bab 2 : Tekanan dan Harapan

Alia berjalan dengan cepat menuju auditorium sekolah, membawa kanvas dan cat lukisnya. Ia tidak memberitahu orang tuanya tentang kompetisi lukis ini. Ia ingin membuktikan bahwa bakatnya dalam seni juga berharga.

Kompetisi lukis dimulai pukul 9 pagi. Alia duduk di antara 20 peserta lainnya. Ia mengambil napas dalam-dalam dan memulai lukisannya. Waktu berlalu cepat, dan Alia tidak menyadari bahwa waktu sudah habis. Ia menyerahkan lukisannya kepada juri.

Pukul 2 siang, pengumuman hasil kompetisi dilakukan. Alia berdiri di antara peserta lainnya, menunggu hasilnya. Ketika nama Alia diumumkan sebagai juara pertama, ia tidak percaya. Ia berlari ke panggung, menerima piala dan sertifikat.

Saat Alia pulang, ia menunjukkan piala dan sertifikat kepada Ayah Rudi dan Ibu Lestari. Namun, reaksi mereka tidak seperti yang diharapkan.

"Apa gunanya lukisan ini?" tanya Ayah Rudi.

"Kamu harus fokus pada pelajaran, bukan seni," tambah Ibu Lestari.

Alia merasa kecewa dan sedih. Ia tidak mengerti mengapa orang tuanya tidak menghargai prestasinya.

Keesokan harinya, Alia bertemu dengan Bu Emma, guru seni. Bu Emma mengakui bakat Alia dan menawarkan bimbingan.

"Kamu memiliki bakat yang luar biasa, Alia," kata Bu Emma. "Jangan menyerah. Teruslah mengembangkan bakatmu."

Alia merasa sedikit lega setelah berbicara dengan Bu Emma. Ia berharap dapat membuktikan dirinya kepada orang tuanya. Tapi, ia tidak tahu bagaimana cara melakukannya.