setelah ini aku akan meminta maaf pada Luna.

Ibunya Luna terlihat tersenyum.

Harun: Bi, sepertinya aku lebih cocok jadi tukang bersih-bersih dari pada seorang petarung.

Ibunya Luna: Hei, jangan berkata seperti itu, cepat perlihatkan punggungmu!

Harun membuka bajunya dan meletakannya di sebuah meja. Dia kemudian duduk di sebuah kursi di dekat meja yang sama.

Harun: Ngomong-ngomong, Iwasaki ada di mana?

Ibunya Luna: Dia sedang ada urusan dengan temannya di kota.

Hurun: Memangnya Iwasaki itu sebenarnya siapa sih bi? Mengapa bibi memperbolehkannya bekerja di kedai ini?

Ibunya Luna: Kamu tidak perlu khawatir, dia hanya pedagang biasa yang diundang di kota ini untuk sementara waktu. Karena tidak punya uang, jadinya ia kuberi pekerjaan di sini.

Setelah mendengar jawaban dari ibunya Luna, Harun tampak mencurigai sesuatu.

 

 

 

Part 2

 

=Odelia, Azerot=

Pada malam hari di pusat kota Odelia, terlihat sebuah mayat prajurit telanjang penuh luka tusukan dikelilingi oleh sekumpulan prajurit. Tampak rasa takut muncul di wajah para prajurit tersebut. Di antara sekumpulan para prajurit, terlihat Umar dan Iwasaki yang terkejut melihat mayat prajurit yang dikelilingi oleh para prajurit itu.

Umar: Apa yang kalian lakukan? Cepat bawa dia ke klinik terdekat!

Para Prajurit: Ba..Baik!!

Umar: Iwasaki lebih baik kau segera pulang! Akan ku kerahkan beberapa prajurit untuk mengantarmu ke penginapan.

Iwasaki: ..... Tidak, aku akan membantumu membawanya ke klinik! Lagipula bukankah aku berada di pihak kalian? Aku tidak akan tinggal diam jika temanku terluka seperti ini.

Umar terdiam sejenak.

Umar: Baik, tapi kau jangan jauh-jauh dariku. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu.

Iwasaki, Umar, dan beberapa prajurit mengantarkan mayat prajurit tersebut ke sebuah klinik. Beberapa jam kemudian di sebuah ruangan di klinik tersebut, tampak Umar dan Iwasaki berdiskusi dengan seseorang yang berpakaian seperti dokter. Di tangan orang tersebut terdapat beberapa lembar kertas yang berisikan laporan hasil pemeriksaan yang telah ia lakukan.

Dokter itu: Komandan Umar ya?

Umar: Ya.

Dokter itu merapikan laporan hasil pemeriksaan yang ia bawa kemudian bersiap untuk membacanya.

Dokter itu: Baik, saya dokter Ridwan dari klinik Al-Jamiah ijin membacakan hasil pemeriksaan yang telah kami lakukan, apakah diperbolehkan?

Umar: Boleh.

Dokter itu: Jadi dari hasil pemeriksaan kami, korban ditusuk dengan 8 buah pisau dimana masing-masing ditemukan menancap di dada, punggung, pantat, leher, kedua pergelangan tangan, dan kaki. Korban sepertinya baru meninggal sekitar 3 jam yang lalu.

Umar: Bagaimana bisa? Pada saat kami temukan, tubuh korban sudah sangat kaku dan dingin.

Dokter Ridwan: Ya, memang benar apa yang Anda katakan merupakan ciri korban yang meninggal sejak lama. Tetapi dari hasil pemeriksaan kami, kadar potasium dari mata korban belum ada peningkatan yang signifikan.

Dokter Ridwan menyerahkan laporan hasil pemeriksaannya ke Umar.

Dokter Ridwan: Dari hasil pemeriksaan, luka masih segar dan tidak terdapat luka lain selain luka tusuk.

Umar memperhatikan isi dari laporan tersebut secara seksama.

Dokter Ridwan: Ada satu hal lagi yang perlu bapak Umar ketahui. Awalnya kami juga mengira bahwa penyebab kematian korban dikarenakan perdarahan mengingat bekas tusukan di beberapa titik, namun dari hasil pemeriksaan laboratorium, korban sepertinya telah meninggal akibat kekurangan oksigen.

 Setelah berdiskusi dengan dokter Ridwan, Umar dan Iwasaki berpamitan kepada dokter Ridwan dan staf di klinik tersebut. Mereka kemudian meninggalkan klinik tersebut menuju ke sebuah markas prajurit yang berada dekat dengan klinik tersebut. Di dalamnya, masih terlihat beberapa prajurit yang sedang berjaga. Salah satu prajurit terlihat menghampiri Umar.

Prajurit itu: Komandan Umar

Prajurit itu terlihat memberikan hormat kepada Umar.

Umar: Bagaimana situasi dari tim pengintai, Adhit?

Prajurit itu: Belum ada pergerakan mencurigakan dari arah kota Jazarah maupun Tarbath, apakah kita perlu memperluas lokasi pencarian?

Umar: Tidak perlu, besok pagi kita lakukan upacara pemakaman, beri tahu prajurit yang tidak bertugas untuk menghadiri pemakaman ini.

Adhit: Jadi benar ya, Fachtur....

Umar: Iya, sepertinya target kita sudah memusatkan penyerangannya ke ibu kota.

Adhit: Apa perlu saya laporkan kejadian ini ke Tuan Zahar?

Umar: Tidak perlu. Nanti akan aku langsung laporkan kepada Yang Mulia.

Adhit baru menyadari kehadiran Iwasaki di belakang Umar.

Adhit: Uh komandan, dia itu....

Tangan kanan Adhit menunjuk Iwasaki.

Umar: Oh ya, perkenalkan dia Iwasaki, mulai hari ini dia bekerja bersama kita. Ia merupakan salah satu orang kepercayaan Yang Mulia.

Iwasaki: Salam kanal.

Umar: Sedangkan, yang dari tadi berbicara denganku ini adalah Adhit, sekretaris sekaligus tangan kananku.

Adhit: Oh jadi kamu yang selama ini dibicarakan oleh Baginda Ratu dan Umar. Suatu kehormatan bisa bertemu manusia utusan Lizar....

Umar menaruh jari telunjuknya ke depan mulutnya, seolah menyuruh Adhit untuk berhenti bicara. Sementara para prajurit lainnya terpusat perhatiannya ke Adhit yang bicaranya dihentikan oleh Umar.

Adhit: Manusia utusan-.... utusan Edeline yang diperintahkan untuk mempelajari para Lizardman.... ya utusan Edeline. Aku yakin hasil pengamatanmu akan berguna bagi prajurit kami.

Perhatian para prajurit tidak lagi terfokus ke Adhit. Mereka kembali melanjutkan tugas mereka masing-masing.

Adhit: Fyuuh

Adhit menghela napas.

Umar: Aku akan pergi ke Istana sebentar. Adhit tolong temani Iwasaki terlebih dahulu!

Adhit: Baik.

 

Di istana tepatnya di sebuah ruang rapat terlihat Ratu Azerot sedang berdiskusi dengan beberapa orang penting. Terlihat di antaranya terdapat seorang pengusaha berkacamata yang merupakan utusan dari kerajaan Aldebaran, seorang wali kota, dan seorang prajurit berzirah merah. Semua orang di ruangan tersebut kecuali sang pengusaha terlihat sedang memperhatikan sang pengusaha yang sedang mempresentasikan sesuatu di depan mereka.

Pengusaha itu: Oleh karena itu bendungan yang besar ini akan bermanfaat bagi kota Odelia sekaligus benteng-benteng yang akan kami buat.

Pengusaha itu memamerkan proyeknya sambil menunjukkan miniatur kota Odelia dengan bendungan yang besar di dalamnya.

Prajurit berzirah merah: Jadi maksudmu, kami harus membagikan sebagian sumber daya dari tambang kami dengan Aldebaran supaya kalian dapat mendirikan bendungan di sungai Batuah.

Pengusaha itu: Tepat sekali.

Prajurit berzirah merah: Lalu sebagai gantinya apa yang diinginkan dari pihak kerajaan Aldebaran?

Pengusaha itu: Kami hanya membutuhkan sebagian energi dari bendungan dan ijin untuk mendirikan benteng di wilayah perbatasan Darkroot. Jangan khawatir akan sumber daya manusia, para tenaga kami begitu ahli sehingga hanya membutuhkan 2 tahun untuk menyelesaikan bendungan ini, selain itu teknologi penjernih air bendungan juga sudah kami siapkan.

Wali Kota Odelia: Menarik sekali. Jadi selain dapat menguntungkan sektor pertanian dan transportasi, proyek bendungan ini juga akan memperkuat pertahanan bagian timur Azerot.

Prajurit berzirah merah: Meski begitu, saya tetap tidak yakin mengingat bendungan ini juga bisa menjadi titik kelemahan apabila mengalami serangan. Selain itu, Lizardman dan penduduk selatan bagian Odelia juga tentu akan terkena dampak dari bendungan.

Pengusaha itu: Kalau masalah itu yang Anda khawatirkan, solusinya akan mudah. Pindahkan saja penduduk bagian selatan, sehingga hanya para Lizardman yang akan terkena dampaknya

Setelah mendengar ucapan si pengusaha, prajurit berzirah merah itu mengalihkan pandangannya ke Ratu Azerot

Ratu Azerot: Benar kata Zahar. Sungai Batuah selain sebagai sumber air kerajaan Azerot juga terkenal sebagai sumber air para suku Lizardman.

Pengusaha itu: Benar sekali Yang Mulia. Dengan adanya bendungan ini, Yang Mulia tentu akan mudah dalam melakukan invasi ke wilayah Lizardman.

Ratu Azerot: Akan tetapi, kalian terlalu meremehkan kekuatan para suku Lizardman. Bendungan ini malah akan mengurangi sumber air dari para Lizardman sehingga dapat memicu peperangan.

Pengusaha itu: Kalo begitu, Yang Mulia tinggal menginvasi mereka sebelum mereka menyerang, tentu bukan masalah besar bagi kerajaan pengguna sihir Link

Ratu Azerot: Iya tetapi pertempuran itu akan menimbulkan banyak korban. Dan sebagian besar korban akan berasal dari kerajaan Azerot. Mengingat prioritas kalian hanyalah mengepung kerajaan Darkroot, aku tidak yakin kalian akan membantu kami ketika pertempuran itu terjadi.

Pengusaha itu: Yang Mulia tidak mengerti, segala kegilaan dan kekacauan yang terjadi di Darkroot juga harus diselesaikan secepatnya.

Ratu Azerot: Sudah kubilang, itu prioritas kalian bukan prioritas kami. Oleh karena itu saya tidak tertarik.

Ratu Azerot berdiri dari tempat duduknya.

Ratu Azerot: Persetujuan ini kami batalkan, rapat dibubarkan

Para anggota rapat berdiri dari tempat duduk mereka masing-masing. Sebagian besar anggota rapat terutama Wali Kota Odelia dan si pengusaha terlihat sangat kecewa. Semua anggota rapat kecuali Ratu Azerot dan prajurit berzirah merah meninggalkan ruang rapat dari pintu yang sama. Setelah sebagian besar anggota rapat keluar, Si prajurit berzirah merah menghampiri Ratu Azerot.

Prajurit berzirah merah: Saya tidak habis pikir Yang Mulia akan menolak tawaran dari aliansi yang baru kita buat. Apakah ini ada kaitannya dengan situasi suku Lizardman?

Ratu Azerot: Tidak-.. tidak sama sekali. Sejak dahulu keinginan mereka sesungguhnya hanya ingin menghabisi para penguasa Darkroot. Orang-orang seperti mereka tidak dapat dipercaya untuk membangun masa depan Kerajaan Azerot.

Prajurit berzirah merah: Saya setuju dengan pendapat Yang Mulia. Namun belum lama lagi kita tetap akan harus menyelesaikan masalah yang ditimbulkan para Lizardman.

Ratu Azerot: Untuk masalah itu sudah aku pikirkan sejak dulu, Zahar.

Zahar: Baiklah kalau begitu, saya tidak memiliki wewenang untuk meragukan keputusan Yang Mulia. Akan tetapi, para prajuritku lah yang selama ini jadi korbannya. Saya harap keputusan Yang mulia ini akan berjalan sesuai rencana.

Zahar meninggalkan Ratu Azerot di ruang rapat. Beberapa saat kemudian, Ratu Azerot meninggalkan ruang rapat ditemani sepasang prajurit. Mereka berjalan melewati lorong istana. Sesaat kemudian, mereka berhenti di sebuah ruangan di dekat sebelah kanan perpustakaan istana. Ratu Azerot menyuruh para prajurit untuk pergi meninggalkannya sendirian. Ia kemudian memasuki ruangan tersebut sendirian lalu menyandarkan dirinya ke sebuah tembok.

Ratu Azerot: Bagaimana kabarnya, Umar?

Ternyata di balik tembok tersebut terdapat ruangan yang lain dimana Umar sejak tadi sedang bersandar di tembok yang sama, menunggu kedatangan Ratu Azerot.

Umar: Sesuai dengan rencanamu, pertemuan dengan utusan Lizardman berjalan dengan baik. Hanya saja sempat terjadi gangguan yang tidak diinginkan.

Ratu Azerot: Gangguan?

Umar: Iya, seorang mantan janissary mengintai si utusan Lizardman. Sepertinya keputusanmu memilih penginapannya Rini merupakan keputusan yang tepat.

Ratu Azerot tersenyum

Ratu Azerot: Lalu bagaimana dengan si mantan Janissary?

Umar: Kami berhasil menangkapnya. Namun sepertinya dia bukan dari pihak yang sama dengan target kita.

Ratu Azerot: Apa yang membuatmu yakin?

Umar: Segel budak.

Ratu Azerot terkejut.

Umar: Aku masih belum sepenuhnya yakin, tetapi bisa jadi target kita sedang bekerja sama dengan pengguna sihir kegelapan.

Ratu Azerot: Lalu, bagaimana dengan kabar di Tarbath dan Jazarah.

Umar: Tidak ada pergerakan sama sekali, akan tetapi telah terjadi penyerangan ke beberapa prajurit di ibu kota. Korbannya ditusuk dengan pisau dan dibuat telanjang.

Ratu Azerot: Mungkinkah pelakunya....

Umar: Bisa jadi.

Ratu Azerot: Apakah ada kabar lain yang perlu disampaikan?

Umar: Tidak ada.

Ratu Azerot: Baiklah lanjutkan pengamatan, dan tetap lanjutkan misimu.

Umar: Baik.

Ratu Azerot meninggalkan ruangan yang sebelumnya ia pakai untuk berkomunikasi dengan Umar. Di perpustakaan sebelah ruangan tersebut, terlihat sebuah siluet hitam sedang membaca buku. Sesaat kemudian, ia terlihat menutup buku yang ia baca.

Siluet Hitam: Menarik.

 

Di markas prajurit yang sebelumnya ditempati Iwasaki dan Adhit, Terlihat Iwasaki membawa sebuah seragam dari rak ke meja dekat Adhit, sedangkan Adhit sedang duduk mengetikan sesuatu di mesin ketik. Mereka sedang berada di ruangan yang sepi dimana di dalamnya hanya ada meja, kursi, mesin ketik, dan almari.

Adhit: Terimakasih Iwasaki, dengan ini persiapan untuk besok sudah selesai

Iwasaki: Asalkan bukan tugas administrasi, pasti akan kuselesaikan dengan cepat. Kamu tidak perlu bantuan lagi?

Adhit: Tidak, Hassan dan lainnya sudah berangkat memberitakan pemakaman ini ke keluarga masing-masing. Sekarang tinggal meminta tanda tangan ke Tuan Zahar. Ngomong-ngomong Iwasaki.

Adhit berhenti mengetik.

Adhit: Bagaimana kehidupanmu dengan para Lizardman?

Iwasaki: Lizardman?

Adhit: Ah maaf, jika kamu tidak mau cerita tidak apa-apa kok, lagipula aku tidak punya hak untuk membuatmu bicara, hahahaha.

Adihit melanjutkan ketikannya sambil tertawa dengan canggung

Iwasaki: Apakah aman membicarakannya di sini?

Adhit: Tenang saja pada jam segini ruang administrasi hampir tidak pernah ada orang. Jadi tidak akan ada yang tahu kalau kamu utusan dari para Lizardman.

Iwasaki: Memangnya itu tidak diberitakan ya?

Adhit: Tidak, hanya ada beberapa prajurit yang tahu kalau akan datang utusan dari para Lizardman. Yang Mulia Ratu tidak memberitakannya agar tidak terjadi keributan di masyarakat. Namun, berita ini sayangnya bocor di kalangan para prajurit. Untungnya hanya prajurit kepercayaan lah yang mengenali wajahmu.

Iwasaki: Dan salah satu prajurit kepercayaan tersebut adalah Umar?

Adhit: Yap, kami ini satuan penyidik khusus yang dibentuk langsung oleh Yang Mulia Ratu. Meskipun kami ini masih di bawah naungan Tuan Zahar. Tuan Zahar tidak memiliki wewenang untuk mengutak-atik satuan kami.

Iwasaki: Maaf tadi kamu sempat bertanya ya. Jadi mengenai kehidupanku bersama Lizardman-.....

Tiba-tiba Umar masuk ke dalam ruangan tersebut.

Umar: Dhit, apakah kamu sudah menyelesaikan surat santunannya?

Adhit: Belum komandan, Sebagian masih belum selesai aku buat.

Umar: Tidak apa-apa. Teruskan saja besok pagi!

Adhit: Baik komandan.

Adhit pergi meninggalkan ruangan.

Umar: Iwasaki, besok pagi kami akan sibuk mengurus kasus-kasus yang terjadi pada hari ini. Alangkah baiknya kalau kamu pulang ke penginapan terlebih dahulu sebelum tengah malam.

Iwasaki: Baik

Iwasaki dan Umar keluar dari ruangan tersebut menuju 'Kedai dan Penginapan Bulan Sabit'. Setelah Iwasaki dan Umar keluar dari ruangan, Adhit kembali masuk ke dalam ruangan tersebut dan kembali mengetik.

 

Sesampainya di depan 'Kedai dan Penginapan Bulan Sabit'. Terlihat Iwasaki dan Umar berhenti sejenak di depan pintu masuk.

Umar: Sampai jumpa.

Umar menepuk pundak kiri Iwasaki dan hendak meninggalkan Iwasaki sendirian di depan kedai.

Iwasaki: Kamu tidak ikut?

Umar: Tidak, aku masih ada banyak urusan di kantor. Jika tidak kuselesaikan pagi ini bisa-bisa Adhit kewalahan besok paginya. Sampai jumpa.

Umar pergi meninggalkan Iwasaki sendirian di depan kedai. Iwasaki kemudian masuk ke dalam kedai terlihat kedai sepi akan pelanggan. Di dalamnya, hanya ada Luna yang sedang membersihkan salah satu meja.

Luna: Selamat datang, eh Iwasaki kukira kamu tadi pelanggan.

Iwasaki: Maaf.

Luna: Kenapa kamu baru pulang malam-malam seperti ini?

Iwasaki: Iya tadi prosesnya begitu panjang. Ternyata memang benar wanita itu seorang mata-mata.

Luna: Oh begitu ya. Tidak kusangka prajurit baru juga harus berhadapan dengan mata-mata kerajaan lain.

Iwasaki: Sebenarnya bukan mata-mata kerajaan lain sih. Katanya dia mantan Janissary?

Luna: J-JANISSARY??

Luna terkejut mendengar perkataan Iwasaki.

Iwasaki: Memangnya kenapa kamu sampai kaget seperti itu?

Luna: S-Soalnya janissary kan prajurit kerajaan Azerot paling elite. Mereka bekerja langsung di bawah perintah Ratu Azerot dan menteri pertahanan.

Iwasaki: Oh begitu. Oh ya, terimakasih telah membantuku tadi siang. Jikalau kamu tidak membantuku, aku pasti sudah terbelah akibat sihir wanita itu.

Luna: Tidak usah dipikirkan, bapak Umar sudah lama menjadi pelanggan setia disini. Ibuku sudah lama kenal dengannya. Hanya saja, Harun selalu marah jika melihat wajahnya.

Iwasaki: Ngomong-ngomong soal pelanggan, kenapa kedai sepi sekali pada malam ini?

Luna: Pada hari biasa, pelanggan memang jarang berdatangan pada malam hari. Entah karena kelelahan bekerja atau apa yang pasti mereka lebih memilih untuk beristirahat di rumah.

Iwasaki: Hmm, bibi tidak pernah memberitahuku soal hal ini.

Luna: Tidak semua orang pernah mampir ke kedai di malam hari, mungkin kamu harus membiasakan diri dengan rutinitas ini meskipun hanya kerja paruh waktu.

Iwasaki: Terimakasih sarannya. Aku akan ke dapur dulu. Tolong kamu beritahu aku atau bibi jika ada pelanggan!

Luna: Baik.

 

Iwasaki berjalan memasuki dapur. Ia kemudian dikejutkan dengan perilaku ibunya Luna yang sedang berusaha melepas celananya Harun. Harun yang sedang duduk di sebuah kursi di pojokan dapur terlihat bersusah payah menolak untuk dibuka celananya.

Harun: Sudah kubilang tidak usah!!

Iwasaki: (Apa yang sedang terjadi di sini?)

Harun baru menyadari kehadiran Iwasaki yang baru masuk ke ruangan tersebut.

Harun: HEEEEH, SEDANG APA KAU DI SINI?

Iwasaki: Bukankah harusnya aku yang bertanya seperti itu?

Ibunya Luna: Ah Iwasaki pas sekali kamu datang kemari.

Iwasaki: Apa yang sedang bibi lakukan?

Ibunya Luna: Mengobati Harun. Harun terluka setelah berburu. Ia digigit ikan di bagian dekat anggota badannya.

Ibunya Luna menunjuk selangkangan Harun dengan tangan kanannya.

Iwasaki: Sini serahkan padaku!

Harun: Tunggu kenapa kau tiba-tiba ingin menggantikan bibi?

Iwasaki: Wajar saja kenapa kau tidak ingin melepas celana di hadapan bibi. Jangan khawatir, aku pernah berpengalaman di bidang medis. Akan repot jika tukang pengurus penginapan kita mengidap penyakit kelamin.

Harun: BUKAN DI ALAT KELAMIN TAU!

Iwasaki: Oh.

Iwasaki mempersiapkan perban, antibiotik, sebotol air, dan gunting.

Harun: Aku tidak butuh bantuanmu aku bisa lakukan-....

Iwasaki: Nih.... aku sudah mempersiapkannya. Kau tinggal memasangnya sendiri.

Iwasaki terlihat menyodorkan sebuah perban ke Harun sambil tersenyum. Harun kemudian mengambil perban tersebut dari tangan Iwasaki.

Harun: Kau dan bibi keluar sebentar!

Iwasaki: Eit.... aku tidak tahu jika kau melakukannya dengan benar atau tidak. Jadi aku akan tetap di sini melihat caramu memasangnya.

Harun: Kau ini.

Setelah beberapa kali percobaan pemasangan perban di dekat alat kelamin, Harun akhirnya berhasil memasang perban dan membersihkan lukanya dengan benar berkat bantuan dari Iwasaki.

Iwasaki: Sekarang lebih baik kuantarkan kamu ke kamarmu.

Harun: Tidak perlu, aku bisa sendiri.

Harun mulai berdiri, kakinya goyang seperti hendak kehilangan keseimbangan.

Ibunya Luna: Kamu tidak apa-apa Harun?

Harun: Entah kenapa rasanya aneh jika ada benda yang menempel di dekat punyaku.

Iwasaki: Kamu butuh bantuan?

Harun: Setelah dipikir-pikir iya.

Iwasaki kemudian membawa Harun dengan menggunakan bahu dan tangannya ke lantai 2, tempat dimana kamarnya Harun berada.

 

Di sebuah kamar yang ada di 'Kedai dan Penginapan Bulan Sabit', terlihat Iwasaki tengah membantu Harun duduk di kasurnya.

Harun: Ouch.... Pelan-pelan

Iwasaki: Lainkali kamu harus lebih berhati-hati ketika berburu. Jangan memaksakan dirimu

Harun: Iya-ya, aku mengerti

Setelah membantu Harun, Iwasaki duduk di kursi yang berada di pojok kamar sambil menghela napas.

Harun: Bisakah kamu jujur padaku.... kenapa kau datang ke Odelia?

Iwasaki: Bukankah aku telah menceritakannya tadi siang?

Harun: Aku tidak peduli negeri atau desa mana dirimu berasal. Aku hanya ingin tahu alasan apa yang membuatmu datang kemari.

Iwasaki: ..... Kamu bisa menyimpan rahasia?

Harun mengangguk

Iwasaki: Bisa dibilang aku ini ditugaskan oleh kerajaan lain sebagai diplomat. Tapi sebenarnya aku ke sini untuk mencari seseorang.

 

Di waktu yang sama di sebuah jalan yang sepi di kota Odelia, terlihat seorang pencuri yang pernah bertarung dengan Iwasaki sedang melarikan diri dari 4 orang penjaga penjara. Pencuri tersebut terlihat masih memakai baju tahanan.

Penjaga 1: BERHENTI!!

Pencuri itu masuk ke sebuah lorong sempit yang ada gerobak di depannya. Ia kemudian merobohkan gerobak tersebut membuat gerobak itu memblokade lorong tersebut.

Penjaga 2: Aku tahu jalan lain, cepat!

Pencuri itu berhasil keluar dari lorong sempit dan keluar ke jalan sepi yang lain. Tidak lama, ia kembali dikejar oleh para penjaga yang sebelumnya memutar lewat jalan lain.

Penjaga 1: OII KAU, BERHENTI!!

Pencuri itu: Sial kalau begini tidak akan ada habisnya.

Tiba-tiba beberapa cairan hijau jatuh dari atas para penjaga tersebut.

Penjaga 3: Huh, cairan apa ini.

Cairan tersebut berubah bentuk menjadi ular dan menggigit para penjaga tersebut.

Penjaga 1,2,3 & 4: AACK!

Keempat penjaga tersebut perlahan roboh dan kejang-kejang. Tiba-tiba seseorang dengan seragam prajurit lengkap dengan helm yang menutupi seluruh wajahnya datang dari belakang si pencuri. Tangan kanan orang itu tampak penuh dengan darah.

???: Wah wah bagaimana rasanya? Menyakitkan bukan. Sebentar lagi racun itu akan menyebar ke jantung kalian dan menghentikan detakannya. Khi khi khi khi khi.

Orang itu menaruh kaki kanannya di atas kepala salah satu penjaga. Si pencuri hanya terdiam mengamati orang itu.

 

Di tempat sebelumnya tepatnya di kamarnya Harun, terlihat Harun sedang duduk di kasurnya sambil mengobrol dengan Iwasaki.

Harun: Berpakaian serba hitam, rambut warna hijau.

Harun terlihat berpikir sejenak sambil memegang dagunya.

Harun: Tidak, aku tidak pernah melihatnya.

Iwasaki: Ia pergi 1 tahun yang lalu. Kemungkinan besar ia hanya menetap sebentar di Azerot.

Harun: Jadi apa yang akan kamu lakukan untuk mencarinya?

Iwasaki: Aku dengar elemen Link dapat digunakan untuk mencari lokasi seseorang, oleh karena itu aku datang ke Azerot.

Harun: Percuma, kekuatan elemen Link ditentukan oleh kemurnian darah penggunanya. Hanya orang dengan darah semurni bangsawan yang dapat melakukan hal seperti itu.

Iwasaki: Aku sudah tahu mengenai hal itu sebelum aku datang ke sini.

Harun: Jangan-jangan kau ingin memanfaatkan Luna ya?!

Iwasaki: Tidak. Aku tidak ingin melibatkan kalian berdua pada tujuanku ini.

Harun: Dengar ya! Jangan sekali-kali kau apa-apakan Luna! Kalau tidak...

Iwasaki tersenyum.

Harun: Oii! Apanya yang lucu?

Iwasaki: Kau itu seperti kakaknya Luna yang overprotective. Apa kamu berencana menjadi kakaknya di suatu hari nanti?

Harun: Jelas tidaklah.

Iwasaki: Sudah wajar jika ingin melindungi orang yang kita cintai. Tapi terkadang kita juga harus belajar melindungi diri kita sendiri supaya tidak merepotkan orang yang kita cintai.

Harun terdiam. Iwasaki kemudian berjalan mendekati pintu kamarnya Harun dan menggenggam gagang pintu kamar.

Iwasaki: Minta maaflah dengannya. Aku yakin ia pasti akan memaafkanmu.

Iwasaki terlihat membuka pintu kamarnya Harun kemudian menutupnya dari luar.

 

Di tempat sebelumnya di sebuah jalan yang sepi terlihat seorang pencuri yang sebelumnya dikejar oleh 4 orang penjaga telah diselamatkan oleh seseorang yang mengenakan seragam prajurit lengkap dengan helm yang menutupi seluruh wajahnya.

Pencuri itu: Terimakasih banyak. Namaku Rey, Rey Cormac. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu ini.

???: Rey ya? Bagaimana kalau kita bekerja sama, Rey?

Penjaga 1: Kaparat kau!

???: Oh, masih bisa bicara rupanya. Poison Ritual: Poison Spears!

Orang itu mengangkat tangan kanannya yang berdarah ke atas dan mengeluarkan segel sihir racun dari tangan kanannya. Tiba-tiba racun yang tadinya berbentuk ular dan darah di tangannya melayang ke udara, membentuk 8 buah tombak yang menusuk para penjaga tersebut bertubi-tubi dengan cepat.

STAB-STAB-STAB-STAB-STAB

Penjaga 1,2,3 & 4: AAUGH

Rey: Ide bagus. Dengan kekuatan kita, kita bisa merebut kembali harta warisan keluargaku yang telah dicuri.

???: Hei hei aku tidak pernah bermaksud menjadikanmu rekan ya. Khi khi khi khi khi.

Pencuri itu tampak ketakutan, tiba tiba-muncul sekumpulan cairan hijau yang melompat dan menyelimuti Rey.

Rey: AAAAAAAAARH!!!!

Rey berteriak kesakitan. Ia terjatuh dan berguling-guling di tanah. Tubuhnya melepuh akibat terkena cairan yang menimpanya.

???: Bagus-bagus, teriakan kalian seperti panggilan dari surga bagiku.

Tiba-tiba di belakang mayat para penjaga datang seorang pria dengan tudung hitam. Wajahnya tidak terlihat sepenuhnya karena tertutup oleh tudung yang ia pakai.

Pria itu: Sudah selesai waktu bersenang-senangnya, Thrak.

???: Heh, lama tidak jumpa, Doug.

Pria itu: Aku punya tugas yang cocok untukmu.

Thrak: Apa yang lebih baik dari tugasku yang sekarang ini?

Doug: Nona Alice menyuruhmu untuk membasmi para bangsawan ini.

Doug menyerahkan selembar kertas dengan sketsa dan daftar berbagai pria di dalamnya. Thrak membaca kertas itu dengan seksama.

Thrak: Aldebaran ya. Khi khi khi khi. Menarik sekali. Sudah lama aku tidak membunuh orang dari Aldebaran.

Thrak terdiam sejenak.

Thrak: Lalu bagaimana dengan permintaan dari si menteri itu?

Doug: Kalau itu, biar putraku Erzul yang urus. Oh ya, jangan lupa kau harus membuat kasus pembunuhan ini seperti perbuatannya Azerot.

Tiba-tiba Rey terbangun dengan sebagian kulitnya yang telah melepuh. Ia terlihat seperti sebuah mayat hidup.

Thrak: Jangan khawatir, lagipula aku juga ingin mencoba mainan baruku.

Thrak tersenyum sambil menunjuk Rey di belakangnya.